Hutan Rakyat .1 Luas dan Kepemilikan Hutan Rakyat

menguntungkan mengingat daur tanaman yang cukup lama, sehingga mereka lebih menyukai penanaman tanaman yang daurnya relatif pendek. Mayoritas pendidikan responden adalah Sekolah Dasar SD yaitu sekitar 51,67 . Rendahnya tingkat pendidikan mereka sangat mempengaruhi kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang dimiliki. Kurangnya pengetahuan yang cukup bagi petani hutan rakyat akan kegiatan penanaman, pemeliharaan akan mempengaruhi kualitas kayu yang dihasilkan. Pekerjaan utama mayoritas responden yang diwawancarai adalah petani 66,67. Selain itu ada juga responden yang memiliki pekerjaan utama PNSPensiunan sebesar 6,67 dan sebagian lagi mempunyai pekerjaan utama wiraswasta. Untuk responden yang pekerjaan utamanya tidak bertani, hanya pada saat tertentu saja ke lahan dan dalam pengelolaan lahannya sebagian besar mereka mengupah tenaga kerja. Sedangkan untuk responden yang pekerjaan utamanya bertani mayoritas juga memiliki pekerjaan sampingan seperti berdagang. Jadi tidak seluruh waktu mereka untuk mengerjakan lahan pertaniannya. Sebagian besar para istri responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 81,67. Sedangkan 18,33 istri responden memiliki pekerjaanusaha. Rata-rata mereka memiliki warung yang ada dirumah sehingga dapat menambah tingkat pendapatan rumah tangga mereka. Sedangkan jumlah tanggungan responden umumnya berkisar antara 0-3 orang yaitu 56,67 dari seluruh responden yang diwawancarai. Jumlah tanggungan dalam keluarga sangat mempengaruhi dalam usaha hutan rakyat, dimana semakin banyak tanggungan keluarga maka pola pikir mereka lebih kearah usaha yang cepat menghasilkan. Pada usaha kayu rakyat, responden yang memiliki jumlah tanggungan yang banyak dalam penjualan kayunya lebih cepatsebelum daurnya karena kebutuhan yang mendesak sehingga kayu yang dihasilkan diameternya kecil dan harganya murah. 5.2 Hutan Rakyat 5.2.1 Luas dan Kepemilikan Hutan Rakyat Hutan rakyat yang ada di lokasi penelitian dapat dibedakan menjadi hutan rakyat campuran dan hutan rakyat monokultur. Hutan rakyat campuran merupakan hutan rakyat yang dilahan tersebut tanaman kehutanannya lebih dari satu jenis misalnya kayu sengon dan kayu afrika. Sedangkan hutan rakyat monokultur merupakan hutan rakyat yang hanya terdiri dari satu jenis tanaman kehutanan misalnya hanya kayu sengon atau kayu afrika saja. Dari 60 responden petani hutan rakyat terdapat 43 responden yang mengusahakan hutan rakyat jenis tanaman sengon dan kayu afrika seluas 54,95 Ha, 14 responden mengusahakan hutan rakyat jenis tanaman sengon seluas 21,75 Ha dan 3 responden mengusahakan hutan rakyat dengan jenis kayu afrika seluas 4,5 Ha. Kayu rakyat terbesar pada berbagai bentuk penggunaan lahan antara lain kebun campuran, ladangtegalan ataupun pekarangan. Kebun campuran merupakan lahan yang mayoritas tanamannnya adalah tanaman berkayu yaitu kombinasi antara tanaman buah-buahan dan tanaman kehutanan. Sedangkan pada lahantegalan mayoritas tanamannya adalah tanaman musiman. Penyebaran kepemilikan luas lahan hutan rakyat pada masing-masing desa contoh dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Kepemilikan Luas Lahan di Desa Curug Bitung dan Desa Bantar Karet Luas Ha Curug Bitung Bantar Karet Total N N N 0,5-1 19 63,33 16 53,33 35 58,33 1-2 9 30,00 9 30,00 18 30,00 2 2 6,67 5 16,67 7 11,67 Total 60 100,00 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa mayoritas responden 58,33 mempunyai lahan dengan kisaran luas 0,5-1 Ha. Ada 2 orang responden dari desa Curug Bitung yang memiliki luas lahan 8 Ha. Dengan memperhatikan responden pencilan, rata-rata kepemilikan lahan responden adalah 1,35 Ha. Desa Curug Bitung petaninya mempunyai luas lahan terbesar yaitu 1,66 Haresponden. Sedangkan Desa Bantar Karet memiliki luas kepemilikan lahan terkecil yaitu 0,65 Haresponden. Hal ini disebabkan karena di Desa Curug Bitung petani hutan rakyat memiliki luasan areal yang masih luas jika dibandingkan dengan Desa Bantar Karet.

5.3 Analisis Potensi Hutan Rakyat di Kecamatan Nanggung