yang diserap oleh akar, kemudian dibawa ke dalam jaringan daun. Dari butir- butir hijau daun, CO
2
dan air dengan bantuan sinar matahari diubah menjadi zat tepung atau pati Muchtadi dan Ayustaningwarno 2010.
Perhitungan kadar karbohidrat selada air dalam penelitian ini dilakukan dengan metode by difference, yaitu penentuan kadar karbohidrat dalam bahan
pangan secara kasar. Kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi melalui perhitungan dengan metode by difference
Winarno 2008. Hasil perhitungan kadar karbohidrat menunjukkan bahwa selada air
mengandung karbohidrat sebesar 1,90. Hasil tersebut cukup berbeda dengan hasil penelitian Costain 2007 yang menyebutkan bahwa selada air mengandung
0,4 gram karbohidrat dalam 100 gram selada air atau sebesar 0,4. Variasi ini dapat terjadi karena perbedaan habitat atau lingkungan hidup, umur serta musim.
Karbohidrat pada bahan pangan nabati dapat berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti
pati, pektin, selulosa, dan lignin. Selulosa dan lignin berperan sebagai penyusun dinding sel tanaman Winarno 2008.
4.2 Ekstraksi Komponen Bioaktif Selada Air
Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen zat aktif suatu bahan dengan menggunakan pelarut tertentu. Tujuan dari proses ini adalah untuk
mendapatkan bagian-bagian tertentu dari bahan yang mengandung komponen- komponen aktif Harborne 1984. Proses ekstraksi pada penelitian ini meliputi
proses pengeringan sampel, penghancuran sampel menjadi ukuran yang lebih kecil serbuk, maserasi dalam pelarut dengan penggoyangan, penyaringan dan
evaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator. Sampel yang digunakan meliputi bagian daun, batang dan selada air secara keseluruhan.
Proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol p.a. yang bersifat polar. Hal tersebut mengacu pada hasil penelitian Özen 2009 yang juga menggunakan
pelarut etanol pada selada air yang diambil dari Turki. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari selada air menunjukkan persentase
inhibisi peroksidasi lemak yang paling baik yaitu sebesar 96,34. Ekstraksi
selada air dengan pelarut etanol juga digunakan oleh Shahrokhi et al. 2009 dalam meneliti selada air yang diambil dari Iran timur.
Ekstraksi dengan etanol bertujuan untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang bersifat polar, seperti senyawa golongan polifenol, fenol, glikosida, dan
flavonoid Ayu 2010. Menurut Suratmo 2009, senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan dapat diprediksi dari golongan fenolat, flavonoid
dan alkaloid yang merupakan senyawa-senyawa polar. Hasil penelitian Mohammedi dan Atik 2011 menunjukkan bahwa komponen bioaktif steroid,
terpenoid, flavonoid dan tanin terdeteksi pada daun Tamarix aphylla yang diekstraksi dengan pelarut polar seperti air, campuran etanol dan air, campuran
metanol dan air, dan campuran aseton dan air. Proses ekstraksi yang digunakan merupakan proses ekstraksi tunggal.
Proses ekstraksi tunggal dipilih karena pelarut yang digunakan hanya satu jenis atau hanya memiliki satu sifat kepolaran. Hasil penelitian Sarastani et al. 2002,
menunjukkan bahwa rendemen ekstrak biji atung dari hasil ekstraksi tunggal jauh lebih besar dibandingkan ekstraksi bertingkat. Hasil penelitian Prabowo 2009,
menunjukkan bahwa rendemen ekstrak keong matah merah dari hasil ekstraksi tunggal lebih besar daripada ekstraksi bertingkat. Rendemen ekstrak tersebut juga
dipengaruhi oleh kelarutan komponen bioaktif dalam pelarut yang digunakan. Sebelum proses ekstraksi dilakukan, sampel selada air dikeringkan terlebih
dahulu selama 5 hari. Tujuan dari proses pengeringan ini adalah untuk mengurangi kadar air dalam bahan. Kadar air yang rendah menunjukkan bahwa
air tipe III dalam bahan berada dalam jumlah yang rendah, sehingga proses pembusukan, hidrolisis komponen bioaktif dan oksidasi dalam sampel selama
dilakukannya maserasi dapat dihindari. Sampel yang kering juga sangat berguna dalam evaporasi. Ketika proses ekstraksi dilakukan pada sampel basah, air akan
bermigrasi dari bahan ke dalam lingkungan pelarut dalam jumlah yang cukup banyak. Air yang memiliki titik didih lebih tinggi dari pelarut, akan sangat sukar
dan membutuhkan waktu yang lama untuk dipisahkan dari ekstrak dengan menggunakan pemanasan suhu rendah. Pada penelitian ini digunakan suhu 50
o
C untuk mencegah kerusakan komponen bioaktif. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Özen 2009 dimana sampel selada air berbentuk sampel kering dan dievaporasi menggunakan suhu 50
o
C. Sampel selada air yang sudah kering akan lebih mudah dihancurkan
menjadi bentuk yang lebih kecil serbuk. Ukuran partikel yang lebih halus mempunyai luas permukaan yang semakin luas sehingga semakin besar terjadinya
kontak antara bahan dan pelarut. Hasil penelitian Gião et al. 2009 menunjukkan bahwa pada ekstraksi daun Agrimonia eupatoria, ternyata daya antioksidan
ekstrak meningkat dengan semakin kecilnya ukuran partikel. Hal ini karena luas permukaan akan menyebabkan pemindahan molekul lebih ekstensif dari padatan
ke larutan. Proses evaporasi pada penelitian ini menggunakan alat rotary vacuum
evaporator dengan suhu 50
o
C. Pemekatan pelarut umumnya dilakukan dengan penguap putar yang akan memekatkan larutan menjadi volume kecil. Pemekatan
larutan bertujuan untuk memurnikan ekstrak dan memperoleh kembali pelarut yang dapat digunakan pada ekstraksi lain Harborne 1984.
Proses ekstraksi maserasi pada penelitian ini dilakukan selama 1 hari 24 jam. Hasil penelitian Salamah et al. 2008 menunjukkan bahwa lamanya
waktu ekstraksi maserasi pada kijing taiwan selama 1 hari, 2 hari dan 3 hari tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah rendemen
ekstrak yang dihasilkan, oleh karena itu penelitian ini menggunakan lama ekstraksi maserasi selama 1 hari.
4.2.1 Ekstrak kasar Proses evaporasi filtrat dari masing-masing hasil maserasi bagian daun,
batang, dan selada air utuh akan menghasilkan ekstrak kasar selada air yang kental. Ketiga ekstrak selada air tersebut berbentuk pasta kental dan berwarna
hijau pekat. Menurut Hernani et al. 2009, produk ekstrak mempunyai banyak keuntungan antara lain semua kandungan bioaktif tanaman terdapat dalam bentuk
konsentrat, dan masih dalam bentuk matrik alami. Faktor yang berpengaruh dalam warna ekstrak yang dihasilkan adalah dari proses pengeringan, bila
pemanasan terlalu tinggi ekstrak yang dihasilkan sedikit hitam. Ekstrak kasar selada air disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Ekstrak kasar selada air
Kiri-kanan: ekstrak daun, batang, utuh
Hasil ekstraksi dengan bagian tumbuhan yang berbeda-beda akan menghasilkan rendemen ekstrak yang berbeda-beda pula. Rendemen ekstrak
merupakan perbandingan antara jumlah ekstrak yang dihasilkan dengan jumlah sampel awal yang diekstrak. Rendemen ekstrak dinyatakan dalam persen, sama
halnya dengan nilai rendemen bahan. Hasil perhitungan rendemen ekstrak dari masing-masing bagian tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 4 sedangkan nilai
rendemen ekstrak dari masing-masing bagian dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Diagram batang rendemen ekstrak kasar selada air Diagram batang di atas menunjukkan bahwa ekstrak selada air utuh
memiliki persentase rendemen ekstrak terkecil yaitu 11,09, sedangkan ekstrak batang selada air merupakan ekstrak yang memiliki rendemen terbesar
12,14 14,04
11,08
2 4
6 8
10 12
14 16
Daun Batang
Utuh
R endem
en ekst
rak
Bagian tumbuhan
yaitu 14,04. Hasil fitokimia Tabel 3 menunjukkan bahwa batang selada air memiliki komponen bioaktif yang lebih sedikit dari daun dan selada air utuh.
Nilai rendemen ekstrak yang tinggi disebabkan terdapat suatu jenis komponen bioaktif yang dominan pada batang atau berada dalam jumlah lebih besar. Hal ini
dikarenakan ekstrak yang diperoleh dari proses penelitian ini masih berupa ekstrak kasar. Menurut Harborne 1984, jumlah rendemen ekstrak bergantung
pada kondisi alamiah senyawa, metode ekstraksi, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu ekstraksi, kelarutan komponen dalam pelarut serta perbandingan
sampel dengan pelarut. 4.2.2 Komponen bioaktif pada ekstrak kasar
Ekstrak kasar selada air yang diperoleh dari proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol p.a. diuji kandungan komponen bioaktif menggunakan metode uji
fitokimia. Uji ini akan menunjukkan komponen bioaktif apa saja yang terlarut pada masing-masing pelarut.
Koche et al. 2010 mengemukakan bahwa fitokimia pada dasarnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bagian primer dan bagian sekunder, tergantung pada
fungsinya pada metabolisme tanaman. Bagian primer terdiri dari gula, asam amino, protein dan klorofil. Bagian sekunder terdiri dari alkaloid, terpenoid,
saponin, komponen fenol, flavonoid, tannin dan lain-lain. Uji fitokimia yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji alkaloid, steroid, flavonoid, saponin,
fenol hidrokuinon, uji Molisch, uji Benedict, uji Biuret dan uji Ninhidrin. Hasil uji fitokimia pada masing-masing ekstrak kasar selada air dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji fitokimia ekstrak kasar selada air Uji Fitokimia
Ekstrak Standar warna
Hasil Daun Batang Utuh
Alkaloid: a. Dragendorff
+ +
+ Endapan merah atau
jingga Endapan jingga
b. Meyer -
- -
Endapan putih kekuningan
Tidak ada endapan c. Wagner
- -
- Endapan coklat
Tidak ada endapan Steroid
triterpenoid +
+ +
Perubahan dari merah menjadi
biruhijau Hijau kebiruan
Flavonoid -
- -
Lapisan amil alkohol berwarna
merahkuninghijau Tidak terbentuk
lapisan amil alkohol
Saponin -
- -
Terbentuk busa Tidak terbentuk
busa Fenol
Hidrokuinon +
- +
Warna hijau atau hijau biru
Daun: hijau biru, batang: coklat tua,
utuh: hijau tua
Molisch +
+ +
Warna ungu antara 2 lapisan
Terbentuk lapisan ungu tua
Benedict +
- +
Warna hijaukuningendapan
merah bata Daun: hijau lumut,
ada endapan merah bata,
batang: coklat muda, utuh: hijau
tua
Biuret -
- -
Warna ungu Warna hijau
Ninhidrin +
+ +
Warna biru Daun: biru
keunguan, batang dan utuh: ungu tua
Hasil pengujian fitokimia pada Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak daun selada air dan ekstrak selada air utuh mengandung komponen bioaktif yang lebih
banyak dibandingkan ekstrak batang selada air. Komponen bioaktif pada ekstrak daun selada air dan selada air utuh meliputi komponen alkaloid, steroid, fenol
hidrokuinon, karbohidrat gula pereduksi dan asam amino. Komponen bioaktif yang terdeteksi pada ekstrak batang selada air diantaranya komponen alkaloid,
steroid, karbohidrat dan asam amino. Diagram batang pada Gambar 7 menunjukkan bahwa ekstrak batang
selada air memiliki rendemen ekstrak yang lebih besar dari ekstrak daun dan
selada air utuh. Ekstrak batang selada air tersebut diduga mengandung komponen lain selain komponen tersebut di atas atau mengandung komponen alkaloid,
steroid, karbohidrat dan asam amino dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan ekstrak daun dan selada air utuh. Hal ini dikarenakan ekstrak yang
diperoleh pada penelitian ini masih berupa ekstrak kasar, sehingga perlu dilakukan pemurnian ekstrak.
Setiap komponen bioaktif yang terdeteksi pada selada air dan bagian- bagiannya memiliki berbagai manfaat yang telah dikaitkan antara khasiat secara
empiris dan ilmiah. Manfaat dari setiap komponen bioaktif dari selada air dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hubungan komponen bioaktif selada air dengan manfaatnya Komponen
Bioaktif Bagian
Pemanfaatan Alkaloid
Daun, batang,
utuh sebagai antioksidan, obat kanker, obat batuk
Steroidtriterpenoid Daun, batang,
utuh antitumor, meningkatkan stamina tubuh
Fenol hidrokuinon Daun,
utuh sebagai masker wajah, mengatasi jerawat,
bintik-bintik atau noda hitam, menghambat melanosis
Karbohidrat Daun,
batang, utuh
melancarkan pencernaan, mencegah sembelit
Gula pereduksi Daun,
utuh mencegah diabetes mellitus
Asam amino Daun,
batang, utuh
mempunyai peranan yang penting dalam pengolahan makanan seperti asam glutamat
yang banyak terdapat pada tanaman dapat menimbulkan rasa yang lezat
1 Alkaloid
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan
alkaloid berbentuk padatan kristal. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan Putra 2007.
