Skenario pertama berkaitan dengan kenaikan harga impor minyak

Sumber: Departemen Keuangan, 2004 Berdasarkan fluktuasi harga minyak mentah dan BBM yang cenderung naik di pasar internasional yang berimbas pada harga minyak mentah dan BBM dalam negeri serta keterkaitannya dengan kebijakan subsidi harga BBM, maka skenario simulasi historis periode tahun 2000 – 2005, yaitu:

1. Skenario pertama berkaitan dengan kenaikan harga impor minyak

mentah dan harga BBM. Kenaikan harga impor minyak tersebut seringkali tidak diduga sebelumnya, sehingga akan menimbulkan perbedaan harga antar harga pasar dan harga penjualan BBM dalam negeri menurut asumsi APBN. 2. Skenario kedua merupakan skenario seandainya pemerintah melakukan kenaikan subsidi harga BBM untuk solar 27 , bensin 30 , dan kerosene 25 . Melalui skenario tersebut akan terlihat bagaimana dampaknya terhadap transaksi perdagangan energi, kinerja fiskal, serta pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. Skenario kedua tentunya akan ditunjukkan oleh kenaikan pengeluaran negara. 3. Skenario ketiga merupakan kombinasi dari skenario pertama dan kedua. 4. Skenario keempat merupakan acuan dari skenario ketiga yang menyertakan sumber pembiayaan yang berasal dari pajak langsung, pajak tidak langsung, dan penerimaan negara bukan pajak. Sumber pembiayaan pajak tidak langsung berasal dari bea impor, pajak ekspor, dan pajak pertambahan nilai. Sumber pembiayaan penerimaan negara bukan pajak berasal dari penerimaan sumberdaya alam dan penerimaan laba BUMN. Dengan demikian, skenario keempat akan melihat dampak kenaikan pengeluaran negara dan kenaikan sumber pembiayaan dari penerimaan dalam negeri terhadap transaksi perdagangan energi, kinerja fiskal, serta pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. 5. Skenario kelima adalah untuk mengetahui sejauh mana dampak faktor eksternal harga impor minyak mentah yang mengalami penurunan 35 terhadap nilai transaksi perdagangan energi, kinerja fiskal, serta pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. 6. Skenario keenam menjelaskan tentang usaha pemerintah mengatasi kenaikan defisit anggaran APBN yang disebabkan oleh kenaikan anggaran subsidi untuk BBM. Pemerintah mengantisipasinya dengan melakukan kebijakan penurunan subsidi harga BBM untuk solar 27 , bensin 30 , dan kerosene 25 . 7. Skenario ketujuh merupakan kombinasi dari skenario kelima dan keenam. 8. Skenario ketujuh merupakan acuan dari skenario kelima yang menyertakan realokasi anggaran dari penghematan subsidi BBM untuk investasi pemerintah terutama pada sub-sektor PLN, sarana transportasi angkutan jalan raya, serta pertambangan dan energi. Penghematan subsidi BBM tersebut diperoleh dari penurunan subsidi harga BBM. Sebagaimana dengan skenario sebelumnya, skenario keenam juga akan melihat bagaimana dampaknya terhadap transaksi perdagangan energi, kinerja fiskal, serta pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan.

VII. DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI HARGA BAHAN BAKAR MINYAK

7.1. Validasi Model

Validasi model dilakukan dengan suatu simulasi dasar terhadap sampel pengamatan data tahun 2000 – 2005. Kriteria statistik yang digunakan adalah Root Mean Squares Percentage Error RMSPE dan Theil’s Inequality U. Nilai RMSPE menggambarkan seberapa jauh nilai-nilai dugaan variabel endogen menyimpang dari nilai-nilai aktualnya dalam ukuran persentase relative. Nilai U menggambarkan kemampuan model untuk menganalisis simulasi historis ex-post dan peramalan ex-ante. Terdapat juga tiga indikator statistik lainnya, yaitu UM biased proportion, UR regression component , dan UD residual component. Terdapat 70 persamaan yang dikembangkan dalam model kebijakan subsidi harga bahan bakar minyak dan dari persamaan tersebut ada 55 persamaan 73 mempunyai nilai RMSPE di bawah 30 . Di lihat dari nilai U, terdapat 68 persamaan 97 mempunyai nilai di bawah 0.20 dan 2 persamaan 3 mempunyai nilai U di atas 0.20, sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil validasi, maka model yang dibangun cukup baik digunakan untuk menganalisis simulasi kebijakan historis tahun 2000 – 2005. Nilai koefisien U berkisar antara 0 dan 1, dimana jika U sama dengan nol, maka pendugaan model sempurna yaitu sama dengan aktual. Namun, jika U sama dengan 1, maka model naif. Hasil pengujian daya pendugaan model kebijakan subsidi harga bahan bakar minyak data tahun 2000 - 2005 yang disajikan pada tabel berikut. 167 Tabel 13. Hasil Pengujian Daya Prediksi Model Kebijakan Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak Tahun 2000 – 2005 Nama Variabel Bias UM REG UR DIST UD RMS Error U Harga Minyak Mentah Dalam Negeri HMMDN 0.041 0.219 0.740 59.213 0.085 Harga Pokok Penjualan Kerosene HPPK 0.119 0.174 0.707 6.068 0.029 Subsidi Harga Kerosene SUBHK 0.044 0.233 0.723 96.651 0.098 Harga Kerosene Dalam Negeri HKDN 0.432 0.008 0.559 13.991 0.055 Harga Pokok Penjualan BBM Solar HPPMS 0.051 0.280 0.668 5.649 0.030 Subsidi Harga BBM Solar SUBHMS 0.082 0.000 0.918 33.052 0.094 Harga BBM Solar Dalam Negeri HMSDN 0.003 0.175 0.823 23.754 0.053 Harga Pokok BBM Bensin HPPB 0.216 0.093 0.691 64.503 0.087 Subsidi Harga BBM Bensin SUBHMB 0.244 0.570 0.186 108.223 0.093 Harga BBM Bensin Dalam Negeri HMBDN 0.103 0.025 0.873 57.561 0.116 Harga Gas Alam Dalam Negeri HGA 0.010 0.055 0.935 23.877 0.076 Harga Batubara Dalam Negeri HBB 0.168 0.384 0.448 35.528 0.111 Tarif Dasar Listrik TDL 0.041 0.054 0.905 39.288 0.100 Laju Inflasi INF 0.674 0.108 0.218 90.135 0.217 Permintaan BBM Solar oleh PLN DMSPLN 0.639 0.046 0.314 7.845 0.042 Permintaan BBM Solar oleh Industri Pengilangan BBM Solar DMSIPMS 0.504 0.494 0.002 9.694 0.050 Permintaan BBM Solar oleh Perusahaan Pengolahan Batubara DMSPBB 0.677 0.051 0.272 25.357 0.158 Permintaan BBM Solar oleh Sarana Transportasi Angkutan Jalan Raya DMSSTRD 0.266 0.363 0.371 0.117 0.001 Permintaan BBM Solar Dalam Negeri MSDN 0.674 0.001 0.325 2.221 0.011 Permintaan Gas Alam oleh PLN DGAPLN 0.201 0.675 0.124 16.374 0.085 Permintaan Gas Alam oleh Industri Pengilangan Gas Alam DGAIPGA 0.000 0.952 0.048 32.875 0.127 Permintaan Gas alam Dalam Negeri GADN 0.410 0.001 0.589 4.299 0.022 Permintaan Batubara oleh PLN DBBPLN 0.026 0.084 0.890 1.760 0.008 Permintaan Batubara Dalam Negeri BBDN 0.026 0.003 0.971 0.841 0.004 Permintaan Listrik oleh Rumahtangga MKRT 0.721 0.094 0.185 6.267 0.030 Permintaan BBM Bensin Dalam Negeri MBDN 0.342 0.620 0.037 3.091 0.014 Nilai Tambah PLN NTPLN 0.039 0.106 0.855 42.802 0.134 Nilai Tambah Sarana Transportasi Angkutan Jalan Raya NTTRDA 0.438 0.537 0.025 9.466 0.023 Nilai Tambah Industri Pengilangan BBM Solar NTIPMS 0.033 0.012 0.954 42.517 0.119 Nilai Tambah Industri Pengilangan Gas Alam NTIPGA 0.248 0.383 0.369 19.631 0.045 Nilai Tambah Perusahaan Pengolahan Batubara NTPBB 0.106 0.695 0.199 52.212 0.108 Nilai Tambah Industri Pengilangan Kerosene NTIPK 0.006 0.132 0.862 46.081 0.124 Nilai Tambah sub-Sektor Pengamatan NTSSP 0.408 0.000 0.591 6.138 0.019 Nilai Tambah sub-sektor Sumberdaya Alam NTSDA 0.182 0.008 0.810 5.540 0.010 Penerimaan Sumberdaya Alam PSDA 0.217 0.005 0.778 14.056 0.058 Nilai Tambah sub-Sektor Badan Usaha Milik Negara NTSPMN 0.226 0.158 0.616 3.849 0.012