Pengaturan Penanaman Modal Asing di Bidang Pertambangan Umum

8. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Bagi Penanaman Modal.

C. Pengaturan Penanaman Modal Asing di Bidang Pertambangan Umum

Dengan menempatkan negara dalam posisi sentral selaku pihak yang menguasai endapan-endapan alam yang merupakan asset nasional itu, maka negara selaku organisasi publik mempunyai wewenang untuk menetukan bentuk- bentuk hubungan hukum antara subyek hukum seperti perorangan atau badan hukum dengan obyek hukum yaitu wilayah pertambangan. Dalam menjalankan kewenangannya itu, negara diikat oleh suatu prinsip, yaitu bahwa endapan- endapan alam yang merupakan asset nasional itu harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 56 Di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan, tidak ditemukan secara eksplisit tentang asas- asas hukum pertambangan. Namun, apabila kita mengkaji secara mendalam berbagai substansi pasal-pasal di dalamnya yang tercantum dalam penjelasannya, kita dapat mengidentifikasikan asas-asas hukum pertambangan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Asas-asas itu meliput i asas manfaat,asas pengusahaan,asas keselarasan,asas partisipatif, asas musyawarah dan mufakat. Di dalam undang- undang itu tidak ditemukan pengertian yang terkandung dalam asas-asas hukum 56 Badan Hukum Nasional Departemen Kehakiman. Analisa dan Evaluasi Hukum Tentang Prosedur Perizinan Pertambangan Rakyat, hal 6. Universitas Sumatera Utara tersebut. Untuk itu, berikut diberikan mengenai penjelasan tentang pengertian kelima asas di atas; 1. Asas Manfaat Merupakan asas, di mana di dalam pengusahaan bahan galian dapat dimanfaatkandigunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia. 2. Asas Pengusahaan Asas dimana di dalam penyelenggaraan usaha pertambangan atau bahan galian yang terdapat di dalam hukum pertambangan Indonesia dapat diusahakan secara optimal. 3. Asas Keselarasan Asas, di mana ketentuan undang-undang pokok pertambangan harus selaras atau sesuai atau seide dengan cita-cita dasar negara Republik Indonesia. 4. Asas Partisipatif Merupakan asas, di mana pihak swasta maupun perorangan diberikan hak untuk mengusahakan bahan galian yang terdapata dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia. 5. Asas Musyawarah dan Mufakat Merupakan asas, di mana pemegang kuasa pertambangan yang menggunakan hak atas tanah hak milik harus mengganti kerugian kepada pemilik hak atas tanah, yang besarnya ditentukan berdasarkan hasil musyawarah berunding, berembuk dan disepakati oleh kedua belah pihak. Universitas Sumatera Utara Adapun yang menjadi Sumber hukum pertambangan yang tertulis yaitu sebagai berikut: 57 1. Indische Mijn Wet IMW Undang-undang ini diundangkan pada tahun 1899 dengan Staatblad 1899, Nomor 214. Indische Minjn Wet IMW hanya mengatur mengenai penggolongan bahan galian dan pengusahaan pertambangan. Perturan Pelaksanaan dari Indische Mijn Wet IMW adalah berupa Mijnordonantie, yang diberlakukan mulai tanggal 1 Mei 1907. Mijnordonantie mengatur pengawasan keselamatan kerja tercantum dalam Pasal 612. Kemudian, pada tahun 1930, Mijnordonantie 1907 dicabut dan diperbaharui dengan Mijnordonantie 1930, yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli 1930. Dalam Mijnordonantie 1930, tidak lagi mengatur mengenai pengawasan keselamatan kerja pertambangan, tetapi diatur sendiri dalam Mijn Politie Reglemen. Stb 1930 Nomor 314, yang hingga kini masih berlaku. 58 a. Pasal 1 ayat 2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Hubungan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 dengan pertambangan erat kaitannya dengan pemanfaatan hak atas tanah unutk kepentingan pembangunan di bidang pertambangan. Pasal-pasal berkaitan itu adalah sebagai berikut: b. Pasal 16 ayat 1 57 Salim, Hukum Pertambangan Indonesia, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2005 , hal 17. 58 Abrar Saleng, Op Cit, hal 64. Universitas Sumatera Utara c. Pasal 20 yang berkaitan dengan hak milik d. Pasal 28 berkaitan dengan hak guna usaha e. Pasal 35 yang berkaitan dengan hak guna bangunan f. Pasal 41 yang berkaitan dengan hak pakai Hak-hak atas tanah tersebut dapat diberikan untuk kepentingan pembangunan di bidang pertamabangan. Tentunya perusahaan pertambangan yang akan menggunakan hak atas tanah itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam peraturna perundang-undangan yang berlaku. 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan ditetapkan pada tanggal 2 Desember 1967. Ada dua pertimbanagan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967, yaitu: a. bahwa guna mempercepat terlaksananya pembangunan ekonomi nasional menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur materiil dan spiritual berdasakan Pancasila, perlulah dikerahkan semua dana dan daya untuk mengolah dan membina segenap kekuatan ekonomi potensi di bidang pertambangan menjadi kekuatan ekonomi. b. Bahwa berkaitan dengan hal itu, dengan tetap berpegang pada Undang- Undang Dasar 1945, dipandang perlu untuk mencabut Undang-Undang No. 37 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Lembaran Negara Tahun 1960 No.119, serta menggantinya dengan undang-undang pokok pertambangan yang baru yang lebih sesuai dengan kenyataan yang ada, dalam rangka Universitas Sumatera Utara memperkembangkan usaha-usaha pertambangan di Indonesia di masa sekarang dan kemudian hari.

D. Bidang Usaha yang Tertutup bagi Penanaman Modal Asing