Langkah Penelitian Variabel Penelitian Pembahasan

Melaksanakan pretest Uji coba soal Penyusunan soal pretest dan postest Anlisis data penelitian

3.3 Langkah Penelitian

Penyusunan bahan ajar dan petunjuk praktikum Mengimplementasikan bahan ajar melalui diskusi Melaksanakan penelitian Melaksanakan post test dan pembuatan laporan Praktikum oleh siswa Kesimpulan Gambar 3.1 Langkah Penelitian

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian Arikunto 1998 :99. Variabel dibedakan menjadi dua yaitu : variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain disimbolkan dengan X, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang yang dipengaruhi oleh variabel lain yaitu variabel bebas X, variabel terikat disimbolkan dengan Y. Variabel bebas dalam penelitian ini antara lain : bahan ajar, petunjuk kegiatan praktikum dengan pendekatan PSL, perangkat evaluasi lembar penskoran, dan seperangkat alat dan bahan kegiatan laboratorium kit. Variabel terikatnya adalah kreatifitas dan hasil belajar siswa pada materi elastisitas.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan dokumentasi, instrumen, dan pengamatan observasi.

3.5.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya Arikunto, 2002: 158. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi awal siswa sebelum diadakan penelitian.

3.5.2 Metode Instrumen

Instrument yang diperlukan terdiri dari instrument kegiatan laboratorium dan instrument evaluasi. Instrumen kegiatan laboratorium berupa petunjuk praktikum, sedangkan instrument evaluasi berupa soal pretest-posttest dan jurnal laboratorium untuk mengamati aspek kognitif.

3.5.3 Metode pengamatan observasi

Metode observasi digunakan untuk mengetahui tingkat kreatifitas, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik peserta didik. Observasi dilakukan pada saat subjek melakukan percobaan dan mengamati langkah kerja yang dilakukan serta pada kegiatan diskusi. Metode ini berupa lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotorik dan lembar pedoman pengamatan kreatifitas.

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Validitas Butir Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrument. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial. amanatul munawaroh :2013 r xy = keterangan : r xy : koefisien korelasi antara variabel x dan y N : Jumlah subyek X : Skor item Y : Skor total arikunto 2009 Haraga r xy yang diperoleh dari masing-masing item kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product momentdengan taraf signifikansi 5 , jika harga r hitung r tabel item soal dikatakan valid, dan jika sebaliknya maka soal dikatakan tidak valid. Hasil perhitungan soal ditunjukkan pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Kelompok Soal Valid yang Digunakan pada Evaluasi pretest-posttest Data selengkapnya bisa dilihat pada lampiran 6.

3.6.2 Readibilitas

Readibilitas soal adalah ukuran kemampuan perangkat tes atau instrument. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut memberikan keajegan atau kestabilan dan konsisten dari karakteristik yang diteliti, sehingga mampu mengungkapkan data yang dipercaya. Persamaan yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah : r 11 = keterangan : r 11 : reliabilitas soal M: rata-rata skor awal k : jumlah butir soal Vt : Variasi skor total Kriteria reliabilitas soal adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Kriteria Reabilitas Soal Reabilitas Kriteria 0.8000 – 1.000 reliabilitas sangat tinggi 0.6000 – 0.799 reliabilitas tinggi 0.4000 – 0.599 reliabilitas cukup 0.2000 – 0.399 reliabilitas rendah 0.2000 reliabilitas sangat jelek No Kriteria validitas soal Jumlah Nomor soal 1 2 Valid Tidak valid 10 15 1, 2, 3, 5, 9, 10, 12, 15, 22, 23 4, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 25 Hasil perhitungan r 11 dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf kepercayaan 95 . Jika harga r hitung r tabel item soal dikatakan reliabel, dan jika sebaliknya maka soal dikatakan tidak reliabel. Arikunto :2009. Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas untuk seluruh item soal diperoleh r hitung sebesar 0,9076 dengan n= 36 sedangkan r tabel = 0,349. Oleh karena r hitung r tabel maka instrumen tersebut reliabel. Perhitungan reliabilitas selengkapnya pada Lampiran 9.

3.6.3 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan soal yang tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah akan menyebabkan siswa tidak tertarik untuk memecahkannya. Sedangkan soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak bersemangat untuk mencoba lagi. Untuk mengetahui soal itu mudah atau sukar dapat diketahui dengan menghitung indeks kesukaran pada tiap butir soal dengan menggunakan rumus yaitu : P = Keterangan : P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Indeks kesukaran diklasifikaiskan sebagai berikut : Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran Interval IK Kriteria 0,01-0,30 Sukar 0,32- 0,70 Sedang 0,71- 0,99 Mudah Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal ditunjukkan pada Tabel 3.4 Tabel 3.4 Kelompok Soal yang Sesuai dengan Tingkat Kesukaran No Kriteria Jumlah Nomor soal 1 Sukar 11 4, 7, 8, 13, 16, 17, 18, 19, 20, 23, 25 2 Sedang 8 1, 2, 3, 5, 6, 14, 22, 24 3 Mudah 6 9, 10, 11, 12, 15, 21 Data selengkapnya disajikan pada lampiran 6.

3.6.4 Daya Beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan anatara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Suatu soal mempunyai daya pembeda yang baik apabila dijawab benar oleh kebanyakan siswa yang pandai dan dijawab salah oleh siswa yang kurang pandai Arikunto 2009 mengatakan bahwa untuk menghitung daya pembeda tiap soal menggunakan rumus : D = - = PA – PB Keterangan : D = daya beda J = jumlah peserta tes JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok atas BB = banyaknya siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah Setelah perhitungan daya pembeda sudah diketahui kemudian dimasukkan dalam klasifikasi daya pembeda. Dimana daya beda menurut Arikunto 2005 adalah: Tabel 3.5 Kriteria Daya Beda Interval DP Kriteria 0.00 ≤ DP ≤ 0.20 Jelek 0.20 DP ≤ 0.40 Cukup 0.40 DP ≤ 0.70 Baik 0.70 DP ≤ 1.00 Sangat baik Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Daya Pembeda No Kategori Jumlah Nomor soal 1 Sangat baik 1 9 2 Baik 6 1, 2, 5, 12, 15, 17 3 Cukup 8 3, 6, 10, 11, 13, 19, 22, 23 4 Jelek 10 4, 7, 8, 14, 16, 18, 20, 21, 24, 25 5 Sangat jelek 0 - Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6. Berdasarkan analisis validitas, tingkat kesukaran soal, daya pembeda dan reliabilitas, soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang dinyatakan valid, reliabel, dengan daya pembeda cukup, baik dan sangat baik serta komposisi tingkat kesukaran soal sukar, sedang, dan mudah 20; 60; 20. Soal yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.7 sebagai berikut: Tabel 3.7 Soal-Soal yang Digunakan untuk Evaluasi Pretest-Posttest Jenis soal Nomor butir soal Digunakan Tidak digunakan Pilihan ganda 2, 3, 5, 9, 10, 12, 15, 17, 22, 23 1, 4, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 24, 25 Jumlah 10 15 Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.

3.6.5 Analisis Kreatifitas

Analisis kreatifitas di ambil dari data pedoman pengamatan kreatifitas siswa. Perhitungan nilai kreatifitas menggunakan rumus : Nilai = x 100 Kriteria kreatifitas yang digunakan dit njukkan pada tabel 3.3 Tabel 3.8 Kriteria Kreatifitas No. Kriteria Kreatifitas Nilai 1 Rendah 0 x ≤ 37,5 2 Sedang 37,5 x ≤ 58,33 3 Tinggi 58,33 x ≤ 79,17 4 Sangat tinggi 7 9,17 x ≤ 100