Hasil pengujian fitokimia menunjukkan adanya alkaloid pada ekstrak daun, batang dan selada air utuh. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting, dan
kulit batang. Alkaloid umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan
tumbuhan Lenny 2006. Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahkan jenis
alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismut dan
yodium. Pereaksi Meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit
berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium iodida dan yodium. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan
yang besar dalam hal sensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda Sastrohamidjojo 1996.
Sejumlah pereaksi digunakan untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang
akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron dapat juga memberikan noda
yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut Robinson 1991.
Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk
menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich p-dimetilaminobenzaldehid yang diasamkan memberikan karakteristik warna
yang sangat biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Pereaksi serium ammonium sulfat CAS berasam asam sulfat atau fosfat memberikan warna
yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultra ungu alkaloid Sastrohamidjojo 1996.
Alkaloid kerap kali bersifat racun pada manusia, tetapi ada juga yang memiliki aktivitas fisiologis pada kesehatan manusia sehingga digunakan secara
luas dalam pengobatan Harborne 1984. Alkaloid pada ekstrak selada air ini
diduga memiliki sifat antioksidan, sama seperti jenis alkaloid yang ditemukan oleh Cheng et al. 2005 pada tanaman Sinomenium acutum, tanaman yang
digunakan dalam pengobatan tradisional Cina. Ekstrak etanol dari tanaman tersebut dimurnikan dengan kromatografi menggunakan silika gel. Ekstrak
tanaman tersebut menunjukkan hasil positif saat diberikan pereaksi Dragendorff sama dengan ekstrak daun, batang dan selada air utuh dalam penelitian ini yang
menunjukkan hasil positif ketika diberikan pereaksi Dragendorff. Alkaloid umumnya larut pada pelarut organik non polar, sedangkan
beberapa kelompok pseudoalkaloid dan protoalkaloid larut dalam air polar. Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen asam
amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Pseudoalkaloid merupakan komponen alkaloid yang tidak diturunkan dari prekursor asam amino, biasanya
bersifat basa Lenny 2006. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol yang bersifat polar. Ekstrak etanol tersebut menunjukkan reaksi positif
yang menunjukkan adanya alkaloid. Hal ini menunjukkan bahwa selada air mengandung alkaloid berupa protoalkaloid dan pseudoalkaloid.
2 Steroidtriterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa dengan kerangka karbon yang disusun dari 6 unit isoprena dan dibuat secara biosintesis dari skualen, suatu C
30
hidrokarbon asiklik. Triterpenoid dapat dibagi atas 4 kelompok senyawa, yaitu triterpen
sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Kedua kelompok terakhir disebut triterpen esensial essentially triterpens atau steroid yang umumnya
terdapat dalam tanaman sebagai glikosida Sirait 2007. Ekstrak selada air pada penelitian ini menunjukkan hasil negatif pada pengujian saponin sehingga diduga
kelompok triterpenoidnya berupa senyawa glikosida jantung atau kardenolid. Glikosida jantung banyak yang mempunyai aktivitas farmakologis Sirait 2007.
Hasil pengujian
fitokimia menunjukkan
bahwa komponen
steroidtriterpenoid ini terdeteksi pada ketiga ekstrak kasar selada air daun, batang dan selada air utuh. Steroid pada mulanya dipertimbangkan hanya
sebagai komponen pada substansi hewan saja sebagai hormon seks, hormon adrenal, asam empedu, dan lain sebagainya, akan tetapi akhir-akhir ini steroid
juga ditemukan pada substansi tumbuhan Harborne 1984. Hal tersebut dapat
ditunjukkan oleh hasil penelitian Kurniawati et al. 2005 dimana senyawa triterpenoidsteroid terdapat dalam jumlah yang tinggi pada tanaman pegagan
sebagai bahan obat. 3
Fenol hidrokuinon Komponen fenolat merupakan struktur aromatik yang berikatan dengan
satu atau lebih gugus hidroksil. Komponen fenolat bersifat larut air polar selama komponen tersebut berikatan dengan gula membentuk glikosida, dan
biasanya terdapat dalam vakuola sel Harborne 1984. Hasil penelitian menunjukkan adanya komponen fenol hidrokuinon pada bagian daun dan selada
air utuh yang diekstraksi dengan pelarut etanol. Hasil penelitian Yim et al. 2009 menunjukkan bahwa total fenol pada lima spesies jamur di Malaysia yang
diekstraksi dengan pelarut etanol lebih tinggi daripada yang diekstraksi menggunakan pelarut metanol dan aseton.
Eksrak daun dan selada air utuh dalam penelitian ini yang menunjukkan adanya fenol diduga mempunyai aktivitas antioksidan. Glikosida fenol terdiri dari
arbutin dan metal arbutin dimana arbutin berfungsi sebagai diuretik dan antiseptik saluran kemih Sirait 2007. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh hasil penelitian
Escudero et al. 2008 dimana komponen polifenol yang diisolasi dari daun Piper aduncum
L. yang diekstraksi dengan etanol memiliki aktivitas antioksidan dan menurunkan kandungan hidrogen peroksida secara in-vivo. Hasil penelitian
Kiessoun et al. 2010 juga menunjukkan adanya komponen polifenol, aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi yang tinggi pada tanaman Malvaceae spesies
Cienfuegosia digitata dan Sida alba.
4 Karbohidrat
Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul tinggi
seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin Winarno 2008. Karbohidrat berperan dalam penyimpanan energi pati, transportasi energi sukrosa, serta pembangun
dinding sel selulosa Harborne 1984. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ketiga ekstrak kasar selada air
daun, batang dan utuh positif mengandung karbohidrat. Hasil pengujian ini mendukung hasil analisis proksimat karbohidrat selada air, yaitu sebesar 1,90.
Hasil positif pengujian kandungan karbohidrat dengan menggunakan pereaksi Molisch ini diikuti dengan reaksi positif pengujian kandungan gula pereduksi
pada ekstrak daun dan selada air utuh menggunakan pereaksi Benedict. Ekstrak batang selada air menunjukkan hasil negatif pada pengujian gula pereduksi
dengan pereaksi Benedict. Hasil positif ditunjukkan pada ekstrak daun dan selada air utuh, diduga gula pereduksi pada ekstrak selada air utuh berasal dari bagian
daun. Komponen aldosa dapat terdeteksi tetapi komponen ketosa tidak pada
pereaksi Benedict yang tidak alkali. Ketosa hanya akan terdeteksi pada suasana alkali saja, seperti pada pereaksi Fehling. Hal ini dikarenakan ketosa akan
terisomerisasi menjadi aldosa pada suasana alkali dan dapat mereduksi tembaga II menjadi tembaga I yang akan mengendap sebagai Cu
2
O yang berwarna merah bata Fennema 1996. Ekstrak daun dan selada air utuh pada
penelitian ini diduga memiliki gula pereduksi yang didominasi jenis aldosa, bukan ketosa.
5 Asam amino
Nilai mutu protein tergantung pada asam amino yang dikandungnya, yang merupakan bagian terkecil dari protein Muchtadi dan Ayustaningwarno 2010.
Campuran asam-asam amino akan dihasilkan apabila suatu protein dihidrolisis dengan asam, alkali, atau enzim. Sebuah asam amino terdiri dari gugus amin,
gugus karboksil, atom hidrogen, dan gugus R yang terikat pada sebuah atom C yang dikenal sebagai karbon α, serta gugus R merupakan rantai cabang
Winarno 2008.
Hasil pengujian asam amino dengan pereaksi ninhidrin menunjukkan ketiga ekstrak selada air daun, batang, utuh positif mengandung komponen asam
amino. Hasil positif pada pengujian kandungan asam amino ini tidak diikuti dengan hasil positif pada pengujian peptida menggunakan pereaksi biuret pada
ketiga ekstrak. Hal tersebut menunjukkan ketiga ekstrak selada air tidak mengandung peptida.
Umumnya, asam glutamat dan aspartat, asam amida glutamat, serta asparagin terdapat dalam jumlah yang lebih besar dari yang lainnya
pada tanaman. Histidin, triptofan, sistein dan metionin seringkali terdapat dalam jumlah yang rendah pada jaringan tumbuhan dan sulit dideteksi Harborne 1984.
4.3 Aktivitas Antioksidan