Dampak Kenaikan Subsidi Bahan Bakar Minyak

subsidi BBM dapat ditetapkan pengenaan pajak lump-sum untuk produser dan konsumer yang menikmati subsidi BBM. Pengenaan pajak penjualan BBM dalam negeri sebesar 5 pada tahun 2001, dipandang relatif masih rendah bila dibandingkan dengan pengenaan pajak penjualan BBM yang diterapkan oleh negara-negara lain di Asia yang umumnya lebih besar 5 . Keadaan tersebut mengakibatkan harga BBM di negara-negara Asia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga BBM di Indonesia Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, 2003b. Pada bagian lain dengan penghapusan subsidi BBM berarti harga BBM meningkat dan akibatnya adalah terjadi penghematan pemakaian BBM dalam negeri. Penghematan pemakaian tersebut juga dapat mengurangi pembiayaan devisa impor minyak bumi dan BBM. Departemen Keuangan 2005b, menginformasikan tentang penghematan pemakaian BBM yang diharapkan dapat menurunkan kuota menjadi 55 juta kiloliter supaya sesuai dengan pemakaian BBM yang ditargetkan menurut APBN 2005.

4.3. Dampak Kenaikan Subsidi Bahan Bakar Minyak

terhadap Pendapatan Nasional, Neraca Pembayaran, dan Nilai Tukar Melalui sektor pemerintah keseimbangan pendapatan nasional dapat ditinjau dari dua hal, yaitu : 1 subsidi bahan bakar minyak dan pengeluaran rutin lainnya sebagai komponen pengeluaran pemerintah dalam permintaan agregat dan 2 hubungan penerimaan pajak dan pembayaran transfer dengan pendapatan nasional. Apabila pembayaran transfer meningkat, maka pengeluaran konsumsi rumahtangga meningkat dan mengakibatkan kenaikan permintaan agregat dan pendapatan nasional meningkat. Pada sisi lain kenaikan penerimaan pemerintah yang diperoleh dari pajak menurunkan pengeluaran konsumsi rumahtangga dan permintaan agregat sehingga pendapatan nasional menurun. Dengan demikian, besaran pengeluaran konsumsi rumahtangga C, C = C + MPC Y + TR – TA. Dimana C = pengeluaran konsumsi autonomos, MPC = besaran keinginan rumahtangga melakukan konsumsi, TR = pembayaran transfer dari pemerintah, dan TA = besaran pembayaran pajak.

4.3.1. Dampak Kenaikan Subsidi Bahan Bakar Minyak terhadap Pendapatan Nasional

Gambar 6 menunjukkan tentang dampak kenaikan subsidi BBM sebagai bagian dari kebijakan fiskal terhadap pendapatan nasional. Kebijakan fiskal mempengaruhi permintaan agregat AD secara langsung. AD = C + I + G + X – M. Dimana C = konsumsi rumahtangga, I = investasi pihak swasta, G = pengeluaran pemerintah atas subsidi BBM, X = ekspor, dan M = impor. Apabila G meningkat, maka AD meningkat dan menaikkan output. Namun, kenaikan tersebut disertai dengan kenaikan tingkat suku bunga di pasar uang. Hal tersebut berarti mengurangi efek dari kebijakan fiskal terhadap output, dimana dengan kenaikan tingkat suku bunga yang tinggi akan menurunkan pengeluaran investasi swasta. Jadi, kebijakan fiskal yang sebenarnya dimaksudkan untuk meningkatkan output, tetapi pada sisi lain mengakibatkan penurunan investasi swasta dan akibatnya output menurun. Kebijakan fiskal dimulai dari titik keseimbangan E 0, yaitu besaran pendapatan nasional Y dan tingkat suku bunga r 0. Angka pengganda α G , α G = 1 1 1 t c − − dimana c = keinginan masyarakat melakukan konsumsi Marginal Propensity to Consume MPC dan t = besaran tingkat pajak. IS 1 r IS Y LM E E 1 E 2 α G ∆G Y 1 Y 2 r 1 r Y Sumber: Dornbusch et al. 1998 Gambar 6. Dampak Kenaikan Subsidi Bahan Bakar Minyak terhadap Pendapatan Nasional Keterangan: E = Titik keseimbangan pendapatan nasional dan tingkat suku bunga IS = Keseimbangan pasar barang output LM = Keseimbangan pasar uang r = Tingkat suku bunga Y = Pendapatan nasional Apabila pengeluaran pemerintah ∆G meningkat, maka pengeluaran tersebut menaikkan pendapatan nasional sebesar perkalian angka pengganda dengan besaran jumlah pengeluaran pemerintah atau α G ∆G. Keadaan tersebut ditunjukkan oleh pergeseran kurva IS dari IS ke IS 1. Kenaikan pendapatan mendorong kenaikan permintaan kuantitas uang, sehingga tingkat bunga uang meningkat dari r ke r 1. Kenaikan tingkat bunga uang dari r ke r 1 mengakibatkan pengeluaran investasi dari pihak swasta menurun dan mengakibatkan AD dan output menurun crowding out. Dengan demikian, keseimbangan pasar barang dan uang hanya berada pada titik E 1. Jika kurva LM adalah horisontal yang menunjukkan bahwa jumlah penawaran uang Bank Sentral adalah konstan dan tingkat suku bunga juga konstan, maka kebijakan fiskal tidak berdampak terhadap tingkat suku bunga perangkap likuiditas the liquidity trap. Terdapat tiga alasan dampak kebijakan fiskal terhadap kurva IS dan LM Gambar 6, yaitu: 1 jika kemiringan kurva LM semakin mendatar, maka persentase kenaikan tingkat bunga semakin lebih kecil dan persentase kenaikan pendapatan semakin besar, 2 jika kemiringan kurva IS semakin mendatar, maka persentase kenaikan tingkat bunga semakin kecil dan persentase kenaikan pendapatan semakin kecil, dan 3 jika semakin besar angka pengganda, maka semakin besar pula pergeseran kurva IS dan menunjukkan semakin besar kenaikan pendapatan dan tingkat suku bunga. Apabila pemerintah memberikan subsidi BBM untuk investasi, maka alokasi anggaran subsidi pemerintah dimaksudkan adalah membiayai sebagian dari biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh pihak perusahaan industri. Kebijakan pemberian subsidi untuk investasi dilakukan oleh pemerintah pada berbagai bidang usaha. Secara tidak langsung pemberian subsidi diberikan juga melalui subsidi energi BBM. BBM merupakan sumber energi untuk perusahaan industri, sehingga dengan subsidi BBM berarti biaya energi untuk perusahaan menurun dan keuntungan perusahaan meningkat. Keuntungan yang tidak dibagi undistributed profit merupakan pembentukan modal dari pihak perusahaan untuk melakukan ekspansi usahanya. Dengan demikian, semakin besar keuntungan yang diraih perusahaan akan semakin besar pula pembentukan modal yang dapat dicapai, sehingga investasi meningkat. Gambar 7 menunjukkan tentang peran pemerintah untuk meningkatkan investasi melalui pemberian subsidi Dornbusch et al., 1998. Pemerintah memberikan subsidi dan akibatnya akumulasi modal pihak swasta meningkat sebesar ∆ I. Namun, pada sisi lain alokasi anggaran subsidi tersebut diperoleh dari penjualan obligasi negara atau surat hutang negara yang mendorong a b LM I 1 ∆ I I I E E 1 Y I 1 Y r 1 r I r r 1 E 1 E Y 1 α G ∆ I IS IS 1 r r Sumber: Dornbusch et al. 1998 Gambar 7. Dampak Kenaikan Subsidi Bahan Bakar Minyak untuk Peningkatan Investasi terhadap Pendapatan Nasional kenaikan tingkat bunga. Gambar 7a menunjukkan tentang kenaikan investasi swasta yang disertai dengan kenaikan tingkat bunga. Kenaikan investasi tersebut mendorong kenaikan pendapatan nasional dari Y ke Y 1 Gambar 7b. Besaran pendapatan nasional diperoleh dari hasil kali besaran angka pengganda dan kenaikan investasi swasta α G ∆I. Dimana α G = 1 1 1 t c − − . Dengan demikian, kenaikan subsidi investasi akan menaikkan tingkat bunga, investasi swasta, dan pendapatan nasional.

4.3.2. Dampak Ekspansi Fiskal terhadap Pendapatan Nasional, Neraca Pembayaran, dan Nilai Tukar

Alokasi anggaran subsidi untuk BBM merupakan bagian pengeluaran negara yang dilakukan sejak Tahun Anggaran TA 19751976. Kebijakan pemerintah yang menaikkan subsidi harga BBM akan menurunkan harga jual BBM dalam negeri, tetapi pada sisi lain alokasi anggaran subsidi untuk BBM meningkatkan pengeluaran negara dan defisit fiskal. Gambar 8a menunjukkan tentang ekspansi fiskal yaitu kenaikan pengeluaran negara yang mengakibatkan kenaikan pendapatan dan suku bunga. Kenaikan pengeluaran negara termasuk pengeluaran untuk pembelian bahan bakar minyak. Besarnya pengeluaran pemerintah untuk bahan bakar minyak ditentukan oleh besarnya alokasi anggaran subsidi untuk BBM. Kenaikan pendapatan mendorong kenaikan permintaan barang dan jasa yang ditunjukkan oleh pergeseran kurva IS dari IS 1 ke IS 2 . Pada sisi penawaran uang bahwa dengan kenaikan pendapatan berarti mendorong kenaikan permintaan uang, sehingga tingkat bunga meningkat. Dalam model IS – LM juga dapat menjelaskan tentang dampak kenaikan subsidi atau penurunan pajak terhadap Pendapatan Nasional. Melalui Gambar 8a dapat dijelaskan bahwa dengan penurunan pajak berarti mendorong rumahtangga lebih banyak mengeluarkan uang untuk barang dan jasa. Perubahan kebijakan tersebut menaikkan tingkat Pendapatan Nasional yaitu sebesar ∆ T MPC 1 – MPC, dimana T adalah besaran penurunan pajak. Pada bagian lain Dornbusch et al. 1998, mengatakan bahwa apabila pemerintah memberikan subsidi investasi, maka investasi meningkat dan menggeserkan kurva IS dari IS 1 ke IS 2 dan tingkat bunga meningkat. r r 1 r 2 r 1 r 2 NX NTR LM b NX NFI i IS 2 IS 1 Y Y 2 Y 1 NFI 2 NFI NFI 1 r Investasi Asing Bersih NFI NX 1 NX 2 NTR NTR 1 NTR 2 Model IS – LM Pasar Valuta Asing a c Sumber: Mankiw 1997 Gambar 8. Dampak Ekspansi Fiskal terhadap Pendapatan Nasional, Neraca Pembayaran, dan Nilai Tukar Keterangan: NFI = Investasi asing bersih NTR = Nilai tukar riil NX = Ekspor bersih Bagaimana dampak kenaikan tingkat bunga terhadap investasi asing bersih Net Foreign Investment NFI pada Gambar 8b? Apabila tingkat bunga dalam negeri meningkat, maka mengakibatkan investasi asing bersih atau arus modal keluar asing bersih net capital outflow menurun. Selain arus modal tersebut menurun, juga kecenderungan masyarakat untuk menabung meningkat, sehingga jumlah uang domestik yang beredar menurun. Artinya penawaran uang domestik menurun dibandingkan dengan permintaan uang. Dalam perdagangan semakin besar kenaikan permintaan mata uang domestik akan semakin meningkat pula nilai tukar mata uang tersebut terapresiasi terhadap mata uang asing. Melalui Gambar 8c dapat dipaparkan tentang bagaimana dampak terapresiasi Nilai Tukar Riil NTR untuk mata uang domestik terhadap neraca perdagangan ekspor dan impor NX. Apabila nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap mata uang asing, maka permintaan akan barang-barang produksi domestik untuk ekspor menurun. Hal tersebut mengakibatkan surplus neraca perdagangan menurun, sehingga kontribusi nilai transaksi perdagangan pada Pendapatan Nasional menurun.

4.4. Dampak Kebijakan Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak terhadap