gambut. Hal ini dipengaruhi oleh mikrobentonit mampu menahan suspensi dan partikel-partikel zat padat yang terkandung di dalam air gambut di lapisan atas
membran larutan umpan. Pada membran polisulfon dengan penambahan mikrobentonit 10 PSf-
B10 menghasilkan nilai kekeruhan 6,475 NTU. Hal yang menyebabkan nilai kekeruhan permeat PSf-B10 lebih tinggi dibandingkan PSf-B5 yaitu kemungkinan
ukuran pori membran PSf-B10 lebih besar dibandingkan PSf-B5 sehingga suspensi dan partikel zat padat yang terkandung di dalam larutan umpan masih
mampu melewati membran. Dapat dilihat bahwa nilai kekeruhan permeat membran polisulfon-
mikrobentonit 15 PSf-B15 yaitu sebesar 3,125 NTU. Hal ini dapat disimpulkan bahwa membran ini mampu bekerja secara optimal dalam menurunkan kekeruhan air
gambut. Pengaruh ukuran pori dan fouling yang terjadi di permukaan membran larutan umpan menyebabkan suspensi dan partikel-partikel zat padat menjadi
tertahan. Pada membran polisulfon-mikrobentonit 20 PSf-B20 mampu
menurunkan nilai kekeruhan menjadi 6,35 NTU. Kemungkinan bahwa dengan penambahan mikrobentonit 20 mengakibatkan pori membran menjadi semakin
besar. Berdasarkan uji analisa kekeruhan membran polisulfon PSf dan polisulfon- mikrobentonit dapat disimpulkan bahwa penggunaan membran polisulfon dengan
penambahan pengisi mikrobentonit mampu menurunkan tingkat kekeruhan air gambut setelah penyaringan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
PERMENKES RI No.416MENKESPERIX1990 lampiran II tentang persyaratan kualitas air bersih.
4.6.3 Analisis pH
Pengukuran pH dalam sampel air gambut bertujuan untuk mengetahui derajat keasamaan air gambut sebelum dan sesudah penyaringan dengan membran polisulfon-
Universitas Sumatera Utara
mikrobentonit. Analisis pH juga digunakan sebagai parameter untuk menentukan apakah air gambut setelah penyaringan layak untuk dikonsumsi manusia atau makhluk
hidup lain. Hasil pengukuran pH air gambut sebelum penyaringan dengan membran yaitu 5,2 Gambar 4.10.
Nilai ini menunjukkan bahwa pH air gambut sebelum penyaringan masih belum memenuhi standar baku air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia PERMENKES RI No.416MENKESPERIX1990 lampiran II tentang persyaratan kualitas air bersih yaitu 6,5-9,0.
Pada Gambar 4.10 terlihat bahwa setelah penyaringan dengan membran polisulfon dan polisulfon-mikrobentonit pH air mengalami peningkatan masing-
masing sebesar PSf 6,5, PSf-B5 6,6, PSf-B10 6,6, PSf-B15 6,8 dan PSf- B20 6,5.
Gambar 4.10
Nilai pH air gambut sebelum penyaringan SP dan sesudah penyaringan dengan membran polisulfon dan polisulfon-
mikrobentonit
Hal ini menunjukkan bahwa membran polisulfon dan polisulfon-mikrobentonit mampu menaikkan pH air gambut mendekati pH netral yakni pH 7 dan telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia PERMENKES RI
Universitas Sumatera Utara
No.416MENKESPERIX1990 lampiran II tentang persyaratan kualitas air bersih yaitu 6,5-9,0.
4.6.4 Analisis jumlah zat padat tersuspensi TSS
Total zat padat tersuspensi atau Total Suspended Solid TSS adalah padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik. Hasil analisis
kadar TSS air gambut sebelum dan setelah penyaringan dengan membran polisulfon dan polisulfon-mikrobentonit dapat dilihat pada Tabel 4.6
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai TSS untuk air gambut sebelum dan sesudah penyaringan dengan membran polisulfon masih tinggi.
Penyaringan dengan menggunakan membran polisulfon dan polisulfon-mikrobentonit terjadi penurunan nilai TSS. Air gambut sebelum penyaringan memiliki kadar TSS
yang tinggi yang menandakan bahwa tingginya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung didalamnya.
Tabel 4.6
Hasil analisis kadar total padatan tersuspensi TSS air gambut
Jenis membran TSS mgL
Sebelum penyaringan 120
Penyaringan dengan PSf 80
Penyaringan dengan PSf-B5 60
Penyaringan dengan PSf-B10 72
Penyaringan dengan PSf-B15 52
Penyaringan dengan PSf-B20 64
Permeat yang dihasilkan dari penyaringan membran polisulfon PSf mampu menurunkan kadar TSS air gambut. Hal ini disebabkan oleh rapatnya pori membran
polisulfon PSf sehingga mampu menahan partikel organik maupun anorganik di bagian larutan umpan.
Universitas Sumatera Utara
Pada penyaringan dengan membran polisulfon-mikrobentonit 5 PSf-B5 terjadi penurunan TSS. Hal ini diperkirakan kemampuan mikrobentonit yang mampu
menahan partikel organik maupun anorganik di permukaan membran dan fungsi mikrobentonit sebagai adsorben yang mampu mengikat bahan- bahan organik yang
terdapat di dalam air. Permeat yang dihasilkan dari penyaringan dengan menggunakan membran
polisulfon-mikrobentonit 10 terjadi peningkatan nilai TSS. Hal ini diperkirakan pori membran menjadi semakin besar dan melewatkan partikel-partikel organik dan
anorganik sehingga membentuk suspensi di larutan permeat. Penyaringan dengan menggunakan membran polisulfon-mikrobentonit 15
PSf-B15 mampu menurunkan kadar TSS. Hal ini diperkirakan pori membran yang merata serta kemampuan mikrobentonit yang optimal menyerap partikel-partikel
organik dan anorganik dari larutan umpan. Sedangkan membran polisulfon- mikrobentonit 20 PSf-B20 menghasilkan kadar TSS yang lebih tinggi
dibandingkan membran PSf-B15. Hal ini diperkirakan ukuran pori semakin besar karena jumlah mikobentonit yang cukup banyak. sehingga partikel organik dan
anorganik di larutan umpan belum terserap maksimal di permukaan membran dan melewati lapisan membran sehingga membentuk suspensi di permeat.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.11
Nilai total zat padat tersuspensi TSS air gambut sebelum penyaringan SP dan sesudah penyaringan dengan membran polisulfon dan
polisulfon-mikrobentonit
Pada Gambar 4.11 dapat kita simpulkan bahwa penyaringan air gambut Panam Pekanbaru dengan menggunakan membran polisulfon dan polisulfon- mikrobentonit
sudah memenuhi standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia PERMENKES RI No.416MENKESPERIX1990 lampiran II tentang persyaratan
kualitas air bersih. Hal ini menunjukkan bahwa penyaringan dengan menggunakan membran polisulfon dengan penambahan mikrobentonit mampu menurunkan kadar
total zat padat tersuspensi TSS pada air gambut daerah Panam kota Pekanbaru.
4.6.5 Analisis Jumlah Zat Padat Terlarut TDS