dengan pendekatan ekonomi makro. Menurutnya bahwa pembayaran kepada rumahtangga dan pembayaran bersih kepada negara yang dilakukan oleh
sektor industri minyak bumi merupakan sumber sumbangan langsung sektor industri minyak bumi kepada tabungan rumahtangga dan tabungan pemerintah
yang dijadikan sebagai bagian dari investasi. Menurutnya nilai tambah bruto sektor-sektor lain sektor non-minyak bumi yang disebabkan oleh sektor
minyak bumi dalam keterkaitan intersektoral pembayaran kepada rumahtangga, negara, dan keuntungan bruto sektoral merupakan sumbangan
tidak langsung sektor minyak bumi kepada tabungan rumahtangga, tabungan pemerintah, dan tabungan usaha di sektor non-minyak bumi.
Ball 1978, mengatakan bahwa untuk menentukan GDP sisi produksi dapat diketahui setelah menjumlahkan nilai tambah dengan nilai neto pajak
tidak langsung. Nilai neto pajak tidak langsung diperoleh dari selisih penerimaan pajak tidak langsung dan subsidi. Glahe 1977, mengatakan
bahwa cara menghitung Produk Domestik Bruto menurut biaya faktor dapat dilakukan dengan menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor
produksi dalam proses produksi. Faktor-faktor tersebut yaitu tenaga kerja, modal, tanah, dan ketrampilan wirausaha entrepreneurship. Dengan
demikian, pendapatan nasional menurut biaya faktor merupakan jumlah dari upah dan gaji, bunga, sewa, dan keuntungan.
3.4. Perdagangan Minyak Bumi
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi 2005, menyatakan bahwa sejak tahun 1990-2005 rata-rata hasil kilang BBM solar meningkat sebesar
57 dan volume impor BBM solar sebesar 43 , sedangkan untuk
memenuhi permintaan dan pemakaian BBM solar, P.T. Pertamina, Tbk sub-sektor industri pengilangan BBM solar juga harus mengimpor bahan
baku minyak mentah dan BBM solar dari berbagai negara, diantaranya Arab Saudi, Iran, Australia, dan Malaysia.
Tabel 4. Volume Perdagangan Minyak Mentah Indonesia Tahun 1987 - 2005
Tahun Perdagangan Minyak Mentah
Kl Selisih
Ekspor dan Impor
Kl Ekspor
Impor 1987
1988 1989
1990 1991
1992 1993
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
53028108 54100588
47233724 47872232
55906899
38576852 36233141
51545539 44999177
48012143 41630513
30407120 39868582
28189718 28875419
24116189
23395578 24288961
23430250 4795760
3169648 3382440
3453900 6466336
9648688 8959496
9221516
10850804 11400252
9985344 10604664
13448772 12700824
16502496 19715020
20512196 30091012
30888188 48232348
50930940 43851284
44418332 49440563
28928164 27273645
42324023 34148373
36611891 31645169
19802456 26419810
15488894 12372923
4401169 2883382
-5802051 -7457938
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2005g Data Olah
Tabel 4, menyajikan perkembangan volume perdagangan minyak mentah Indonesia sejak tahun 1987- 2005. Sejak tahun 1987 – 1991 volume
ekspor minyak mentah Indonesia lifting berada pada tingkat volume
ekspor yang stabil. Namun, pada tahun 1991 volume impor minyak mentah meningkat, walaupun volume ekspor minyak mentah juga meningkat. Sampai
tahun 2005 volume impor minyak mentah meningkat, tetapi volume ekspor minyak mentah terus menurun. Pada tahun 2003, volume impor minyak
mentah menyaingi volume ekspor minyak mentah. Bahkan pada tahun tersebut volume impor minyak mentah mampu melampaui volume ekspor minyak
mentah, sehingga volume transaksi perdagangan minyak mentah defisit. Tabel 4 secara keseluruhan memaparkan tentang perkembangan
volume transaksi perdagangan minyak mentah. Pada periode tahun 1987- 1990, rata-rata volume ekspor minyak mentah dan volume impor minyak
mentah adalah stabil. Pada periode 1991-1997, rata-rata volume ekspor adalah stabil, sedangkan rata-rata volume impor meningkat. Pada periode 1998– 2005
rata-rata volume ekspor menurun sedangkan rata-rata volume impor minyak mentah meningkat. Bahkan rata-rata kenaikan volume impor minyak pada
periode 1998-2005 lebih besar dari rata-rata kenaikan volume impor periode tahun 1991-1997. Keadaan tersebut ditunjukkan oleh volume transaksi
perdagangan minyak mentah yang mengalami defisit. Bank Indonesia 2003, memaparkan data tentang perkembangan
neraca perdagangan dari ekspor dan impor minyak bumi Indonesia dengan beberapa negara pengimpor sejak tahun 1998–2002. Nilai transaksi
perdagangan pada tahun 1998 0.0 , tahun 1999 0.0 , tahun 2000 0.0 , tahun 2001 - 0.9 , dan tahun 2002 - 1.7 . Perdagangan minyak
bumi yang dimaksudkan adalah penjumlahan perdagangan minyak mentah, BBM, dan jasa angkutan minyak bumi dengan negara asal.
IV. KERANGKA TEORITIS KEBIJAKAN SUBSIDI HARGA BAHAN BAKAR MINYAK