bagian karbosulfan yang tidak larut dalam air akan lebih mudah larut karena bisurfaktan memiliki molekul yang hidrofobik dan hidrofilik. Pada hari ke-14
produksi biosurfaktan turun secara drastis, namun pertumbuhan ada yang meningkat dan juga menurun, hal ini kemungkinan disebabkan oleh isolat bakteri lebih memilih
menggunakan sumber karbon lain seperti surfaktan sintetik yang terdapat dalam pestisida.
Menurut Komarawidjaja 2009 dalam penelitiannya menyatakan perbedaan pertumbuhan bakteri diduga terjadi karena adanya perbedaan produksi biosurfaktan
yang dihasilkan oleh bakteri. Biosurfaktan berperan dalam pembentukan emulsi yang mampu memanfaatkan senyawa hidrokarbon sebagai sumber karbon dalam
melipatgandakan kepadatan sel di media uji. Li Chen 2009 efek positif dari surfaktan dalam degradasi senyawa hidrokarbon berhubungan dengan peningkatan
daya kelarutan dan pemutusan senyawa hidrokarbon. Menurut Batubara 2011, jumlah biosurfaktan yang dihasilkan juga tergantung dari bagaimana mikroorganisme
tersebut menggunakan nutrisi yang tersedia. Perbedaan nutrisi akan mempengaruhi
produksi biosurfaktan.
4.5 Potensi Bakteri Penghasil Biosurfaktan dalam Mendegradasi Karbosulfan
Uji potensi bakteri penghasil biosurfaktan dalam mendegradasi karbosulfan dilakukan dengan memilih 2 isolat berdasarkan pertumbuhan sel, aktivitas biosurfaktan dan
konsentrasi biosurfaktan yaitu JBM 3 dan KBM 1. Kedua isolat ini jika dibandingkan dengan isolat lainnya memiliki kemampuan yang sejalan antara pertumbuhan sel,
aktivitas biosurfaktan maupun produksi biosurfaktan. Kedua isolat ini memiliki kemampuan dalam menurunkan konsentrasi karbosulfan seperti terlihat pada Tabel
4.5.1
0,005 0,01
0,015 0,02
0,025 0,03
0,035 0,04
0,045 0,05
Hari ke-0 Hari ke-21
K ons
ent ra
si ka
rbos ul
fa n
ppm Kontrol JBM 3 KBM 1
Tabel 4.5.1 Konsentrasi Karbosulfan Sisa Degradasi oleh Isolat Bakteri Tanah
Pertanian Berastagi Isolat
bakteri
Konsentrasi karbosulfan ppm
Pengurangan karbosulfan
Pengurangan karbosulfan terhadap
kontrol
Hari ke-0 Hari ke-21
Hari ke-21 Hari ke-21
Kontrol
0,050 0,042
16
JBM 3 0,050
0,028 44
33,33 KBM 1
0,050 0,025
50 40,47
Perhitungan untuk mencari degradasi karbosulfan dapat dilihat pada Lampiran 12. halaman 45.
Berdasarkan Tabel 4.5.1 diketahui bahwa kedua isolat bakteri mampu menurunkan konsentrasi karbosulfan pada hari ke-21. Hal ini menunjukkan bahwa
kedua isolat mampu meggunakan karbosulfan sebagai sumber karbon yang ditandai dengan terjadi penurunan konsentrasi karbosulfan. Dari kedua isolat bakteri, yang
memiliki potensi yang lebih tinggi dalam menurunkan konsentrasi karbosulfan adalah isolat bakteri KBM 1. Untuk lebih jelasnya berikut Gambar 4.5.1 pengurangan
konsentrasi karbosulfan pada hari ke-21.
Gambar 4.5.1 Konsentrasi karbosulfan sisa degradasi pada hari ke-21
Gambar 4.5.1 menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi karbosulfan pada perlakuan kontrol dan perlakuan isolat bakteri. Jika dibandingkan dengan
perlakuan kontrol isolat JBM 3 mampu menurunkan konsentrasi karbosulfan sebesar 33,33, sedangkan isolat bakteri KBM 1 mampu menurunkan konsentrasi
karbosulfan sebesar 40,47. Penurunan konsentrasi karbosulfan pada perlakuan kontrol kemungkinan disebabkan karena karbosulfan dapat terdegradasi secara alami
seperti melalui cahaya. Katagi 2004, fotodegradasi merupakan salah satu perusak
bagi pestisida setelah diaplikasikan ke lingkungan. Degradasi akibat sinar matahari dipengaruhi intensitas, spektrum sinar matahari, lamanya terpapar dan sifat dari
pestisida.
Kemampuan isolat bakteri JBM 3 dan KBM 1 dalam menurunkan konsentrasi karbosulfan setelah 21 hari masa inkubasi menunjukkan bahwa isolat bakteri mampu
menggunakan karbosulfan sebagai sumber karbon. Mujeeb et al. 2011 bahwa pengayaan, isolasi dan karakterisasi bakteri yang mampu mendegradasi karbosulfan,
delapan isolat bakteri dipilih berdasarkan tingkat toleransi terhadap karbosulfan. Isolat tumbuh setelah 72 jam pada media lempeng pestisida. Pengaruh insektisida terhadap
mikroorganisme tergantung pada sifat dan konsentrasi insektisida, jenis mikroorganisme dan lingkungan dari mikroorganisme yang tumbuh. Suhu dan pH
optimum untuk pertumbuhan bakteri dalam mendegradasi insektisida berkisar 30- 42
°
C dan 6,5-7,5. Tingkat biodegradasi umumnya menurun dengan penurunan suhu, mungkin karena tingkat penurunan aktivitas enzimatik.
Suherman 2000, b ioremediasi pestisida organofosfat diazinon dengan
menggunakan mikroba indigenous dari areal persawahan menunjukkan penurunan konsentrasi diazinon setelah inkubasi selama 27 jam yaitu sebesar 55,52 konsentrasi
awal 50 ppm. Berdasarkan waktu paruhnya, karbosulfan lebih lama bila dibandingkan dengan diazon, hal ini yang kemungkinan menyebabkan penurunan karbosulfan lebih
rendah. Andreu Pico 2004, waktu degradasi karbofuran golongan karbamat mencapai 117 hari, sedangkan diazinon golongan organofosfat mencapai 40 hari.
Kemampuan bakteri dalam menggunakan karbosulfan ini juga didukung oleh pertumbuhan sel Tabel 4.2.1, aktivitas surfaktan Tabel 4.3.1 dan produksi
biosurfaktan Tabel 4.4.1 dari isolat bakteri yang cukup tinggi. Cheowtirakul Linh 2010 dalam penelitiannya menyatakan bahwa biosurfaktan dapat digunakan sebagai
agen yang efektif untuk membersihkan insektisida pada sayuran berdaun. Jumlah biosurfaktan dan waktu kontak diperlukan telah ditentukan untuk mengurangi residu
sipermetrin pada selada hingga batas bawah maksimum untuk membuatnya aman dikonsumsi
.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan