Waktu tanam optimal pada wilayah terkena dampak ENSO dan IOD

149 sebagai komparasi dengan wilayah yang tidak terkena dampak. Dengan demikian diperoleh informasi dinamika dan sensitivitas onset dan pola tanam eksisting yang pada gilirannya dapat membantu dalam menetapkan potensi dan rencana tanam berdasarkan karakteristik wilayah. Disamping itu dengan diperoleh informasi wilayah yang terkena dampak sesuai dengan tingkatan sensitivitas masing-masing akan membantu dalam strategi penanganan budidaya tanaman secara dini sehingga dapat mengoptimalkan produktivitas dan menekan kehilangan hasil.

8.2. Waktu tanam optimal pada wilayah terkena dampak ENSO dan IOD

Naylor et al. 2006 menyatakan bahwa penundaan tanam pada musim tanam pertama terutama pada musim hujan tidak dapat dikompensasikan dengan peningkatan pertanaman berikutnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa penetapan waktu tanam pada saat memasuki musim tanam pertama atau memasuki musim penghujan sangat penting agar tidak terjadi penurunan produksi padi. Konsep pendekatan strategis selanjutnya adalah lebih di fokuskan pada penetapan onset dan waktu tanam pada wilayah yang terindikasi sering terkena dampak baik oleh ENSO maupun IOD. Berdasarkan karakterisasi dan delineasi sebelumnya, Indramayu yang berada di wilayah monsunal dan Pesisir Selatan di wilayah equatorial merupakan dua kabupaten yang sering terkena dampak anomali iklim tersebut. Selanjutnya pemilihan Cianjur dan Solok masing-masing untuk wilayah hujan monsunal dan equatorial yang tidak terkena dampak dimaksudkan untuk lebih mempertegas pengaruh ENSO dan IOD di kedua wilayah yang rentan anomali iklim tersebut, sehingga dapat dibandingkan perbedaan waktu dan pola tanam antara daerah yang terkena dan yang tidak terkena dampak. Munculnya El Niño berdampak besar terhadap dinamika tanam. Akibat munculnya fenomena tersebut waktu tanam padi di Indramayu lebih lambat 3 sampai 6 dasarian pada lahan tadah hujan dan 2 sampai 3 dasarian pada lahan irigasi. Akibat terjadinya IOD positif waktu tanam padi lebih lambat 2 dasarian pada lahan tadah hujan dan 1 sampai 2 dasarian pada lahan irigasi. Dari tiga kecamatan di Indramayu masing-masing Anjatan untuk wilayah Barat Indramayu, Kertasemaya untuk wilayah tengah dan Krangkeng untuk wilayah Timur yang diambil sebagai titik pengamatan, stasiun di Krangkeng merupakan stasiun yang 150 paling kuat penurunan hujannya akibat El Niño maupun IOD positif diantara dua stasiun lainnya. Dengan demikian untuk wilayah Timur Indramayu seperti di Krangkeng harus lebih diwaspadai berkaitan dengan variabilitas iklim yang akhir- akhir ini sering terjadi dan tidak menentu. Potensi waktu tanam lahan tadah hujan pada tahun normal di Indramayu relatif sama berkisar dari akhir Oktober sampai dengan pertengahan Maret, kecuali di Krangkeng potensi tanam lebih pendek karena wilayahnya relatif lebih kering. Baik saat terjadi El Niño maupun IOD positif mengakibatkan terjadi pergeseran potensi waktu tanam hingga akhir November sampai dengan awal Desember dan pengaruh paling besar terjadi di Krangkeng dengan potensi waktu tanam paling pendek antara 8 sampai 10 dasarian. Rotasi tanam pada lahan tadah hujan di tahun normal yang dapat dilakukan di Indramayu adalah padi – padipalawija – bera. Potensi Tanam pada Musim Tanam I terdapat pada Oktober III dan persiapan tanam bisa dilakukan sekitar 2 dasarian maka pada musim taman II hanya dapat dilakukan pada Maret II, karena bila penanaman dilakukan setelah Maret II, fase kritis tanaman akan terganggu sehingga dapat menurunkan potensi hasil. Potensi tanam bergeser bila terjadi El Niño maupu IOD positif kuat sehingga dapat mempersempit rentang potensi waktu tanam. Pola tanam berubah menjadi padi – bera – bera. Di lahan irigasi, pada kondisi tahun normal rentang potensi waktu tanam lebih lebar. Untuk wilayah Indramayu seperti di Anjatan, Krangkeng maupun Kertasemaya dapat dilakukan pola tanam Padi – Padi – Bera karena suplai air irigasi masih terpenuhi sampai dengan Musim Tanam II. Pada Musim Tanam III tidak dimungkinkan untuk dilakukan penanaman padi karena defisit ketersediaan air relatif tinggi pada saat memasuki fase reproduktif. Fenomena El Niño dan IOD positif dapat merubah rotasi tanam akibat terjadi keterlambatan waktu tanam. Saat terjadi El Niño rotasi tanam di Indramayu menjadi Padi – Palawija – Bera karena pada saat Musum Tanam III fase kritis tanaman sudah memasuki dasarian-dasarian kering sehingga tidak dimungkinkan untuk tanaman padi meskipun air tersedia tetapi tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman padi. Di Kertasemaya meskipun terjadi fenomena IOD positif namun karena tidak begitu kuat pengaruhnya maka hampir tidak terjadi 151 perubahan pola tanam pada saat terjadi fenomena tersebut. Tetapi untuk Krangkeng pengaruh IOD positif relatif kuat sehingga pada musim tanam III terjadi defisit ketersediaan air sangat tinggi, akibatnya rotasi tanam berubah menjadi Padi – Palawija - Bera. Bila dibandingkan dengan wilayah yang tidak terkena dampak fenomena iklim seperti di Cianjur yang diwakili oleh Warungkondang dan Ciranjang, maka potensi waktu tanam akan lebih jauh bergeser. Pernundaan tanam akibat El Niño di Indramayu akan berbeda dengan watu tanam di Cianjur 7 – 9 dasarian untuk lahan tadah hujan dan 3 – 4 dasarian untuk lahan irigasi. Potensi tanam pada sawah tadah hujan di Pesisir Selatan yang merupakan wilayah berpola equatorial pada tahun normal mempunyai potensi tanam relatif sama dengan di Cianjur. Tetapi baik saat terjadi El Niño maupun IOD positif, waktu tanam haya bergeser masing-masing 1 dasarian di wilayah Utara Pesisir Selatan seperti di Tarusan dan 3 dasarian terjadi di Batang Kapas yang merupakan wilayah tengah Pesisir Selatan. Namun pergeseran waktu tanam tersebut tidak merubah rotasi tanam di wilayah tersebut. Rotasi tanam Padi – Padi – Palawija. Potensi tanam hampir sepanjang tahun terdapat di Solok dan di kabupaten tersebut tidak terpengaruh baik oleh ENSO maupun IOD sehingga rotasi tanam padi – padi – padi. Awal tanam untuk musim tanam di Solok seperti di Saning Bakar dan Sumani masing – masing pada Mei I dan Mei III. Pada lahan irigasi, meskipun terjadinya fenomena El Niño maupun IOD positif dapat menurunkan curah hujan pada periode September – November, namun tidak menyebabkan penundaan waktu tanam di Tarusan. Penundaan waktu tanam hanya terjadi di Batang Kapas 1 dasarian saja. Artinya bahwa pengaruh El Niño dan IOD positif di pola hujan equatorial tidak banyak berpengaruh pada lahan sawah irigasi.

8.3. Model prediksi curah hujan berdasarkan fenomena ENSO dan IOD.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap propagasi Madden Julian Oscillation (MJO)

3 27 31

Identifikasi Fenomena ENSO (El Nino-Southern Oscillation) DAN IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Daerah Jawa Barat (Studi Kasus Kabupaten Indramayu dan Cianjur)

3 29 184

Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

2 24 60

Penetapan kalender tanam padi berdasarkan fenomena enso (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di wilayah Monsunal dan Equatorial

0 11 404

Variability of Sea Surface Temperature and its Interelationships with The Monsoon, Dipole Mode (DM) and El Nino Southern Oscillation (ENSO) in the Southeast Asia and its Surrounding Waters

2 10 826

Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

1 2 56

Keragaman curah hujan indonesia saat fenomena indian ocean dipole (iod) dan el nino southern-oscillation (enso)

1 5 39

Variability of Sea Surface Temperature and its Interelationships with The Monsoon, Dipole Mode (DM) and El Nino Southern Oscillation (ENSO) in the Southeast Asia and its Surrounding Waters

2 29 425

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Osscillation (ENSO) Terhadap Variabilitas Upwelling Di Perairan Selatan Jawa.

0 1 1

Impacts of El Niño 2015 and the Indian Ocean Dipole 2016 on Rainfall in the Pameungpeuk and Cilacap Regions

0 0 12