Pengadaan Bahan Bakar Minyak

penurunan standar hidup, terutama masyarakat yang berpendapatan rendah. Hal tersebut mengakibatkan jumlah kemiskinan meningkat.

2.3. Pengadaan Bahan Bakar Minyak

Pengadaan BBM dilaksanakan sepenuhnya oleh Pertamina, tetapi keadaan kilang-kilang minyak dalam negeri tidak mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri sehingga Pertamina mengimpor BBM. Pemerintah mengganti seluruh biaya pengadaan BBM yang dikeluarkan oleh Pertamina setelah melalui proses audit, ditambah sejumlah fee untuk pengolahan dan pendistribusiannya. Pembangunan kilang minyak Tabel 2. Produksi, Pemakaian, dan Volume Impor Bahan Bakar Minyak Solar Tahun 1987-2005 Tahun Produksi BBM Solar Dalam Negeri kl Pemakaian BBM Solar Dalam Negeri kl Volume Impor BBM Solar kl 1987 6 795 707 8 620 221 1 824 514 1988 7 529 834 9 460 585 1 930 751 1989 8 278 404 10 316 052 2 037 648 1990 9 405 070 11 552 089 2 147 019 1991 10 657 132 13 019 301 2 362 169 1992 6 814 596 14 865 961 8 051 365 1993 7 370 150 15 899 077 8 528 927 1994 7 516 183 16 295 869 8 779 686 1995 8 226 976 17 485 211 9 258 235 1996 13 187 605 18 373 100 5 185 495 1997 2 587 298 21 422 545 18 835 247 1998 14 808 874 20 103 732 5 294 858 1999 13 378 876 20 650 378 7 271 502 2000 14 468 874 22 427 672 7 958 798 2001 14 231 097 23 620 697 9 389 600 2002 14 171 891 24 613 522 10 441 631 2003 14 256 652 24 396 352 10 139 700 2004 14 780 620 26 051 227 11 270 607 2005 13 518 636 27 473 398 13 954 762 : Data Prediksi Badan Pusat Statistik, 2005 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2005b dibutuhkan investasi yang sangat besar, sehingga kilang-kilang minyak di Indonesia hampir seluruhya milik pemerintah. Keadaan wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu pulau dan jumlah penduduk yang besar dengan penyebaran yang tidak merata, ketersediaan prasarana yang belum sepenuhnya memadai, menyebabkan pendistribusian BBM membutuhkan biaya yang cukup besar. Kegiatan distribusi dan pemasaran BBM swasta ikut berpartisipasi dalam bentuk kerjasama dengan Pertamina seperti kegiatan transportasi BBM dengan truk dan mobil tangki, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum SPBU, agen, dealer , dan pengecer. Perkembangan produksi, pemakaian, dan volume impor BBM solar sejak tahun 1987 – 2005 Tabel 2. Konsumsi BBM dalam negeri terus meningkat seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 2003b, melaporkan bahwa dalam dua dekade terakhir, konsumsi BBM meningkat masing-masing 3.5 dan 5.9 per tahun. Permintaan BBM solar meningkat melebihi produksi hasil kilang dalam negeri sehingga sebagian harus diimpor Tabel 2. Selain hal tersebut, BBM solar juga banyak dipakai oleh negara berkembang seperti Indonesia. Permintaan, ketersediaan pasokan, dan harga BBM solar menurut harga pasar minyak dunia dijadikan pertimbangan pengadaan BBM solar dalam negeri. BBM sebagai hasil kilang dari industri pengilangan dalam negeri merupakan joint productions, artinya dengan bahan baku minyak mentah yang sama dapat diproduksikan beberapa jenis BBM seperti solar, kerosene, bensin, dan lain-lain. Badan Pusat Statistik 2005b, menyajikan rincian tentang penggunaan bahan bakar minyak, jumlah produk dan penerimaan dari masing- masing jenis BBM, dan jumlah biaya antara oleh industri pengilangan minyak pada tahun 1987 – 2005. Partadiredja 1982, mengemukakan tentang penghitungan nilai tambah menurut harga yang berlaku adalah selisih dari nilai produk dan biaya antara termasuk biaya penolong lainnya. Dalam kaitannya dengan nilai tambah sub- sektor industri pengilangan BBM dan khususnya BBM solar, diperoleh dari selisih nilai produk dan biaya antara sub-sektor industri pengilangan BBM solar. Data nilai produk sub-sektor industri pengilangan BBM solar diperoleh dari data statistik minyak dan gas bumi tahun 1987 - 2005. Selanjutnya untuk memperoleh besarnya biaya antara sub-sektor industri pengilangan BBM solar, terlebih dahulu ditentukan nilai rasio antar nilai produksi BBM solar dan nilai produksi total BBM hasil kilang. Selanjutnya dari nilai rasio tersebut dikalikan dengan jumlah biaya antara untuk memproduksikan BBM solar. Metode yang sama juga digunakan untuk menentukan nilai tambah menurut harga yang berlaku serta jumlah permintaan dan pemakaian BBM solar oleh sub-sektor lainnya. Secara kuantitas BBM solar adalah yang paling banyak digunakan oleh setiap sub-sektor atau sektor ekonomi. Harga BBM dijual dengan harga yang sama di seluruh kepulauan Indonesia pada titik penyerahan akhir. Titik penyerahan akhir untuk premium dan solar adalah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum SPBU, sehingga harga BBM setiap SPBU di Indonesia adalah sama. Biaya transportasi dan distribusi dari kilang minyak ke SPBU ditanggung oleh Pertamina Pemerintah. Titik penyerahan akhir kerosene adalah depot Pertamina, sehingga harga kerosene ke konsumen harus ditambah dengan biaya transportasi dari depot ke agen, pangkalan, dan pengecer.

III. TINJAUAN PUSTAKA