Pengurutan nukleotida dan analisis urutan nukleotida

Tabel 3 Nisbah selulolitik A. niger dan Trichoderma setelah 24 jam inkubasi pada suhu ruang Isolat Rata-rata diameter koloni cm Rata-rata diameter zona bening cm Rata-rata nisbah selulolitik Aspergillus niger IPB1 20.25 28.08 0.37±0,011 A. niger IPB4 19.92 23.50 0.18±0,078 A. niger IPB5 20.17 23.83 0.18±0,019 A. niger KB12 15.67 23.00 0.47±0,056 A. niger TSR12 18.33 25.08 0.37±0,042 A. niger TSR13 17.58 21.33 0.22±0,076 A. niger TSR52 17.75 24.50 0.38±0,033 Trichoderma reesei 29.33 30.33 0.03±0,001 Trichoderma IPB2 30.00 31.00 0.03±0,001 Trichoderma IPB9 32.67 34.17 0.05±0,028 Trichoderma IPB11 24.00 25.83 0.08±0,007 Trichoderma IPB12 33.17 34.00 0.02±0,007

4.1.2 Uji aktivitas enzim endoglukanase secara kuantitatif

Rata-rata aktivitas spesifik tertinggi ditunjukkan oleh isolat A. niger IPB1 sebesar 5.74 Umg dan terkecil ditunjukkan oleh isolat Trichoderma IPB2 sebesar 1.31 Umg Tabel 4. Beberapa isolat A. niger dan Trichoderma, seperti A. niger IPB1, A. niger TSR52, A. niger IPB5, A niger KB12, A. niger TSR12, A. niger TSR13 menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan isolat T. reesei yang merupakan standar aktivitas enzim selulase. Elshafei et al. 1990 melaporkan bahwa aktivitas enzim endoglukanase A. terreus lebih tinggi dibandingkan Trichoderma viride yang merupakan standar aktivitas enzim selulase, sedangkan Pothiraj et al. 2006 melaporkan aktivitas enzim endoglukanase A. niger lebih tinggi dibandingkan A. terraus. Namun demikian pembandingan secara langsung hasil ini sulit dilakukan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, seperti komposisi media dan pemilihan substrat yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim Sharma et al. 1986. Banyak faktor terlibat dalam kinerja suatu enzim, seperti suhu dan pH. Pada penelitian ini digunakan metode yang umum digunakan untuk sistem enzim selulase T. reesei Ghose 1987 sehinggga tidak menutup kemungkinan aktivitas beberapa isolat A. niger pada uji ini belum mencapai aktivitas optimalnya. Beberapa laporan menunjukkan aktivitas enzim endoglukanase A. niger mempunyai kisaran suhu dan pH yang luas. Suhu optimum aktivitas endoglukanase A. niger dilaporkan berkisar 40 o C Coral et al. 2002 dan 70 o C Hong et al. 2001. pH optimum aktivitas enzim endoglukanase A. niger dilaporkan berkisar 4.5 dan 7.5 Coral et al. 2002, antara 6.0 dan 7.0 Akiba et al. 1995, dan 6.0 Hong et al. 2001. Tabel 4 Aktivitas enzim endoglukanase A. niger dan Trichoderma pada suhu 50 o C yang diukur setelah 7 hari inkubasi Nama isolat Rata- rata biomassa mg Rata-rata aktivitas spesifik Umg A. niger IPB1 42 5.74±0.58 A. niger TSR52 48 5.42±0.67 A. niger IPB5 37 4.96±0.24 A. niger KB12 45 4.83±1.01 A. niger TSR12 51 4.68±0.46 Trichoderma IPB11 31 4.30±0.54 A. niger TSR13 41 3.03±0.42 Trichoderma reseei 38 3.01±0.26 A. niger IPB4 43 2.73±0.38 Trichoderma IPB9 47 2.53±0.59 Trichoderma IPB12 35 2.35±0.94 Trichoderma IPB2 37 1.31±0.80 4.2 Isolasi Gen eglA A. niger IPB1 4.2.1 Isolasi RNA total Isolasi RNA total dilakukan pada isolat yang mempunyai aktivitas spesifik tertinggi, yaitu isolat A. niger IPB1. RNA total berhasil diisolasi dari miselium A. niger IPB1 yang ditumbuhkan dalam medium induksi CMC. Kuantitas RNA total yang dihasilkan berdasarkan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 260 nm adalah 176.4 g tiap gram miselium. Selanjutnya berdasarkan nilai rasio OD 260 OD 280 , yaitu sebesar 1.72, maka RNA total yang dihasilkan mempunyai kemurnian yang cukup tinggi Tabel 5. Manchester 1996 menyatakan bahwa kemurnian RNA yang tinggi ditunjukkan dengan nilai rasio OD 260 OD 280 antara 1.8 dan 2.0. Hasil elektroforesis menunjukkan RNA total hasil isolasi mempunyai integritas yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dua pita yang dominan, yaitu RNA ribosomal rRNA 28S dan 18S Gambar 7. Tabel 5 Hasil isolasi RNA total Absorban Bahan λ 260 λ 280 λ 260 λ 280 Total RNA g g miselium Miselium A. niger IPB1 0.210 0.122 1.72 176.4 Gambar 7 Hasil isolasi RNA total A. niger IPB1 yang diisolasi dari miselium setelah inkubasi 3 hari yang dideteksi dengan elektroforesis menggunakan gel agarosa 1 bv.

4.2.2 Sintesis cDNA total

Sintesis cDNA dilakukan menggunakan RNA total yang telah diisolasi sebagai cetakan melalui proses transkripsi balik. Proses ini menggunakan primer oligodT sehingga hanya mRNA yang akan disintesis menjadi cDNA karena adanya ekor poliA pada ujung 3’. Sebagai kontrol keberhasilan sintesis cDNA, dilakukan amplifikasi terhadap gen aktin menggunakan primer spesifik ActF dan Act R2. Hasil amplifikasi gen aktin dengan cDNA sebagai cetakan menghasilkan satu pita DNA yang berukuran 123 bp Gambar 8. Hasil ini menunjukkan bahwa sintesis cDNA total telah berlangsung dengan baik. Selain itu, hasil ini juga menunjukkan RNA yang dihasilkan tidak terkontaminasi oleh DNA genom. Adanya kontaminasi oleh DNA akan ditunjukkan dengan adanya dua pita DNA yang dihasilkan, yaitu pita berukuran 123 bp yang menunjukkan hasil amplifikasi cDNA dan pita berukuran 223 bp yang menunjukkan hasil amplifikasi DNA rRNA 28S rRNA 18S