Subsidi harga BBM solar yang dimulai sejak tahun anggaran 19751976 ikut menunjang usaha di sektor-sektor industri pengolahan, serta
memberikan kontribusi yang besar untuk penerimaan dalam negeri Sagir, 1983. Subsidi harga BBM menjadi perhatian pemerintah membantu
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, terutama untuk masyarakat yang kurang mampu serta mendorong industrialisasi Yusgiantoro, 2000.
Pada bagian lain Hasyim 2000, mengemukakan bahwa subsidi harga BBM solar hanya menciptakan harga BBM solar dalam negeri menjadi
lebih murah, sehingga menimbulkan disparitas harga BBM solar antar negara dan ekspor BBM solar ilegal.
Distorsi pasar untuk BBM solar yang biasanya dilakukan pemerintah,
yaitu: 1 subsidi harga BBM solar, 2 pajak penjualan BBM solar, dan 3 kuota untuk persediaan dan pemakaian BBM solar dalam negeri Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2002. Arief 1986, mengatakan bahwa distorsi pasar BBM solar dalam negeri merupakan kebijakan pemerintah selain
mendorong kegiatan ekonomi di sektor industri, juga untuk peningkatan penerimaan dalam negeri.
3.1. Penghapusan Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak
Zuhal 1998, mengatakan tentang harga energi solar yang tidak menurut harga keekonomiannya selain membebani perkembangan industri
energi dalam negeri juga menambah defisit anggaran pemerintah. Menurutnya, konversi dan diversifikasi energi, terutama upaya pemanfaatan
sumberdaya dan teknologi energi terbarukan menjadi terhambat. Dikatakannya, bahwa ekspor energi solar sangat menentukan perolehan
devisa, tetapi pada sisi lain kebutuhan energi solar untuk pertumbuhan ekonomi tidak boleh terganggu.
Marsudi 1998, mengemukakan bahwa harga BBM solar yang murah dibandingkan dengan harga gas alam dalam negeri dan panas bumi akan lebih
menarik penggunaan BBM solar untuk pembangkitan tenaga listrik dibandingkan dengan pemakaian gas alam dan panas bumi. Soegianto 1998,
mengatakan bahwa pemanfaatan energi seharusnya mengacu dari konsep ekonomi pasar supaya pada saat harga pasar minyak melemah dan
menyebabkan turunnya bagian minyak pemerintah, tetapi tidak diikuti oleh pemborosan pemakaian BBM.
Subsidi harga BBM solar ditafsirkan dapat membentuk praktek perdagangan unfair, dimana perusahaan-perusahaan eksportir memanfaatkan
BBM solar yang bersubsidi, baik pemanfaatan tersebut digunakan langsung maupun secara tidak langsung. Selama penerapan subsidi harga BBM solar
dimanfaatkan oleh semua sektor ekonomi, akibatnya pihak eksportir dapat saja menjual produk dibawah harga pasar, sehingga nampaknya lebih kompetitif
diantara anggota bisnis. Trade and Management Development Institute
2003, menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah memperlakukan Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Undang- undang tersebut mengarah pada perdagangan bebas dunia,
dimana liberalisasi terhadap perdagangan merupakan fenomena oleh semua negara sebagai anggota masyarakat internasional. Kindleberger dan Lindert
1978, mengatakan bahwa predatory dumping merupakan praktek yang dilakukan oleh para pengusaha dengan maksud untuk memonopoli pasar
dengan cara menyeret para pesaingnya keluar dari bisnis melalui penjualan dibawah biaya sebenarnya. Setelah para pesaingnya keluar, mereka
menaikkan harga tersebut sesuai dengan biaya yang seharusnya. Krugman dan Obstfeld 1994, mengatakan bahwa dumping secara luas dipandang sebagai
praktek dagang yang unfair dalam persaingan internasional.
3.2. Minyak Bumi serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara