pendidikan karakter religius di SMP Negeri 1 Udanawu mulai mendapat respon dan tidak hanya ditumpukan pada guru bidang studi agama saja,
akan tetapi merupakan tanggung jawab bersama seluruh guru dan karyawan yang ada di sekolah ini.
Pada intinya pihak sekolah baik dari kepala sekolah, guru maupun karyawan SMP Negeri Udanawu menanggapi dan memberikan respon baik
terhadap penanaman dan penerapan karakter religius kepada siswa dengan mewujudkannya dalam berbagai bentuk kegiatan. Adapun upaya-upaya
yang dilakukan dari guru Pendidikan Agama Islam antara lain:
a. Tradisi senyum, sapa, salam
Tradisi senyum, sapa dan salam ini merupakan upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam menciptakan karaker religius kepada
siswa. Tujuan dari kegiatan ini tidak lain adalah mempererat tali silaturahim, menjaga hubungan harmonis antar guru Pendidikan Agama
Islam dengan siswa serta menanamkan sikap ketawadu’an siswa kepada guru. Sehingga akan tumbuh rasa patuh dan hormat serta sopan pada guru.
Ibu Sumarmi menjelaskan akar permasalahannya sebagaimana berikut:
Siswa disini mayoritas lulusan dari Sekolah Dasar yang tidak memiliki latar belakang pendidikan agama yang bagus, jadi untuk
menanamkan karakter religius kami memulai dari hal yang kecil terlebih dahulu, yakni senyum, sapa dan salam.
8
Pernyataan ini didukung pula oleh observasi yang dilakukan peneliti ketika peneliti hendak ikut bapak Romadhon masuk kedalam kelas VIII-E.
8
Wawancara dengan ibu Sumarmi selaku guru Pendidikan Agama Islam kelas VII pada tanggal 23 April 2015
Disini peneliti melihat setiap siswa yang berpapasan dengan bapak Romadhon mereka menyapa dan bersalaman, dan salam tersebut disambut
bapak Romadhon disertai senyuman ramah sambil berbasa-basi dan bercanda sebentar dengan siswa.
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh observasi yang dilakukan peneliti saat hendak ikut bapak Ma’shum masuk kedalam kelas IX-G.
Yang peneliti amati disini, keadaan yang sama juga terlihat bahwa siswa bertegur sapa serta salam kepada bapak Ma’shum, bahkan tak jarang
bapak Ma’shum yang menghampiri siswa untuk bersalaman, dan salaman itu dibalas siswa dengan mencium tangan beliau. Cara ini menurut peneliti
sebagai sarana untuk mendekatkan hubungan guru dengan siswa. Cara yang dilakukan bapak Ma’shum dengan menghampiri siswa untuk
bersalaman menunjukan bahwa guru harus menjadi teladan yang baik bagi siswa. Sebelum guru memberikan perintah siswa untuk melakukan
berbuatan baik maka guru harus terlebih dahulu memantaskan diri sebagai orang yang baik. Dalam artian, memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu
sebelum memberikan intruksi kepada orang lain. Sehingga nantinya dapat menjadi suri tauladan bagi siswa dan terdorong untuk melakukan hal yang
sama. Dari paparan diatas terlihat terdapat kesamaan antara pernyataan ibu
Sumarmi dan observasi peneliti dilapangan. Hal ini membuktikan bahwa pembiasaan senyum, sapa dan salam di sekolah ini berkembang dengan
cukup baik. Saat jam pelajaran menjadi suatu keharusan bagi siswa
untuk salam kepada guru, begitu pula saat diluar jam pelajaran. Sehingga suasana akrab dan kekeluargaan dapat diterapkan dan dapat menjadi salah
satu cara guru untuk menanamkan akhlak yang baik sehingga nantinya terpupuk karakter religius pada siswa.
b. Penggunaan baju tertutup saat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam .