BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori Behavioral
Terapi perilaku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan
yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan perilaku ke arah cara- cara yang adaptif. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil
belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi- kondisi belajar. Pada dasarnya, terapi perilaku diarahkan pada tujuan-tujuan
memperoleh perilaku baru, penghapusan perilaku yang maladatif, serta memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan.Corey, 2007.
Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap perilaku manusia itu dipelajari. Para behaviorist
mengemukakan teori belajar: bagaimana belajar terjadi sebagai hasil dari pengaruh lingkungan. Bandura memberikan 3 konsep penting yang menjelaskan
bagaimana teori belajar sosial mempengaruhi pembelajaran Miller, dalam kusumadewi, 2009 :
a. Belajar melalui observasi atau pengamatan bukan semata-mata sekedar
meniru perilaku orang lain. Seorang anak dapat membangun perilaku baru secara simbolis dengan mendengarkan orang lain atau hanya
dengan membaca. Perilaku overt yang dapat dilihatdiobservasi bahkan tidak begitu diperlukan agar pembelajaran dapat terjadi.
b. Meskipun reinforcement tidak diperlukan dalam pembelajaran, namun
hal ini sangat membantu dalam hal pengaturan-diri pada anak. Mereka
dapat mengamati perilaku apa saja yang sedang terjadi di sekitar mereka dan membedakannya menjadi reinforcement dan punishment,
lalu menggunakan pengamatan ini sebagai sumber informasi dalam membantu mereka membuat batasan-batasan, mengevaluasi performa
mereka, membangun standar perilaku, menetapkan tujuan, kemudian memutuskan kapan menerapkan hasil pengamatan tersebut.
c. Reciprocal Determinism menjelaskan model perubahan perilaku.
Terdapat tiga sumber pengaruh dalam teori ini yang saling berinteraksi: individu, perilakunya, dan lingkungan. Perlu diingat
bahwa lingkungan tidak selalu memegang peranan penting. Yang paling penting untuk diketahui, perilaku yang ditampilkan oleh
seseorang juga membantu membentuk lingkungannya, yang kemudian memberikan timbal balik terhadap dirinya. Pada Gambar 1. Dijelaskan
bagaimana hubungan antara Behavior B = perilaku, Person P = individu
atau kognitifpersepsi,
dan Environment
E =
lingkungan,yang saling berpengaruh interlocking dan bergantung satu denganlainnya interdependent.
p e
b Dalam masa perkembangan, remaja menjadi lebih terampil dalam
pembelajaran melalui pengamatan observational learning. Observational Learning atau yang biasa dikenal dengan modelling memiliki asumsi dasar, yaitu
perilaku individu sebagian besar diperoleh dari hasil belajar melalui observasi atau hasil pengamatan perilaku orang lain yang menjadi role model. Fischer
Smithdalam kusumadewi, 2009 kecanduan bisa merupakan hasil observasi penggunaan substansi dan penyalahgunaan yang dilakukan oleh role model
seperti orangtua. Menurut beberapa teori kecanduan, perilaku kecanduan dapat ditimbulkan oleh adanya penggunaan substansi bersama dengan teman sebaya
dan orang lain.
Thoresen Shertzer Stone, 1980 sebagaimana dikutip oleh Surya 1988, memberi ciri-ciri pendekatan behavioral sebagai berikut:
a Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan karena itu dapat
dirubah. b
Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individual dapat membantu dalam merubah perilaku-perilaku yang relevan; prosedur-
prosedur konseling berusaha membawa perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku klien dengan merubah lingkungan.
c Prinsip-prinsip belajar sosial, seperti misalnya “reinforcement” dan “social
modeling”, dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur konseling.
d Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan-
perubahan dalam perilaku-perilaku khusus klien diluar wawancara konseling.
e Prosedur-prosedur konseling tidak statik, tetap, atau ditentukan
sebelumnya, tetapi dapat secara khusus didisain untuk membantu klien dalam memecahkan masalah khusus.
2.2 Tujuan Konseling Prilaku