Pola dan Distribusi Hujan serta Dampak ENSO dan IOD di Wilayah

36 anomali iklim dan layer onset Kalender Tanam Eksisting. Kedua layer digital selanjutnya ditumpang-tepatkan untuk mendapatkan kombinasi data yang memiliki luas tanam dari onset yang terkena dampak ENSO dan atau IOD. Selanjutnya pada masing-masing poligon hasil tumpang-tepat dihitung luasannya untuk menentukan prosentase wilayah yang terkena dampak anomali iklim tersebut. Hasil analisis uji sensitivitas disajikan secara spasial dan temporal untuk mempermudah dalam menentukan daerah yang peka terhadap anomali iklim global pada kondisi musim tertentu.

3.3. Hasil dan Pembahasan Dampak ENSO dan IOD terhadap Curah

Hujan dan Dinamika Kalender Tanam.

3.3.1. Pola dan Distribusi Hujan serta Dampak ENSO dan IOD di Wilayah

Monsunal. 3.3.1.1. Pola dan Distribusi Hujan di Jawa Barat. Pola hujan di Jawa Barat termasuk dalam pola hujan Monsun dengan perbedaan periode musim hujan dan periode musim kemarau yang tegas bersifat unimodial satu puncak musim hujan. Puncak musim hujan di Jawa Barat pada kondisi normal umumnya terjadi pada bulan Desember - Februari. Dan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Juni - Agustus. Musim pancaroba transisi terjadi pada bulan Maret - Mei dan September - November. Hasil analisis dari 346 stasiun di Jawa Barat yang terdisrtibusi di wilayah Utara, Tengah dan Selatan Jawa Barat menunjukkan pola monsun Gambar 3.2. Gambar 3.2 Pola curah hujan di Jawa Barat 37 Distribusi curah hujan di Jawa Barat saat memasuki periode Desember – Februari tidak begitu tampak variabilitasnya Gambar 3.3. Namun saat memasuki masa transisi pada periode Maret – Mei sebagian wilayah Utara sudah menunjukkan perbedaan dengan wilayah lainnya yang ditunjukkan dengan curah hujan yang lebih rendah Gambar 3.4. Penurunan curah hujan lebih mendominasi hampir seluruh wilayah Jawa Barat saat memasuki periode Juni - Agustus yang ditandai dengan jumlah curah hujan rata-rata antara 100 – 200 mm bulan Gambar 3.5. Distribusi curah hujan relatif beragam terutama saat memasuki periode September - November yang ditunjukkan oleh perbedaan curah hujan yang mencolok antara wilayah Utara dengan wilayah lainnya Gambar 3.6. Di wilayah Utara Jawa Barat seperti di Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon curah hujan relatif lebih rendah, hal tersebut terjadi karena 1 penurunan curah hujan lebih tinggi saat memasuki periode Juni – Agustus dan 2 peningkatan curah hujan lebih lambat pada periode September – November. Kondisi tersebut sejalan dengan pendapat Naylor et al. 2007 yang menyatakan bahwa berdasarkan analisis statistik dari catatan pengamatan menunjukkan korelasi antara terjadinya penundaan dan total curah hujan pada bulan September- Desember sebesar -0,94 untuk Jawa BaratTengah. Hal tersebut menunjukkan penundaan awal musim hujan yang sangat berhubungan erat dengan penurunan jumlah curah hujan dalam periode tersebut.