3.6.6 Analisis Hasil Belajar Aspek Kognitif

Analisis kognitif bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik teradap materi yang diajarkan. Rmusnya : Nilai = x 100 Hasil belajar akan dianalisis peningkatannya menggunakan uji gain-test. Uji penigkatan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah mendapatkan perlakuan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dihitung menggunakan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut : g = Keterangan : : skor pretest : skor posttest Besarnya faktor g dikategorikan sebagai berikut : Tinggi : g 0,7 Sedang : 0,3 ≤ g ≤ 0,7 Rendah : g 0,3 Wiyanto 2008

3.6.7 Analisis Afektif

Analisis efektif digunakan untuk mengetahui respon siswa salam bentuk sikap atau nilai yang telah tertanam dalam diri peserta didik Nilai = x 100 K riteria penilaiannya sebagai berikut: 85 A ≤ 100 : sangat baik 70 A ≤ 85 : baik 60 A ≤ 70 : cukup baik 50 A ≤ 60 : kurang baik 0 A ≤ 50 : jelek

3.5.6 Analisis psikomotorik

Analisis psikomotorik berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Perhitungan analisis psikomotorik menggunakan rumus: Nilai = x 100 Kriteria yang digunakan adalah apabila peserta didik telah memperoleh skor minimal 80 peserta didik dikatakan telah tuntas belajar dan apabila peserta didik memperoleh skor kurang dari 80 maka dikatakan peserta didik belum tuntas belajar. Penelitian dikatakan berhasil apabila 80 peserta didik telah tuntas belajar. 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.

4.1.1 Kreatifitas

Analisis Kreatifitas siswa selama proses pembelajaran dinilai dengan menggunakan Lembar pedoman pengamatan kreatifitas. Lembar observasi ini meliputi 6 aspek yaitu 1 kelancaran menjawab pertanyaan, 2 keluwesan menyelesaikan masalah, 3 keaslian dalam menjawab, menulis laporan, 4 pembahasan dalam laporan sesuai teori, 5 penguraian jelas dan tepat, 6 perumusan kembali. Data analisis dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut. Tabel 4.1 Hasil Analisis Kreatifitas Siswa No Aspek Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kategori Kategori 1 Kelancaran menjawab pertanyaan 72 Baik 70,83 Baik 2 Keluwesan menyelesaikan masalah 79,85 Baik 53,5 Baik 3 Keaslian dalam menjawab dan menulis laporan 88,25 Baik 77 Baik 4 Pembahasan dalam laporan sesuai teori 88,75 Baik 68 Baik 5 Penguraian jelas dan tepat 83,25 Baik 79,85 Cukup 6 Perumusan kembali 70,82 Baik 69,44 Baik Data selengkapnya terdapat pada lampiran 17. Hasil penilaian kreatifitas juga dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut: Gambar 4.1 Hasil Analisis Kreatifitas Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 Keterangan : 1 = Kelancaran menjawab pertanyaan 2 = Keluwesan menyelesaikan masalah 3 = Keaslian dalam menjawab, menulis laporan 4 = Pembahasan dalam laporan sesuai teori 5 = Penguraian jelas dan tepat 6 = Perumusan kembali Tabel 4.2 Hasil Peningkatan Kreatifitas Kelas XI IPA 2 Kelas eksperimen Kelas XI IPA 1 Kelas Kontrol Rata-rata kreatifitas sebelum PSL Rata-rata kreatifitas setelah PSL Rata-rata kreatifitas sebelum PSL Rata-rata kreatifitas setelah PSL 53,58 80,32 52,54 71,41 Data selengkapnya terdapat pada lampiran 17 Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah penerapan metode Problem Solving Laboratory sebagian besar kreatifitas siswa untuk kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 1 sudah meningkat namun Kelas XI IPA 2 mempunyai rata-rata peningkatan kreatifitas lebih tinggi daripada rata-rata kreatifitas kelas XI IPA 1. Perbandingan tingkat kreatifitas siswa antara kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut: Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Peningkatan Kreatifitas Kelas XI IPA 2 dan XI IPA1

4.1.2 Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa pada penelitian ini meliputi peningkatan nilai pretest- posttestN-gain, analisis afektif dan analisis psikomotorik.

4.1.2.1 Peningkatan pretest-posttest

Peningkatan pretest-posttest dihitung dengan menggunakan normalitas gainN-gain. Rata-rata N-gain kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 disajikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut. Tabel 4.3 Hasil Peningkatan Nilai Pretest-Posttest Kriteria Kelas XI IPA 2 Kelas eksperimen Kelas XI IPA 1 Kelas control Rata-rata N-gain ∑ siswa Rata-rata N-gain ∑ siswa Tinggi 0,82 20 0,73 2 Sedang 0,58 15 0,41 26 Rendah 0,25 1 0,06 8 Data selengkapnya terdapat pada lampiran 19 hal 97. Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui rata-rata N-gain kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 menunjukkan peningkatan dalam kriteria sedang dan tinggi. Hasil N-gain kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut. Gambar 4.3 Perbandingan Hasil N-gain Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1

4.1.2.2 Penilaian Aspek Afektif Siswa

Analisis aspek afektif siswa meliputi 9 aspek yaitu 1 kehadiran di kelas saat pelajaran fisika, 2 perhatian dalam mengikuti pembelajaran 3 kejujuran, 4 tanggung jawab, 5 karajinan membawa buku referensi, 6 partisipasi dalam pembelajaran, 7 kemauan menghargai pendapat teman, 8 sopan santun dalam berkomunikasi, 9 Sikap dan tingkah laku terhadap guru. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Analisis Afektif Siswa No Aspek Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2 Kategori Kategori 1 Kehadiran di kelas saat pelajaran fisika 87,77 Baik 83,88 Baik 2 Perhatian dalam mengikuti pembelajaran 83,89 Baik 78,33 Baik 3 Kejujuran membuat laporan sesuai hasil data pengamatan 83,33 Baik 80.55 Baik 4 Tanggung jawab merapikan tempat percobaan setelah semua selesai 80,55 Baik 77,22 Baik 5 Kerajinan membawa buku referensi 62,77 Baik 61,11 Cukup 6 Partisipasi dalam pembelajaran 81,67 Baik 80,00 Baik 7 Kemauan menghargai pendapat teman 86.67 Baik 81.11 Baik 8 Sopan santun dalam berkomunikasi 86.11 Baik 85,55 Baik 9 Sikap dan tingkah laku terhadap guru 86.67 Baik 86.66 Baik Data selengkapnya terdapat pada lampiran 20. Hasil penilaian aspek afektif dapat dilihat pada gambar 4.4 sebagai berikut. Gambar 4.4 Hasil Analisis Afektif Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 Keterangan : 1 = Kehadiran di kelas saat pelajaran fisika 2 = Perhatian dalam mengikuti pembelajaran 3 = Kejujuran membuat laporan 4 = Tanggung jawab merapikan tempat setelah semua selesai 5 = Kerajinan membawa buku referensi 6 = Partisipasi dalam pembelajaran 7 = Kemauan menghargai pendapat teman 8 = Sopan santun dalam berkomunikasi 9 = Sikap dan tingkah laku terhadap guru

4.1.2.3 Penilaian Aspek Psikomotorik Siswa

Penilaian psikomotorik siswa selama proses pembelajaran dinilai dengan menggunakan lembar observasi psikomotorik. Lembar observasi ini meliputi 7 aspek yaitu 1 Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, 2 merangkai semua bahan dengan benar, 3 melakukan pekerjaan sesuai langkah-langkah percobaan yang telah dirancang, 4 menggunakan alat dengan benar dan teliti, 5 Kesesuaian jawaban dengan tujuan, 6 merapikan kembali tempat yang digunakan, 7 Membuat kesimpulan dengan benar dan dapat mengkomunikasikannya. Data analisis dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut. Tabel 4.5 Hasil Analisis Penilaian Aspek Psikomotorik Siswa No Aspek Kelas XI IPA 2 Kelas XI IPA 1 Kategori Kategori 1 Mempersiapkan alat dan bahan 78 Baik 75 Baik 2 Merangkai semua bahan dengan benar 83 Baik 79,8 Baik 3 Melakukan pekerjaan sesuai langkah-langkah yang telah dirancang 98 Baik 83 Baik 4 Menggunakan alat dengan benar dan teliti 84 Baik 80.5 Baik 5 Kesesuaian jawaban dengan tujuan percobaan 87.5 Baik 81 Baik 6 Merapikan kembali tempat yang digunakan 83 Baik 84 Baik 7 Membuat kesimpulan dengan benar dan dapat mengkomunikasikannya 87.5 Baik 80.5 Baik Data selengkapnya terdapat pada lampiran 23. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar aspek psikomotorik masuk kategori baik, mempersiapkan alat dan bahan untuk kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 1 belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan yaitu ≥ 80 jumlah siswa mencapai kategori baik. Hasil analisis psikomotorik juga dapat dilihat pada gambar 4.5 Gambar 4.5 Hasil Analisis Psikomotorik Kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 Keterangan : 1 = Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan merangkai alat dengan benar 2 = Melakukan percobaan sesuai langkah-langkah percobaan yang telah dirancang 3 = Melakukan percobaan sesuai langkah-langkah percobaan yang telah dirancang 4 = Menggunakan alat dengan benar dan membaca skala pengukuran dengan teliti 5 = Kesesuaian data pengamatan dengan tujuan percobaan 6 = Mengembalikan peralatan sesuai tempatnya setelah melakukan pekerjaan 7 = Membuat kesimpulan dengan benar dan dapat mengkomunikasikannya

