Thoresen Shertzer Stone, 1980 sebagaimana dikutip oleh Surya 1988, memberi ciri-ciri pendekatan behavioral sebagai berikut:
a Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan karena itu dapat
dirubah. b
Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individual dapat membantu dalam merubah perilaku-perilaku yang relevan; prosedur-
prosedur konseling berusaha membawa perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku klien dengan merubah lingkungan.
c Prinsip-prinsip belajar sosial, seperti misalnya “reinforcement” dan “social
modeling”, dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur konseling.
d Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan-
perubahan dalam perilaku-perilaku khusus klien diluar wawancara konseling.
e Prosedur-prosedur konseling tidak statik, tetap, atau ditentukan
sebelumnya, tetapi dapat secara khusus didisain untuk membantu klien dalam memecahkan masalah khusus.
2.2 Tujuan Konseling Prilaku
Loekmono 2003 menjelaskan tujuan konseling perilaku yang utama adalah menyediakan keadaan-keadaan dan lingkungan-lingkungan agar perilaku yang
tidak sesuai dapat dihapuskan sesudah itu konseli akan diajar untuk menguasai perilaku baru yang sesuai untuk menggantikan perilaku yang tidak sesuai itu.
Menurut konselor konseling perilaku masa kini, tujuan yang hendak dituju sebenarnya ditentukan oleh konseli sendiri di dalam suasana hubungan yang
hangat. Peran konselor adalah membantu konseli memilih tujuan yang hendak dituju, agar sesuai untuk dirinya dan diterima oleh masyarakat.
Cormier dan Cormier dalam Loekmono menjelaskan bahwa proses penentuan tujuan ini biasanya dilakukan bersama antara konselor dengan konseli
menurut urutan berikut: a
Konselor menjelaskan sifat dan msksud tujuan kepada konseli. b
Konseli menentukan perubahan atau tujuan khusus yang diinginkan. c
Konseli dan konselor mengkaji dan meilai kesesuaian tujuan yang dinyatakan oleh konseli.
d Secara bersama mengidentifikasi resiko-resiko yang berhubungan dengan
tujuan itu dan menilai resiko-resiko itu. e
Secara bersama juga mendiskusikan kebaikan yang diperoleh dai tujuan itu.
f Berdasarkan informasi yang diperoleh mengenai tujuan yang dinyatakan
oleh konseli, konselor dan konseli akan membuat keputusan sebagai berikut:
a. Untuk meneruskan konseling atau,
b. Untuk mempertimbangkan kembali tujuan yang dinyatakan oleh
konseli atau c.
Untuk merujuk konseli pada konselor lain agar keinginan dan hasrat konseli tidak kosong dan konselor sendiri tidak merasa
hampa dan kecewa. Dari uraian diatas bahwa dalam konseling perilaku yang dipentingkan adalah
perubahan perilaku, karena bagi pendukung konseling perilaku, perubahan akan dengan sendirinya menghasilkan perubahan-perubahan bagian lain seperti emosi
dan kognitif.
2.3 Peranan Konselor dan Teknik Prosedur Konseling Perilaku
Menurut Loekmono 2003 ada empat peranan utama yang harus dimainkan konselor konseling perilaku yaitu,
a Dalam konseling perilaku konselor sebagai pakar, guru yang aktif
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang saintifik yang dapat dipakai untuk mengobati masalah-masalah yang dihadapi konselinya.
b Konselor dijadikan model, atau contoh teladan untuk konseli.
c Konselor hendaknya terampil dalam semua ataupun dengan sebagian
besar teknik yang dipakai dalam konseling perilaku yang beraneka ragam. d
Konselor juga harus mempunyai orientasi yang baik ke arah penyelidikan dan statistik agar ia dapat melaksanakan penilaian dengan obyektif.
Salah satu sumbangan terapi perilaku adalah pengembangan prosedur- prosedur terapeutik yang spesifik yang memiliki kemungkinan untuk diperbaiki
melalui metode ilmiah. Dalam terapi perilaku, teknik-teknik spesifik yang beragam bisa digunakan secara sistematis dan hasil-hasilnya bisa dievaluasi.
Teknik-teknik ini bisa digunakan jika saatnya tepat untuk menggunakannya, dan banyak diantaranya yang bisa dimasukkan ke dalam praktek psikoterapi yang
berlandaskan model-model lain. Menurut Loekmono 2003 Ada tiga hal yang menarik mengenai teknik dan
prosedur yang terdapat di dalam konseling perilaku: a
Konseling perilaku mempunyai banyak teknik dan strategi yang telah diusahakan dan diketahui efektif.
b Konseling perilaku mengutamakan perilaku yang nyata atau overt, maka
dengan mudah dapat diketahui keberhasilannya atau kegagalan suatu teknik atau strategi tertentu.
c Konselor perilaku tidak membelenggu seorang konselor. Konselor dapat
mengkombinasikan teknik-teknik dan strategi-strategi untuk menjadikan pendekatan elektrik.
Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti memfokuskan kepada teknik latihan asertif, bermain peran, percontohan dan relaksasi
2.4 Strategi Yang Dipakai Dalam Konseling Kelompok Behavioral