Skala pengukuran keparahan gejala autism Manifestasi klinis

d sering sangat terpukau pada bagian-bagian benda tertentu. B. Keterlambatan atau abnormal secara fungsional dalam paling sedikit 1 dari area berikut ini, dengan waktu mulai terjadionset sebelum usia 3 tahun : 1 interaksi sosial, 2 bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial atau 3 bermain simbolik atau imajinatif cara bermain yang kurang bervariatif. C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau gangguan disintegratif masa kanak-kanak DSM-IV TR, 2000. Berdasarkan DSM-IV TR mengenai kriteria diagnosis anak autisme, dapat dilihat bahwa seorang anak harus memenuhi kriteria tersebut untuk dapat disebut mengalami gangguan autisme. Namun harus diperhatikan bahwa gejala gangguan spektrum autisme sangat bervariasi dari anak yang satu dengan yang lainnya. Tidak semua anak menunjukkan gejala yang sama jenisnya, dan tidak semua anak menunjukkan gejala yang sama beratnya.

2.1.3 Skala pengukuran keparahan gejala autism

Salah satu skala yang dapat dipakai untuk mengukur tingkat keparahan gejala autisme adalah Childhood Autism Rating Scale CARS. CARS terdiri dari 15 item skala penilaian perilaku yang dikembangkan untuk mengidentifikasi gambaran kuantitas keparahan gangguan. Berdasarkan skala ini, tingkat keparahan gejala gangguan autistik dibedakan menjadi 3 katagori; skore 15-29,5 katagori nonautistik, skore 30-36,5 dipertimbangkan sebagai autisme ringan sampai menengah, dan skore 37-60 dikatagorikan sebagai tingkat keparahan menengah sampai berat. CARS telah digunakan secara luas dan dapat mengukur keparahan Universitas Sumatera Utara autisme dengan baik Geier, et al, 2012 ; Mayes, et al., 2009, dan Kern, et al., 2011.

2.1.4. Manifestasi klinis

Gangguan perkembangan pada gangguan autistik heterogen dan menetap, dikarakteristikkan dengan tiga gambaran klinis yaitu defisit sosial, kerusakan komunikasi, dan pola perilaku yang terbatas dan berulang. Oleh karena itu gangguan perkembangan pada gangguan autistik dicirikan dengan kerusakan dalam tiga domain besar : komunikasi, sosialisasi, dan perilaku berulang. Individu dengan gangguan autistik menunjukkan kekurangan yang berat dalam semua gejala pada tiga domain fenotipe mayor dan perkembangan abnormal terjadi sebelum usia 3 tahun Abdalla, et al., 2007 dan Johnson, et al., 2011. Gangguan dalam komunikasi meliputi perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada, anak tampak seperti tuli, sulit berbicara atau pernah berbicara tapi kemudian sirna, terkadang mengeluarkan kata-kata namun tidak sesuai dengan artinya seperti mengatakan “kamu mau jus” ketika dirinya sangat haus, echolalia senang membeo, meniru, dapat menghafal suatu kata, frase atau nyanyian tanpa mengerti artinya. Gangguan interaksi sosial dimanifestasikan dengan tidak melibatkan orang lain, lebih suka menyendiri, tidak ada atau sedikit kontak mata atau menghindar untuk bertatapan, tidak tertarik untuk bermain bersama teman, menghindar atau menjauh bila diajak bermain. Gangguan sensoris berupa sangat sensitif terhadap sentuhan seperti tidak suka dipeluk, bila mendengar suara keras langsung menutup telinga, senang Universitas Sumatera Utara mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda, tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. Anak-anak dengan gangguan autistik tidak suka bermain seperti anak- anak pada umumnya, tidak suka bermain dengan teman sebayanya, tidak kreatif, tidak imajinatif, tidak bermain sesuai fungsi mainan seperti sepeda dibalik lalu rodanya diputar-putar. Mereka dapat berperilaku berlebihan hiperaktif atau kekurangan hipoaktif, memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang- goyang, mengepakkan tangan, berputar-putar, lari atau berjalan mondar mandir. Emosi mereka sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, temper tantrum mengamuk tak terkendali, kadang suka menyerang dan merusak, terkadang juga suka menyakiti dirinya sendiri Deutsch dan Urbano, 2011. Sekitar 50 anak gangguan autistik mempunyai ketidakmampuan intelektual, beberapa dari mereka mengalami abnormalitas peningkatan besar ukuran kepala, sepertiganya ada yang mengalami kejang epilepsi, dan sekitar setengah dari mereka mengalami kerusakan bicara yang berat Landrigan, 2010.

2.2 Raksa Hg dan Efek Rraksa Hg terhadap Kesehatan Manusia