4.2 Pembahasan

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 1 mengalami peningkatan pretest-posttest baik kriteria tinggi, sedang maupun rendah. Kelas XI IPA 1 siswa yang peningkatannya masuk kriteria tinggi dengan rata-rata N-gain 0,82 berjumlah 20 siswa. Kriteria sedang dengan rata-rata N-gain 0,58 berjumlah 15 siswa. Kriteria rendah dengan rata-rata N-gain 0,25 berjumlah 1 siswa. Kelas XI IPA 2 siswa yang peningkatannya masuk kriteria tinggi dengan rata-rata N-gain 0,73 berjumlah 2 siswa. Kriteria sedang dengan rata-rata N-gain 0,44 berjumlah 26 siswa. Kriteria rendah dengan rata-rata N-gain 0,06 berjumlah 8 siswa. Dengan demikian dapat dikatakan rata-rata N-gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas Kontrol. Hasil penilaian aspek afektif siswa dilakukan melalui observasi selama kegiatan pembelajaran dengan bantuan tim penilai. Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kehadiran siswa dikelas saat pelajaran fisika pada kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 baik. Siswa menunjukkan perhatian dalam mengikuti pelajaran. Kejujuran siswa juga terlihat dari keaslian data dalam membuat laporan yang sesuai dengan hasil pengamatan. Siswa bertanggung jawab terhadap kerapian tempat setelah melakukan percobaan. Siswa juga rajin membawa buku referensi yang sesuai dengan materi pembelajaran yang sedang diajarkan dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Sikap sosial siswa dapat ditunjukkan dari kemauan menghargai pendapat teman dalam kegiatan diskusi, sopan santun dalam berkomunikasi dan menyampaikan pendapat, serta kesantunan sikap kepada guru. Nilai terendah aspek penilaian afektif di kelas XI IPA 1 sebesar 62,77 pada aspek kerajinan dalam membawa buku referensi karena masih ada beberapa siswa yang malas membawa buku referensi dan hanya membawa buku seadanya. Pada kelas XI IPA 2 nilai terendah pada aspek penilaian afektif mencapai 61,11 pada aspek kerajinan membawa buku referensi seperti di kelas XI IPA 1. Meskipun secara keseluruhan persentase hasil penilaian aspek afektif pada siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 menunjukkan nilai yang baik, namun terdapat perbedaan tingkat persentase pada kedua kelas ini. Rata-rata persentase hasil penilaian afektif pada siswa kelas XI IPA 1 mencapai 79,3, sedangkan pada kelas XI IPA 2 mencapa 82,2 . Sehingga hasil penilaian aspek afektif siswa kelas XI IPA 2 lebih tinggi daripada siswa kelas XI IPA 1 Hal ini karena siswa kelas XI IPA 2 diajar dengan metode yang mengajak siswa aktif dan perhatian di kelas. Secara keseluruhan rata-rata persentase penilaian aspek afektif pada kedua kelas ini menunjukkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa 2005:156 bahwa untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dari pembelajaran.Untuk dapat melihat perbedaan hasil penilaian afektif pada siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 dapat dilihat pada gambar 4.4. Penilaian aspek psikmotorik siswa dilakukan selama kegiatan pembelajaran di kelas sebanyak 3 pertemuan, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil penilaian psikomotorik siswa pada kelas Kontrol dan eskperimen menunjukkan hasil yang baik. Nilai terendah aspek psikomotorik pada kelas XI IPA 2 mencapai 78 pada aspek persiapan alat dan bahan, sedangkan pada kelas XI IPA 1 mencapai 75 pada aspek yang sama.Hal ini disebabkan siswa mengandalkan temannya untuk membawa sedangkan temannya tidak mengatahui bahwa dia yang diberi tanggung jawab untuk membawa. Namun secara keseluruhan dapat diketahui bahwa siswa kelas XI IPA 1 dan IPA 2 sudah dapat mempersiapkan alat dan bahan; merangkai alat dengan benar, melakukan percobaan sesuai dengan langkah-langkah percobaan yang telah dirancang; menggunakan alat dengan benar dan teliti; kesesuaian data pengamatan dengan tujuan percobaan; mengembalikan alat sesuai tempatnya; serta membuat kesimpulan dengan benar dan dapat mengkomunikasikannya. Meskipun hasil penilaian psikomotorik pada kedua kelas ini menunjukkan nilai yang sama-sama baik, namun terdapat perbedaan persentase hasil pada keduanya. Rata-rata persentase hasil penilaian aspek psikomotorik untuk kelas XI IPA 1 mencapai 86,01, sedangkan kelas XI IPA 2 mencapai 80,65. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas XI IPA 2 memperoleh nilai lebih tinggi daripada kelas XI IPA 1 dari aspek psikomotorik. Hal ini mungkin disebabkan oleh perlakuan pada kelas XI IPA 2 yang mendapatkan metode problem solving laboratory sebagaimana keterangan menurut Feranie et. al.dalam Mustafid 2009:10 yang mengungkapkan bahwa: “model PSL yaitu menata ulang proses pelaksanaan kegiatan laboratorium dan berbagai perangkat pendukung kegiatannya”. Untuk melihat perbedaan hasil penilaian aspek psikomotorik pada siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.5 Penggunaan pendekatan Problem Solving Laboratory tidak hanya berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa, namun juga membuat siswa menjadi kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 4.1 Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa persentase rata-rata nilai kreatifitas siswa dalam satu kelas eksperimen masuk dalam kategori tinggi yaitu mencapai 80,32. Berdasarkan perhitungan nilai terendah kreatifitas siswa dalam satu kelas mencapai 70,82, dan nilai tertinggi kreatifitas siswa dalam satu kelas mencapai 88,75. Hal ini sesuai dengan pendapat Yesil Yurt 2005 yang menyatakan bahwa “Salah satu kemungkinan akan timbul ketika siswa berada dalam laboratorium adalah siswa akan mengadopsi pengetahuan batru dan mengkonstruksi ide-ide baru yang tidak bertentangan dengan pengetahuan lama” Indikator kreatifitas siswa yang memiliki skor tertinggi adalah indikator nomor 4 mengenai pembahasan yang sesuai dengan teori dengan nilai sebesar 88,75.Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa selama pembelajaran yang aktif dalam bertanya dan berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. Indikator kreatifitas siswa yang memperoleh nilai terendah adalah indikator nomor 6 mengenai perumusan kembali sebesar 70,82.Hal ini dapat dilihat siswa masih canggung untuk mengemukakan pendapat dengan bahasanya sendiri. Selain itu, indikator nomor 1 kelancaran menjawab pertanyaan menunjukkan skor 72 , karena beberapa siswa masih ada yang belum lancar menjawab pertanyaan, Sedangkan indikator nomor 2 keluwesan menyelesaikan masalah memperoleh skor 79,85, karena siswa kadang kesulitan menyelesaikan soal yang berbeda. Indikator nomor 3 keaslian dalam menjawab, menulis laporan Memperoleh skor sebesar 88,25, dan indikator nomor 5 penguraian jelas dan tepat memperoleh skor 83,25 Pada Gambar 4.1 dapat dilihat perolehan skor kreatifitas siswa secara lebih jelas. 43 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Rata-rata kreatifitas kelas XI IPA 2 mengalami peningkatan lebih tinggi dari kelas XI IPA 1 yaitu dari 53,58 menjadi 80,32. Sedangkan pada kelas XI IPA 1 meningkat dari 52,54 menjadi 71,41 2. Siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 mengalami peningkatan pretest-posttest tetapi kelas XI IPA 2 mempunyai rata-rata N-gain sebesar 0,70 hal ini lebih tinggi dibanding kelas XI IPA 1 dengan rata-rata N-gain sebesar 0,36 . perbedaan nilai N-gain yang di dapat cukup signifikan.

B. Saran

1. Bagi siswa diharapkan mampu memupuk kerjasama, melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberi oleh guru secara bersama-sama ketika berdiskusi kelompok. 2. Guru sebaiknya memanfaatkan metode PSL sebagai metode pelaksanaan kegiatan di laboratorium karena siswa menjadi lebih aktif. 3. Sekolah perlu menambah kelengkapan alat dan bahan untuk mendukung kelancaran praktikum. Misalnya neraca dn mistar. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Beach, P., Vesenka, J. 2002. A Comparison Between Traditional anf Modellig Approaches to Undergraduate Physics Instrumen at Two Universities with Implication for Improving Physics Teacher Preparation. Journal of Physics Teacher Education Online, 11: 2-7 Tersedia di http:JPTEO.com [diakses 06-01-2014] Borrmann. 2008. Laboratory Education in New Zeeland. Eurasia Journal of Mathemathics, sciences, and Technology Education, 44: 327-335 Tersedia di http:Eurasia-journal.org [diakses 28-12-2013] Chronical et al. 2008. Differents of Individu in Optimalized Problem solving. The Journal of Problem Solving 121: 41-51. Tersedia di http:journal of problem solving.org [diakses 21-12-2013] Delors. 1996. Treasure Within Report to U N E S C O of the Internationa Commissionon Education for the Twenty-first Century. France: UNESCO Fenelon, Orla, Breslin, C. 2012. Chrime Scene Investigation in A Lab : A problem Solving Approach to Undergraduate Chemistry Practical. AISHE- Journal, 11: 1-11. Tersedia di http:journal of laboratory.com [diakses 20- 12-2013] Jahara, S.R. 2013. Analisis Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Profil Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD. Bandung: FMIPA UPI Juliantie, Tite. 2009. Pengembangan Kreativitas siswa Melalui Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI Mishanchuk, M. Hunt, J.L. n.dt. Designing Problem solving and Laboratory Content for A Web-based distance Education Course in Introductiory General Physics. USA: Minesota University Muhabbibin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Grafindo Persada Mulyasa, E.2002.Manajemen Berbasis Sekolah.Bandung:PT. Remaja Rosdakarya Mundilarto.2002.Kapita Selekta Pendidikan.Yogyakarta:UNY Munstafid, N. 2009. Implementasi Problem Solving Laboratory sebagai Model Kegiatan Laboratorium Bebasis Inquiry untuk Meningkatkan pemahaman Konsep Kesetimbangan Benda Pada Mahasiswa Fisika Semester 2 tahun 20072008. Skripsi. Semarang: FMIPA UNNES Paryati, Sudarman. 2004. Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: Remaja Rosdakarya Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Rosdakarya Rhodes, M. 1961. Analysis of Creativity. 427: 305-310 Tersedia di : http: JSTOS.org [di akses 13-01-2014] Semiawan, C.R. 2009. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta: PT. Indeks Semiawan,C.R. 1998. Perkembangan dan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Sudjana. 1990. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press Supriyadi, dedi. 1994. Kreativitas, kebudayaan, dan perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta Tim Ahli Program STEP-2. 2007. Manajemen Laboratorium IPA. Makalah Disajikan pada rapat Koordinasi Program STEP-2 di Hotel Bidakara Bandung, 8-10 mei 2007. Jakarta: DEPAG RI Wenning, C.J. 2002. Clinical for High school. Jornal of physics Teacher Education Online 11: 13-15 Tersedia di http:JPTEO.com [diakses 06- 01-2014] Wiyanto, dkk. 2011. Panduan Penulisan Skripsi dan Artikel Ilmiyah 2011. Semarang: FMIPA UNNES Yesilyurt, Mustafa.2004.Contructivisme laboratory:G-E model.Journal of Turkish Science Education, 11:1-3 Yitnosumarta, S. 1993. Percobaan, Perancangan, Analisis, dan Interpretasinya. Jakarta: Gramedia pustaka SILABUS Nama Sekolah : MA Al-Asror Kelas Semester : XI IPA I Mata Pelajaran : Fisika Standar Kompetensi : 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinue dalam menyelesaikan masalah Semarang, Februari 2014 Guru Mapel Mahasiswa peneliti Bambang S.Pd Nur Azizah NIP. NIM. 4201410035 Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Teknik Bentuk Instrumen Instrumen 2.1 Menformulasik an hubungan antara konsep torsi, momentum sudut dan momen inersia berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda Titik berat benda tegar 1. Melakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal dari siswa 2. Membentuk 5 kelompok untuk merencanakan sebuah percobaan mencari titik berat benda 3. Melakukan percobaan yang telah direncanakan 4. Mem buat laporan 5. Mela kukan diskusi untuk membahas 6. Meng komunikasikan hasil diskusi kelompok hasil percobaan 7. Mela kukan post-test untuk mengetahui kemampuan akhir siswa

1. Mendeskripsikan

konsep titik berat benda tegar

2. Menformulasikan

rumus dalam mencari titik berat benda tegar

3. Mendeskripsikan

aplikasi titik berat benda tegar dalam kehidupan sehari- hari.

4. Merancang

percobaan untuk menetukan titik berat benda dilandasi sikap rasa ingin tahu, jujur, komunikatif dan tanggung jawab Tes Pengamatan Pengamatan Pihan ganda Assesmen Kinerja Psikomotor Soal tes pilihan ganda 1- 10 Lembar Penilaian Kinerja 4 x 45 menit - alupi, D.S, dkk. 2009. Fisika untuk SMA da MA kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional - anginan, Martin. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga. - aboratoririum - anduan kegiatan laboratorium Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika KelasSemester : XI SMA semester 2 Alokasi Waktu : 6 x 45 menit

A. Standar Kompetensi

2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem continue dalam menyelesaikan masalah.

B. Kompetensi Dasar

2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep torsi, momentum sudut dan momen inersia berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam masalah benda tegar.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi 28. Mendeskripsikan konsep titik berat benda tegar

29. Menformulasikan rumus dalam mencari titik berat benda tegar 30. Mendeskripsikan aplikasi titik berat benda tegar dalam kehidupan sehari-hari. 31. Merancang percobaan untuk menetukan titik berat benda dilandasi sikap rasa ingin tahu, jujur, komunikatif dan tanggung jawab

D. Tujuan Pembelajaran

1. Melalui kegiatan kerja kelompok dan diskusi-tanya jawab, siswa dapat mendeskripsikan konsep titik berat benda tegar 2. Melalui kegiatan eksperimen yang direncanakan, siswa dapat memformulasikan rumus mencari titik berat benda dengan kerja kelompok dan diskusi tanya-jawab. Lampiran 2