III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Pada Kecamatan Nanggung dipilih dua desa contoh yakni Desa Bantar Karet dan
Desa Curug Bitung. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan Juni- Juli 2007
3.2 Sasaran dan Bahan Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini masyarakat sekitar desa hutan di Kecamatan Nanggung pada Desa Bantar Karet dan Desa Curug Bitung. Bahan penelitian
yang digunakan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara dengan petani hutan rakyat, Staf Dinas Kehutanan, Dipenda, staf PT
Perhutani dan Penyuluh Lapangan. Sedangkan data sekunder berupa Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah dan Surat Keputusan Bupati
yang berkaitan dengan Kehutanan.
3.3 Kerangka Pemikiran
Di era otonomi daerah ini, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola rumah tangganya sendiri. Hal ini
berarti daerah harus dapat mengatur pendapatan daerah dan pengeluaran daerahnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain itu daerah harus
dapat mengidentifikasi sektor-sektor yang dapat menjadi sumber pendapatan daerah. Menurut Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah, sumber pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah PAD, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pendapatan asli daerah PAD berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Sektor kehutanan merupakan salah satu sektor yang berpotensi tinggi
untuk menambah tingkat pendapatan asli daerah mengingat hutan sebagai salah
satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Akan tetapi krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia sekarang ini menyebabkan kebutuhan-kebutuhan
hidup naik sementara tingkat pendapatan tetap. Hal tersebut mendorong masyarakat melakukan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan guna
menambah pendapatan mereka. Salah satu sumber daya alam yang berada dekat dengan masyarakat adalah hutan yang menghasilkan kayu dengan nilai jual yang
tinggi. Seiring dengan krisis ekonomi tersebut eksploitasi hutan oleh masyarakat dalam bentuk penjarahan semakin merajalela sekarang ini. Penjarahan hutan
negara oleh masyarakat selain merusak hutan juga menyebabkan berkurangnya tingkat penerimaan daerah dari sektor kehutanan.
Berdasarkan kepemilikannya hutan terbagi menjadi dua kepemilikan yaitu hutan negara dan hutan rakyat. Dalam UU No.411999, hutan rakyat dimaksudkan
sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik. Definisi diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di
atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dalam pengertian ini, tanah negara mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat berdasarkan
ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan masyarakat lokal biasa disebut masyarakat hukum adat
.
Hutan rakyat yang dikelola oleh masyarakat dapat memberikan kontribusi berupa retribusi dari kayu rakyat kepada
pemerintah. Sedangkan pemerintah dari hasil retribusi kayu rakyat tersebut dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat misalnya dengan perbaikan sarana dan
prasarana umum. Untuk mengetahui berapa besar potensi kontribusi yang dapat diberikan
oleh masyarakat terhadap Pendapatan Asli Daerah dari pengelolaan hutan rakyat, dilakukan dengan menganalisis kelayakan suatu usaha dan analisis potensi hutan
rakyat. Kelayakan suatu usaha dikaji melalui : 1 Net Present Value, 2 Benefit Cost Ratio, 3 Internal Rate of Return. Kelayakan usaha hutan rakyat dijadikan
dasar bagi masyarakat untuk mempertimbangkan apakah bersedia atau tidak membayar retribusi kayu dari hutan rakyat kepada pemerintah.
Gambar 1 . Skema Kerangka Pemikiran Analisis Prospek Kontribusi Hutan
Rakyat Terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Bogor. Dari gambar diatas dapat dijelaskan komponen yang tidak kalah
pentingnya lagi adalah peranan potensi hutan rakyat tersebut sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pemerintah maupun masyarakat sendiri.
Kesediaan membayar ijin tebang angkut dari hutan rakyat ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi seperti umur, pendidikan, pekerjaan, luas lahan, dan
pendapatan sehingga dapat juga menjadikan dasar bagi masyarakat untuk mempertimbangkan apakah bersedia atau tidak membayar retribusi kayu dari
hutan rakyat kepada pemerintah. Analisis Kelayakan
Usaha
Kesediaan Membayar Ijin
Tebang Angkut
IRR NPV
BCR
Analisis Potensi Hutan Rakyat
Faktor-faktor Sosial Ekonomi:
1. Umur 2. Pendidikan
3. Pekerjaan 4. Luas Lahan
5. Pendapatan
Masyarakat Pemerintah
Hutan Rakyat
3.4 Batasan-Batasan