2.2 Mekanisme Oksidasi Lemak
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Reaksi oksidasi akan mengakibatkan bau
tengik pada minyak dan lemak. Proses oksidasi tidak ditentukan oleh besar kecilnya jumlah lemak dalam bahan sehingga bahan yang mengandung lemak
dalam jumlah kecilpun mudah mengalami proses oksidasi Ketaren 2008. Mekanisme oksidasi lemak dipengaruhi oleh kondisi oksidasi, yaitu
temperatur, katalis, tipe asam lemak, distribusi dan bentuk ikatan ganda serta jumlah oksigen yang tersedia. Mekanisme oksidasi dibagi dalam tiga tahap
dengan bilangan peroksida sebagai indikator derajat oksidasinya. Mekanisme oksidasi lemak tak jenuh terdiri dari tiga tahap, yaitu inisiasi, propagasi dan
terminasi Gordon 1990. Tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal bebas bila lemak kontak
dengan panas, cahaya, ion metal dan oksigen. Reaksi ini terjadi pada grup metilen yang berdekatan dengan ikatan rangkap C=C Winarno 2008. Tahap selanjutnya
adalah tahap propagasi dimana pada tahap ini radikal lipid hasil tahap inisiasi bertemu dengan oksigen membentuk radikal peroksida Gordon 1990. Radikal
peroksida yang terbentuk akan mengikat ion hidrogen dari lemak lain membentuk hidrogen peroksida dan molekul radikal lemak baru, reaksinya akan berulang
hingga merupakan reaksi berantai. Tahap terakhir adalah terminasi, hidrogen peroksida yang sangat tidak stabil terpecah menjadi senyawa organik berantai
pendek seperti asam-asam lemak, aldehida-aldehida, dan keton yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik pada lemak Winarno 2008.
2.3 Antioksidan
Antioksidan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah oksidasi lemak, misalnya digunakan pada bahan pangan yang akan digoreng, makanan dari
biji-bijian, dan makanan-makanan lain yang mengandung banyak lemak dan mudah tengik Winarno et al. 1980. Senyawa antioksidan memiliki berat
molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal Winarsi 2007.
Antioksidan dapat menetralisasi radikal bebas, sehingga atom dan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron dan menjadi stabil. Radikal
bebas sendiri merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil. Ketidakstabilan ini disebabkan atom tersebut memiliki satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan. Atom tunggal tersebut berusaha untuk memiliki pasangan elektron sehingga sifatnya sangat reaktif saat itu. Atom ini cenderung
untuk mengambil partikel dari molekul lain yang kemudian menghasilkan senyawa baru yang tidak normal. Partikel atau elektron yang dijadikan pasangan
baru itu bisa diambil dari DNA, membranselaput sel, membran liposom bagian sel yang mengandung enzim hidrolitik, mitokondria tempat produksi energi sel,
enzim-enzim, lemak, protein, serta komponen jaringan lainnya Tapan 2005. Syarat-syarat
antioksidan untuk
bahan makanan
menurut Goutara et al. 1980 adalah sebagai berikut:
a Efektif pada konsentrasi rendah yaitu 0,001 sampai 0,01 persen dari total
lemak. b
Bahan antioksidan dan hasil oksidasinya tidak beracun. c
Dalam proses penyimpanan makanan tidak memberikan perubahan rasa, bau dan warna.
d Mudah bercampur dengan bahan.
e Mudah dikenal dan didapat dengan harga murah.
2.3.1 Fungsi antioksidan Antioksidan digunakan untuk melindungi komponen-komponen makanan
yang bersifat tidak jenuh mempunyai ikatan rangkap, terutama lemak dan minyak. Antioksidan dapat pula digunakan untuk melindungi komponen-
komponen lain seperti vitamin dan pigmen, yang juga banyak mengandung ikatan rangkap dalam strukturnya Siagian 2002.
Antioksidan umumnya ditambahkan pada lemak, minyak atau makanan yang mengandung lemak atau minyak. Penambahan ini untuk mencegah
terjadinya ketengikan pada makanan. Penyebab ketengikan tersebut adalah senyawa-senyawa yang merupakan produk akhir dari reaksi autooksidasi. Reaksi
autooksidasi merupakan suatu reaksi berantai dimana inisiator dan propagatornya adalah radikal bebas Rita et al. 2009.
