sorakan dari siswa yang lain. Bapak Ma’shum menjelaskan, “hadiah yang saya berikan ini tujuan utamanya adalah menambah semangat kepada
siswa untuk berusaha lebih baik lagi. Selain itu sebagai bentuk menghargai usaha yang dilakukan siswa
”.
45
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam upaya penanaman karakter religius siswa di SMP Negeri 1 Udanawu
a. Faktor pendukung 1 Komitmen kepala sekolah
Kepala sekolah merupakan pusat yang mengatur seluruh program kegiatan sekolah. Sebagai poros terhadap terlaksana atau
tidaknya kegiatan sekolah, maka kepala sekolah SMP Negeri 1 Udanawu Blitar berkomitmen untuk mewujudkan seluruh kegiatan
sekolah yang telah diprogramkan, sebagaimana bapak Sulistyono memaparkan:
“Kami selalu berkomitmen bahwa seluruh program sekolah selama setahun harus terealisasikan dengan pembagian
anggaran dana yang telah dirinci sebelumnya. Maka bila ada salah satu program tidak terlaksana, maka dana anggaran dana
tidak terpakai. Kegiatan yang direalisasikan bahkan yang berada dilur program yang sifatnya insendental.
46
” Komitmen yang dimiliki oleh kepala sekolah ini membantu
dalam penanaman karakter religius, karena program-program yang di rencanakan selama satu tahun salah satunya adalah kegiatan-kegiatan
keagamaan yang dilaksanakan secara rutin. Seperti pondok
45
Wawancara dengan bapak Ma’shum selaku guru Pendidikan Agama Islam kelas IX pada tanggal 23 April 2015
46
Wawancara dengan bapak Sulistyono selaku kepala sekolah pada tanggal 15 April 2015
Romadhon, kurban pada hari raya Idul Adha, PHBA serta kegiatan keagamaan yang lain.
2 Wali Murid
Di SMP Negeri 01 Udanawu pihak sekolah selalu berusaha untuk menjaga hubungan komunikasi dengan orang tua demi
tercapainya tujuan pembelajaran disekolah. Sebagaimana diutarakan oleh ibu
Sholikah selaku waka kurikulum. “Kami selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan wali murid, karena waktu
paling banyak yang dilalui siswa adalah bersama keluarga”
47
. Demi menjaga hubungan tersebut, maka saat pengambilan raport siswa,
kepala sekolah memberikan wewenang kepada wali kelas atau guru senantiasa menghimbau kepada orang tua untuk memantau segala
perkembangan dan aktifitas anak. Begitu pula saat penerimaan siswa baru sampai pelepasan siswa yang mana wali murid diwajibkan hadir,
disitu pula berbagai himbauan juga diutarakan kepada wali murid. Ibu Sholikah menambahkan bahwa:
Berbagai upaya untuk berkomunikasi dengan wali murid telah kami lakukan, seperti saat penerimaan siswa baru, kami
menghimbau wali murid untuk memantau anaknya, juga saat pengambilan rapot yang kami serahkan kepada wali kelas
sampai
pada pelepasan siswa, tak henti-hentinya kami memberikan himbauan kepada wali murid. Maklum, jaman
sekarang tidak sama dengan jaman dahulu, termasuk pada cara hidup, pergaulan sampaikegiatan anak yang tidak lepas dari arus
perkembangan jaman.
48
47
Wawancara dengan ibu Sholikah selaku waka kurikulum sekolah pada tanggal 17 April 2015
48
Wawancara dengan ibu Sholikah selaku waka kurikulum sekolah pada tanggal 17 April 2015
Guru Pendidikan Agama Islam juga menjalin hubungan baik dengan orang tua untuk menanamkan hingga memupuk karakter
religius kepada siswa. Sebagaimana bapak Ma’shum menjelaskan bahwa:
Kami meminta orang tua untuk memasukan anaknya ke madrasah diniyah di sekitar lingkungannya, dan itu sifatnya
wajib. Dengan memberikan buku kendali siswa kepada masing- masing orang tua yang isinya berbentuk daftar hadir siswa
mengikuti MADIN. Ditandatangani oleh guru MADIN serta orang tua, yang di cek secara bekala setiap ada mata pelajaran
Agama di sekolah.
49
Kebijakan ini mendapat respon positif oleh ibu Endang Sujalmi. Beliau wali murid dari Umi Asih, siswa kelas VII. Sebagaimana ibu
Endang mengatakan: Saya sangat mendukung program ini. saya lakukan program ini
dirumah dengan teratur dengan senantiasa memantau kegiatan anak saya. Teguran dan nasihat pasti saya sampaikan bila anak
lupa waktu saat sholat atau saat masuk MADIN. Saya berharap anak saya tidak tenggelam pada perkembangan zaman tanpa
keteguhan iman.
Meskipun demikian, masih ada beberapa siswa yang kurang mencerminkan sikap religius. Ini dikarenakan latar belakang keluarga
siswa atau dari kurang pengawasan orang tua. Sebagaimana yang di utarakan oleh bapak Romadhon bahwa:
Sebenarnya semua orang tua mendukung. Hanya saja orang tua yang sibuk sehingga pengawasan kepada anak kurang.
Mayoritas anak yang nakal disini adalah anak yang orang tuanya broken home atau ditinggal orang tuanya bekerja jauh hingga dia
49
Wawancara dengan bapak Ma’shum selaku guru Pendidikan Agama Islam kelas IX
pada tanggal 30 April 2015
hanya mendapatkan pengawasan dari orang yang dipasrahkan oleh orang tuanya.
50
Hubungan kerjasama antara sekolah dan wali murid juga terealisasikan dalam bentuk kegiatan yang telah diprogramkan
sekolah. Bapak Sulistiyono mengatakan bahwa: Kerjasama dengan wali murid juga terealisasikan dalam bentuk
pembiayaan agar kegiatan berjalan lancar. Seperti permohonan bantuan dana kurban untuk idul adha dan zakat, pengawasan
terhadap siswa dalam bentuk buku pengendalian kegiatan saat bulan romadhon yang tujuan akhirnya adalah mengetahui
apakah anak berpuasa, tadarus dan tarawih. Kami juga mengundang wali murid pada beberapa kegiatan sekolah.
51
Seluruh orang tua mendukung kegiatan sekolah dengan berpartisipasi demi kelancaran proses pelaksanaan. Respon positif
yang diberikan wali murid kepada sekolah merupakan faktor pendukung bagi pelaksanaan penanaman karakter religius siswa agar
tercapai secara optimal sesuai dengan harapan.
3 Guru beserta karyawan
Guru beserta karyawan juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi penanaman karakter religius siswa. Di SMP ini, guru
dan karyawan sangat mendukung pada penanaman karakter religius ini. Berbagai upaya telah dilakukan sebagai bentuk dukungan
penanaman karakter religius ini. Sebagaimana diungkapkan oleh ibu Sumarmi selaku guru Agama Islam kelas VII, “ dulu guru-guru
kurang memiliki dukungan terhadap penanaman karakter religius,
50
Wawancara dengan bapak Romadhon selaku guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII pada tanggal 30 April 2015
51
Wawancara dengan bapak Sulistyono selaku kepala sekolah pada tanggal 15 April 2015
tetapi alhamdulillah lambat laun mereka mendukung usaha kami, berbagai bentuk dukungan mereka kerahkan. Seperti panitia
peringatan hari besar keagamaan, guru yang beragama Islam mayoritas berbaju tertutup dan lain sebagainya”
52
.Hal tersebut juga diutarakan oleh ibu Lia Fitriani selaku karyawan tata usaha di SMPN
1 Udanawu, “Seluruh karyawan putri alhamdulillah seluruhnya berjilbab. dari pihak guru yang beragama Islam, hanya 2 orang yang
tidak berajilbab”
53
. Seperti yang peneliti sampaikan diatas, bahwa berbagai upaya
dilakukan guru Agama Islam untuk menarik perhatian serta dukungan dari guru, sampai ada berbagai penolakan serta tidak ada respon dari
guru dan karyawan. Namun sekarang, semua guru telah mendukung upaya ini dan ikut berperan dalam penanaman karakter religius.
Sebagaimana di ungkapkan oleh ibu Lia Fitriani bahwa: Saya sangat mendukung penanaman karakter religius disekolah.
Bentuk dukungan tersebut juga melihat dengan posisi kami sebagai karyawan yang tidak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran,
kami hanya
berusaha melayani
dengan senantiasa senyum, sapa dan salam kepada warga sekolah,
sesekali menegur dan mengingatkan siswa yang kurang beradab dan lain-lain mbak
54
. Seluruh karyawan telah memiliki kesadaran penuh terhadap
pentingnya dukungan dalam penanaman karakter religius, kesadaran
52
Wawancara dengan ibu Sumarmi selaku guru Pendidikan Agama Islam kelas VII pada tanggal 18 Mei 2015
53
Wawancara dengan ibu Lia Fitriani selaku karyawan pada tanggal 18 Mei 2015
54
Wawancara dengan ibu Lia Fitriani selaku karyawan pada tanggal 18 Mei 2015
itu muncul karena adanya dorongan untuk senantiasa taat
melaksanakan perintah Allah. Ibu Lia menjelaskan sebagaimana berikut:
Pemakaian seragam tertutup ini secara sadar karena motivasi dari kami sendiri, tanpa ada paksaan dari siapapun. Kami hanya
berusaha melaksanakan perintah Allah tanpa menunngu masa tua. Dengan upaya ini diharapkan dapat menjadikan teladan juga
bagi para siswa. Adakalanya sebelum kita menyuruh siswa untuk berbuat baik, alangkah baiknya perbaiki diri dulu apa
yang ada pada kita.
55
Sedangkan yang peneliti amati melalui observasi sampai beberapa hari terakhir, memang dari karyawan sekolah seluruhnya
menggunakan seragam tertutup. Hal ini membuktikan bahwa dari guru dan karyawan memberikan dukungan terhadap upaya penanaman
karakter religius di sekolah.
4 Dinas Pendidikan
Sebagai lembaga besar yang menaungi seluruh kegiatan pendidikan, Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar bekerja sama dengan
Departemen Agama Kabupaten Blitar mengeluarkan peraturan yang sangat membantu dalam pelaksanaan pendidikan karakter terutama
karakter religius. Hal ini diterima secara positif oleh kepala sekolah SMP Negeri 01 Udanawu merealisasikannya kedalam kegiatan
pembelajaran. Kebijakan yang dikeluarkan oleh departemen agama yakni setiap sekolah umum wajib mengadakan Madrasah Diniyah
yang tertuang dalam bentuk ekstrakulikuler.
55
Wawancara dengan ibu Lia Fitriani selaku karyawan pada tanggal 18 Mei 2015
Hal ini dijelaskan oleh bapak Sulistyono sebagaimana berikut, “Kegiatan Madrasah Diniyah merupakan kegiatan wajib yang
dikondisikan oleh kabupaten, dengan bentuk kegiatan diluar sekolah atau biasa disebut ekstrakulikuler Madrasah Diniy
ah”
56
. Dengan mempertimbangkan bila kegiatan ini berbentuk ekstrakulikuler yang
berada diluar jam pembelajaran, maka kurang efektif bila harapan seluruh siswa dapat menghadirinya.
Akhir dari hasil rapat antara kepala sekolah dengan guru, dalam tataran praktiknya kegiatan Madrasah Diniyah ini menjadi
kegiatan pagi, bukan termasuk mata pelajaran akan tetapi tetap berbentuk ekstrakulikuler yang dilaksanakan diwaktu pagi hari.
Sebagaimana beliau menjelaskan, “susah bila kegiatan ini menjadi ekstra diluar pembelajaran bila harapan semua bisa mengikuti.
Sehingga kegiatan ini dilaksanakan pada pagi hari dengan tetap menjadi kegiatan ekstrakulikuler yang wajib diikuti peserta didik”
57
. Kegiatan ini disambut positif oleh guru Agama. Bapak
Ma’shum juga merasa senang dengan adanya program ini disekolah, sehingga bila Madrasah Diniyah dijadikan sebagai kegiatan pagi,
sudah dipastikan seluruh siswa pasti mengikutinya. Sebagaimana ungkapan beliau, “Dan ini hukumnya wajib bagi seluruh siswa untuk
mengikutinya. Program ini sangat membantu kami dalam upaya
56
Wawancara dengan bapak Sulistyono selaku kepala sekolah pada tanggal 15 April 2015
57
Wawancara dengan bapak Sulistyono selaku kepala sekolah pada tanggal 15 April 2015
mencerdaskan siswa dalam baca tulis Al- qur’an serta mendalami
kitab- kitab”.
58
Madrasah diniyah dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pagi untuk setiap kelas dengan tiga jam setiap minggunya. Pengajar yang
mengemban sebagai guru madrasah diniyah diambil dari luar yang ahli dalam bidangnya.
Bapak Sulistyono menjelaskan sebagaimana berikut: Untuk ustadz, kami bekerjasama dengan koordinator MADIN
Kecamatan Udanawu. Ini yang kami lakukan bila guru dan karyawan belum mampu untuk membina siswa dalam kegiatan
khusus. Maka kami mengambil masyarakat atau pelatih dari luar sekolah sebagaimana kegiatan ekstrakulikuler yang lain.
Kerjasama yang terjalin tersebut diharapkan dapat merekatkan hubungan dan memberikan manfaat satu sama lain. Sebagai bentuk
terimakasih pihak sekolah kepada ustadz MADIN, maka pihak sekolah memberikan uang saku pesangon kepada ustadz pada setiap
pertemuannya karena jasa mereka yang telah mendidik siswa. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak Sulistyono bahwa:
Disini ustadz MADIN ada 6 orang, untuk pembagian kelasnya, maka masing-masing kelas ada 2 orang ustadz MADIN.
Sebagai bentuk terimakasih terhadap jasa mereka, maka kami dari pihak sekolah hanya mampu memberikan pesangon
35.000 setiap pertemuannya.
59
Kegiatan ini merupakan bentuk usaha pemerintah kabupaten untuk menanggulangi buta huruf hijaiyah karena kurangnya kesadaran
siswa serta orang tua untuk mengikuti MADIN
disekitar
58
Wawancara dengan bapak Ma’shum selaku guru Pendidikan Agama Islam kelas IX pada 22 tanggal April 2015
59
Wawancara dengan bapak Sulistyono selaku kepala sekolah pada tanggal 15 April 2015
lingkungannya. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah ketika siswa lulus, maka setiap siswa berhak mendapatkan sertifikat MADIN dari
kabupaten. Bapak Sulistyono menambahkan, “Tujuan akhir dari
kegiatan ini adalah setiap siswa berhak untuk mendapatkan sertifikat MADIN, dimana sertifikat tersebut nantinya menjadi syarat untuk
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi di wilayah kabupaten Blitar.”
60
b. Faktor Penghambat 1 Media Massa