3.3.1.2. Distribusi Stasiun Terkena Dampak ENSO dan IOD di Jawa Barat

Baik pada periode Desember - Februari maupun Maret - Mei, pengaruh ENSO dan IOD terjadi hanya pada beberapa stasiun saja dan kurang dari 10 dari jumlah stasiun pengamatan Gambar 3.7. Pengaruh kedua fenomena iklim tersebut baru terlihat jelas pada periode Juni - Agustus dan September - November. Pada periode Juni - Agustus, penurunan curah hujan berkorelasi nyata dengan ENSO dan IOD, ENSO saja dan IOD saja berturut-turut 10, 13 dan 30 dari jumlah stasiun pengamatan. Berbeda dengan periode Juni - Agustus, pada September - November pengaruh ENSO dan IOD semakin meningkat tajam hingga mencapai 75 dari jumlah stasiun pengamatan. Gejala tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh 38 Jawa Barat rentan terhadap variabilitas iklim global yang terjadi, baik terhadap IOD maupun ENSO. Gambar 3.3 Distribusi hujan periode Desember – Februari di Jawa Barat Gambar 3.4 Distribusi hujan periode Maret - Mei di Jawa Barat 39 Gambar 3.5 Distribusi hujan periode Juni - Agustus di Jawa Barat Gambar 3.6 Distribusi hujan periode September - November di Jawa Barat. 40 Gambar 3.7 Distribusi stasiun yang berkorelasi dengan ENSO dan IOD di Jawa Barat periode a Desember – Februari, b Maret – Mei, c Juni – Agustus, dan d September – November.

3.3.1.3. Dampak ENSO dan IOD terhadap Curah Hujan di Jawa Barat.

Pada periode Juni – Agustus, ENSO berpengaruh sedang terhadap curah hujan di sebagian kecil wilayah Timur Laut meliputi Indramayu dan Cirebon serta di wilayah Selatan Jawa Barat meliputi Garut dan sekitarnya Gambar 3.8. Pengaruh ENSO semakin meluas pada periode September - November. Hampir seluruh Jawa Barat dipengaruhi oleh anomali iklim tersebut kecuali wilayah Barat Gambar 3.9. ENSO berpengaruh kuat terhadap curah hujan di sebagian wilayah seperti di Subang, Indramayu, Kuningan, Cirebon, Garut dan Ciamis. Pengaruh ENSO hilang saat memasuki periode banyak hujan yaitu pada periode Desember - Februari, bahkan pada periode transisi Maret - Mei di sebagian wilayah Barat Laut, terjadi pengaruh positif yang menunjukkan peningkatan ENSO diikuti dengan peningkatan curah hujannya. ENSO+IOD Anomali Iklim Anomali Iklim 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 IOD +EN SO IOD EN SO N o n D is tr ib u s i S ta tiu n 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 IOD +EN S O IO D EN S O N o n D ist ri b u si S tat iu n Tidak terpengaruh ENSO+IOD Tidak terpengaruh ENSO+IOD c d ENSO+IOD ENSO+IOD Anomali Iklim 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 IOD+ENSO IOD ENSO Non D ist ri b u si S tas iu n 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 IOD+ENSO IOD ENSO Non D ist ri b u si S tasi un Tidak terpengaruh ENSO+IOD ENSO+IOD Tidak terpengaruh ENSO+IOD ENSO+IOD a b Anomali Iklim 41 Pengaruh IOD pada periode Juni – Agustus terjadi di sepanjang wilayah Selatan Jawa Barat meliputi Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis dan sebagian wilayah di Majalengka, Kuningan dan Bandung Gambar 3.10. Pengaruh IOD semakin luas saat memasuki periode September - November kecuali sebagian wilayah Barat Gambar 3.11. IOD berpengaruh kuat terhadap curah hujan di wilayah-wilayah seperti Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Kuningan. Pengaruh IOD terhadap anomali curah hujan menurun drastis saat memasuki Desember - Februari dan hanya sedikit muncul di Selatan Jawa Barat pada periode Maret - Mei. Hanya beberapa wilayah saja seperti sebagian besar Bogor, Cianjur dan Bandung yang tidak terpengaruh oleh keduan fenomena tersebut. Pada wilayah- wilayah tersebut, pengaruh iklim regional seperti monsun Asia-Australia dan atau lokal lebih dominan dibandingkan dengan iklim globalnya.

3.3.1.4. Luas Sawah Terkena Dampak ENSO dan IOD

Pengaruh ENSO dan IOD di Jawa Barat terhadap luas sawah tidak begitu besar, hanya kurang dari 5 saat memasuki periode Desember – Februari dan Maret – Mei. Luas sawah yang terpengaruh ENSO dan IOD meningkat saat memasuki periode Juni – Agustus, pada periode tersebut pengaruh IOD sekitar 26 lebih besar bila dibandingkan dengan pengaruh ENSO pada sekitar 15 dari seluruh luas sawah di Jawa Barat. Luas sawah yang dipengaruhi oleh kedua fenomena tersebut hanya sekitar 4, sisanya sekitar 54 tidak terpengaruh. Pada periode September – November sebagian besar luas sawah di Jawa Barat atau sekitar 84 dipengaruhi oleh ENSO dan IOD secara bersamaan sedangkan luas sawah yang tidak terpengaruh turun menjadi sekitar 14 Tabel 3.1. Berdasarkan hasil analisis ini semakin terlihat jelas bahwa provinsi Jawa Barat cukup rentan dipengaruhi oleh dinamika ENSO dan IOD. Artinya kesiapan sarana dan prasarana bagi penyediaan air irigasi perlu terus disiagakan ketika memasuki periode Juni - November, dan kepada petani tidak dianjurkan untuk menanam pada perioe Juni – Agustus, karena IOD semakin kuat pengaruhnya dan luasan yang semakin bertambah secara nyata dibandingkan dengan periode sebelumnya. Fakta di atas juga menunjukkan bahwa dampak ENSO dan IOD 42 kuat pada daerah-daerah dengan pola curah hujan monsun atau daerah yang memiliki satu puncak hujan. Tabel 3.1 Luas sawah di Jawa Barat yang terkena dampak ENSO dan IOD pada berbagai periode. Pengaruh Anomali Iklim Periode Desember- Februari Maret - Mei Juni- Agustus September - November ……………………….luas ……………………………. ENSO dan IOD 0.0 0.0 4.2 83.6 ENSO 1.6 0.6 15.7 0.0 IOD 3.4 3.7 26.3 2.8 Tidak terpengaruh ENSO dan IOD 95.0 95.7 53.8 13.6 43 Gambar 3.8 Tingkat korelasi antara ENSO pada periode Juni - Agustus terhadap curah hujan di Jawa Barat. Gambar 3.9 Tingkat korelasi antara ENSO pada periode September - November terhadap curah hujan di Jawa Barat. Kuat Sedang Lemah Tidak Terpengaruh Kuat Sedang Lemah Tidak Terpengaruh 44 Gambar 3.10 Tingkat korelasi antara IOD pada periode Juni - Agustus terhadap curah hujan di Jawa Barat. Gambar 3.11 Tingkat korelasi antara IOD pada periode September - November terhadap curah hujan di Jawa Barat. Kuat Sedang Lemah Tidak Terpengaruh Kuat Sedang Lemah Tidak Terpengaruh 45

3.3.1.5. Dampak ENSO dan IOD terhadap Dinamika Kalender Tanam di

Jawa Barat Puncak tanam atau awal musim tanam onset di Jawa Barat pada umumnya terjadi pada September dasarian III Oktober dasarian I Las et al. 2007. Puncak tanam semakin mundur dari Barat ke Timur. Pada wilayah yang terpengaruh lemah oleh ENSO seperti di Karawang, sekitar 25 kecamatan mengalami keterlambatan tanam 1-3 dasarian pada Oktober IIIII. Pada wilayah yang terpengaruh kuat oleh ENSO seperti di Subang Utara, puncak tanam mundur pada November III dengan pergeseran 3-5 dasarian dari puncak tanam pada umumnya. Pengaruh ENSO lebih kuat di Indramayu yang terjadi pada November IIIDesember I atau mundur 6 dasarian dari puncak tanam pada umumnya Gambar 3.12. Di Selatan Jawa Barat seperti halnya di kabupaten Garut, Ciamis dan Tasik, meskipun sebagian besar wilayahnya terpengaruh ENSO hanya mundur 1 – 2 dasarian saja. Karawang dan Subang yang terpengaruh rendah sampai sedang oleh IOD puncak tanam di wilayah tersebut pada umumnya mundur 1-2 dasarian sedangkan di Indramayu mundur 6 dasarian Gambar 3.13. Di wilayah yang tidak terpengaruh baik oleh ENSO maupun IOD seperti di sebagian besar kabupaten Bogor, Cianjur dan Bandung, puncak tanam tidak mengalami pergeseran, seluruh puncak tanam terjadi pada September IIIOktober I. Di wilayah Selatan Jawa Barat seperti di Garut dan Tasikmalaya kejadian IOD tidak pula menggeser puncak tanam kecuali di Sukabumi puncak tanam mundur 1 dasarian Gambar 3.14. Secara keseluruhan mundurnya puncak tanam di Jawa Barat terjadi pada wilayah-wilayah yang dipengaruhi ENSO terutama di Bagian Utara Jawa Barat. Pada wilayah yang terpengaruh rendah oleh ENSO puncak tanam begeser sampai 1-3 dasarian yaitu pada Oktober IIIII, pada wilayah terpengaruh sedang bergeser 3-5 dasarian pada November III dan pada wilayah terpengaruh kuat dapat mencapai hingga sampai 5-6 dasarian pada November IIIDesember I. Sebaliknya di wilayah Selatan Jawa Barat pergeseran puncak tanam yang didominasi IOD hanya bergeser 1 dasarian saja Gambar 3.15. Dan secara keseluruhan pada pola 46 wilayah monsunal, pergeseran puncak tanam terjadi bila kejadian ENSO mendominasi wilayah tersebut Gambar 3.16. Gambar 3.12 Hubungan tingkat korelasi dengan onset pada kejadian ENSO di a Karawang; b Subang dan c Indramayu Jawa Barat. a b c 47 Gambar 3.13 Hubungan tingkat korelasi dengan onset pada kejadian IOD di a Karawang; b Subang c dan Indramayu Jawa Barat. a b c 48 Gambar 3.14 Hubungan tingkat korelasi dengan onset pada kejadian IOD di a Sukabumi; b Garut dan c Tasikmalaya Jawa Barat. a b c 49 Gambar 3.15 Hubungan tingkat korelasi dengan onset pada kejadian a ENSO dan b IOD di Jawa Barat. Gambar 3.16 Hubungan kejadian ENSO dan IOD dengan onset di Jawa Barat. a b c 50

3.3.2. Pola dan Distribusi Hujan serta Dampak ENSO dan IOD di Sentra

Dokumen yang terkait

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap propagasi Madden Julian Oscillation (MJO)

3 27 31

Identifikasi Fenomena ENSO (El Nino-Southern Oscillation) DAN IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Daerah Jawa Barat (Studi Kasus Kabupaten Indramayu dan Cianjur)

3 29 184

Pengaruh ENSO (El Nino- Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) terhadap Dinamika Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi Kasus Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

2 24 60

Penetapan kalender tanam padi berdasarkan fenomena enso (El Niño Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) di wilayah Monsunal dan Equatorial

0 11 404

Variability of Sea Surface Temperature and its Interelationships with The Monsoon, Dipole Mode (DM) and El Nino Southern Oscillation (ENSO) in the Southeast Asia and its Surrounding Waters

2 10 826

Pengaruh El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) terhadap Produktivitas Kelapa Sawit

1 2 56

Keragaman curah hujan indonesia saat fenomena indian ocean dipole (iod) dan el nino southern-oscillation (enso)

1 5 39

Variability of Sea Surface Temperature and its Interelationships with The Monsoon, Dipole Mode (DM) and El Nino Southern Oscillation (ENSO) in the Southeast Asia and its Surrounding Waters

2 29 425

Pengaruh Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino Southern Osscillation (ENSO) Terhadap Variabilitas Upwelling Di Perairan Selatan Jawa.

0 1 1

Impacts of El Niño 2015 and the Indian Ocean Dipole 2016 on Rainfall in the Pameungpeuk and Cilacap Regions

0 0 12