Antioksidan berdasarkan fungsinya, menurut Siagian 2002 dibagi menjadi 4 tipe, yaitu:
a Tipe pemutus rantai reaksi pembentuk radikal bebas, dengan cara
menyumbangkan atom H, contohnya vitamin E. b
Tipe pereduksi yang mampu mentransfer atom H atau oksigen dan bersifat pemulung, contohnya vitamin C.
c Tipe pengikat logam yang mampu mengikat zat prooksidan Fe
2+
dan Cu
2+
, contohnya flavonoid, asam sitrat dan Ethylene Diamine Tetra Acid EDTA.
d Antioksidan seluler yang mampu mendekomposisi hidroperoksida menjadi
bentuk stabil, contohnya pada manusia dikenal Super Oksida Dismutase SOD, katalase, glutation peroksidase.
Antioksidan sangat bermanfaat bagi kesehatan dan berperan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan. Antioksidan berguna untuk mencegah
ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik lain pada produk pangan karena oksidasi dapat dihambat oleh antioksidan ini
Trilaksani 2003. Fungsi lain antioksidan membantu menekan proses penuaanantiaging Tapan 2005.
Antioksidan sangat berperan terhadap kesehatan manusia. Hasil penelitian Musthafa dan Lawrence 2000 menunjukkan bahwa antioksidan mempunyai
dampak positif dalam menghambat proses aterosklerosis, yang sering merupakan komplikasi dari penyakit diabetes mellitus dan sangat berperan untuk terjadinya
penyakit jantung koroner. Musthafa et al. 2000 menyatakan bahwa penyebab yang mendasari berbagai macam keadaan patologis termasuk penyakit
aterosklerosis pada umumnya dan penyakit jantung koroner pada khususnya adalah radikal bebas. Hasil penelitian Musthafa et al. 2000 menunjukkan bahwa
radikal bebas dapat digunakan sebagai prediktor aterosklerosis. 2.3.2 Jenis-jenis antioksidan
Secara umum, antioksidan dibedakan menjadi dua kategori dasar, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Saat ini, ketertarikan masyarakat pada
antioksidan alami meningkat tajam baik untuk digunakan dalam bahan pangan ataupun sebagai material obat menggantikan antioksidan sintetik. Hal ini
dikarenakan antioksidan sintetik justru berbahaya bagi kesehatan yaitu berpotensi menyebabkan penyakit kanker Wang 2006
Antioksidan alami adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil ekstraksi bahan alami Trilaksani 2003. Antioksidan alami antara lain tokoferol, lesitin,
fosfatida, sesamol, gosipol, karoten dan asam askorbat yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan. Antioksidan alami yang paling banyak ditemukan dalam minyak
nabati adalah tokoferol yang mempunyai keaktifan vitamin E dan terdapat dalam bentuk α, , , δ-tokoferol Winarno 2008.
Antioksidan sintetik adalah antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia Trilaksani 2003. Antioksidan sintetik yang banyak digunakan
adalah senyawa-senyawa fenol yang biasanya agak beracun. Penambahan antioksidan ini harus memenuhi beberapa syarat, misalnya tidak berbahaya bagi
kesehatan, tidak menimbulkan warna yang tidak diinginkan, efektif pada konsentrasi rendah, larut dalam lemak, mudah didapat, dan ekonomis. Empat
macam antioksidan
sintetik yang
sering digunakan
adalah butylated
hydroxyanisole BHA,
butylated hydroxytoluene
BHT, propylgallate
PG dan nordihidroquairetic acid NDGA Winarno 2008. Antioksidan pada umumnya mengandung struktur inti yang sama, yaitu
mengandung cincin benzena tidak jenuh disertai gugusan hidroksi atau gugusan amino Ketaren 2008. Antioksidan berdasarkan gugus fungsinya dibagi atas tiga
golongan, yaitu golongan fenol, amin dan amino-fenol. Adapun penggolongan antioksidan tersebut menurut Ketaren 2008 sebagai berikut:
a Antioksidan golongan fenol
Antioksidan yang termasuk dalam golongan ini biasanya mempunyai intensitas warna yang rendah atau kadang-kadang tidak berwarna. Antioksidan
golongan fenol meliputi sebagian besar antioksidan yang dihasilkan oleh alam dan sejumlah kecil antioksidan sintetis. Beberapa contoh antioksidan yang termasuk
golongan ini antara lain, hidrokuinon, gosipol, katekol, resorsinol dan eugenol. b
Antioksidan golongan amin Antioksidan yang mengandung gugus amino atau diamino yang terikat
pada cincin benzena biasanya mempunyai potensi tinggi sebagai antioksidan, namun beracun dan biasanya menghasilkan warna yang intensif jika dioksidasi
atau bereaksi dengan ion logam, dan umumnya stabil terhadap panas serta ekstraksi dengan kaustik. Beberapa contoh antioksidan golongan ini adalah
N,N difenil p-fenilenediamin, difenilhidrazin, difenilguanidin dan difenil amin. c
Antioksidan golongan amino-fenol Antioksidan golongan ini biasanya mengandung gugus fenolat dan amino
yang merupakan gugus fungsional penyebab aktivitas antioksidan. Golongan ini banyak digunakan dalam industri petroleum untuk mencegah terbentuknya gum
dalam gasolin. Contoh antioksidan golongan ini yaitu N-butil-p-amino-fenol dan N-sikloheksil-p-amino-fenol.
2.3.3 Mekanisme kerja antioksidan Antioksidan memiliki dua fungsi berdasarkan cara kerjanya. Fungsi
pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan AH yang mempunyai fungsi utama tersebut sering
disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida R
, ROO atau mengubahnya ke bentuk
lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan A tersebut memiliki keadaan
lebih stabil dibanding radikal lipida. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme di
luar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil Trilaksani 2003.
Mekanisme antioksidan dalam menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi, dapat disebabkan
oleh 4 macam mekanisme reaksi Ketaren 2008, yaitu: a
pelepasan hidrogen dari antioksidan. b
pelepasan elektron dari antioksidan. c
adisi lemak ke dalam cincin aromatik pada antioksidan. d
pembentukan senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari antioksidan.
Antioksidan yang mempunyai fungsi sebagai pemberi atau pelepas atom hidrogen sering disebut sebagai antioksidan primer. Penambahan antioksidan
AH primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat
menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi. Radikal- radikal antioksidan A
yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain
membentuk radikal lipid baru. Radikal-radikal antioksidan dapat saling bereaksi membentuk produk non radikal antioksidan Gordon 1990. Reaksi
penghambatan radikal bebas oleh antioksidan pada tahap inisiasi dan propagasi dapat dilihat pada Gambar 2.
Inisiasi : R
•
+ AH RH
+ A
•
Propagasi : ROO
•
+ AH ROOH
+ A
•
Keterangan: R : radikal lipida
ROO : radikal peroksida
AH : antioksidan
A : radikal antioksidan yang terbentuk
ROOH : hidroperoksida
Gambar 2. Reaksi penghambatan oleh antioksidan primer terhadap radikal lipid
Sumber: Gordon 1990
Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada laju oksidasi. Aktivitas antioksidan grup fenolik sering lenyap bahkan
antioksidan tersebut justru menjadi prooksidan pada konsentrasi tinggi. Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi dipengaruhi oleh struktur antioksidan,
kondisi dan sampel yang akan diuji Trilaksani 2003. Mekanisme penghambatan oksidasi lemak oleh antioksidan yaitu dengan
mengurangi peroksida yang dapat merangsang terjadinya proses ketengikan yang terbentuk pada permulaan autooksidasi. Kemungkinan lain, antioksidan akan
dioksidasi secara langsung atau saling mempengaruhi dengan peroksida, sehingga dengan demikian mencegah oksidasi langsung atau tidak langsung dengan
memutuskan rantai reaksi pembentukan gugusan peroksida Goutara et al. 1980. Kemungkinan selanjutnya, molekul aktif dari lemak bereaksi dengan
oksigen menghasilkan peroksida aktif. Peroksida aktif memberikan energinya lagi kepada molekul lemak yang lain sehingga terbentuk reaksi rantai.
Adanya zat penghambat oksidasi, dalam hal ini antioksidan, sejumlah peroksida yang
aktif dipisahkan
dari rantai
reaksi dengan
memindahkan energinya kepada antioksidan. Molekul aktif dari antioksidan akan teroksidasi
dan menjadi tidak aktif lagi karena lemahnya pemindahan energi kepada molekul lemak Goutara et al. 1980.
2.4 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH