Keaslian Penelitian Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

30

E. Keaslian Penelitian

Dari hasil penelitian dan penelusuran kepustakaan yang telah dilakukan, baik terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada maupun yang sedang dilakukan, khususnya di lingkungan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, menunjukkan belum ada yang membahas penelitian yang menyangkut masalah, dengan judul “TINJAUAN YURIDIS ATAS KESETARAAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN”. Namun demikian ada ditemukan beberapa tesis karya mahasiswa, yang menyangkut dalam perjanjian kredit bank, tetapi permasalahannya berbeda yaitu : 1. Tesis atas nama TIMBANG LAUT, NIM : 002111042, dengan judul Suatu Kajian Tentang Klausula Eksonerasidalam Perjanjian Kredit Bank Dikota Kisaran Kajian Dari Profesi Notaris 2. Tesis atas nama HARTONO TEGUH WIJAYA, NIM : 047011027, dengan Judul Perjanjian Kredit Dan Pengikatan Jaminan Bank Sesuai Dengan Ketentuan Hukum Untuk Melindungi Bank Dari Debitur Wanprestasi Dari penelusuran kepustakaan tersebut diatas, maka dengan demikian tesispenelitian ini dijamin keasliannya, sepanjang mengenai judul dan permasalahannya sehingga tesispenelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hetty Herawaty : Tinj auan Yuridis Atas Kesetaraan Dalam Perjanjian Kredit Perbankan, 2008 USU Repository © 2008 31

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi 16 , dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta- fakta yang dapat menunjukan ketidak benarannya. 17 Fungsi teori dalam dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahanpetunjuk dan ramalan serta menjelaskan gejala yang diamati. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, oleh karena itu kerangka teori ini diarahkan secara khas ilmu hukum. Dalam hukum kontrak dikenal tiga asas yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan, yakni asas konsensualisme the principle of consensualism, asas kekuatan mengikat kontrak the principle of the binding force of contract, dan asas kebebasan berkontrak principle of freedom of contract. 18 Dengan asas kebebasan berkontrak setiap orang diakui memiliki kebebasan untuk membuat kontrak dengan siapapun juga, menentukan isi kontrak, menentukan bentuk kontrak, memilih hukum yang berlaku bagi kontrak yang bersangkutan. Jika asas konsensualisme berkaitan dengan lahirnya kontrak, asas kekuatan mengikatnya kontrak berkaitan dengan akibat hukum, maka asas kebebasan berkontrak berkaitan dengan isi kontrak. 16 JJJ M. Wuismen, dengan penyunting M. Hisman, Penelitian Ilmu Sosial, Jilid 1, Fakultas Ekonomi Universitas indonesia, Jakarta, 1996, Hal 203 17 Ibid, Hal 210 18 Ridwan Khairandy, Op.cit, Hal 27 Hetty Herawaty : Tinj auan Yuridis Atas Kesetaraan Dalam Perjanjian Kredit Perbankan, 2008 USU Repository © 2008 32 Kebebasan berkontrak hanya dapat mencapai keadilan jika para pihak memiliki bargaining power yang seimbang. Jika bargaining power tidak seimbang maka suatu kontrak dapat menjurus atau menjadi unconscionable. 19 Selanjutnya Sutan Remy Syahdeini menjelaskan: Bargaining Power yang tidak seimbang terjadi bila pihak yang kuat dapat memaksakan kehendaknya kepada pihak yang lemah, hingga pihak yang lemah mengikuti saja syarat-syarat kontrak yang diajukan kepadanya. Syarat lain adalah kekuasaan tersebut digunakan untuk memaksakan kehendak sehingga membawa keuntungan kepadanya. Akibatnya, kontrak tersebut menjadi tidak masuk akal dan bertentangan dengan aturan-aturan yang adil. 20 Makna asas kebebasan berkontrak harus dicari dan ditentukan dalam kaitannya dengan pandangan hidup bangsa. Disepakati sejumlah asas Hukum kontrak menurut Mariam Darus Badrulzaman sebagai berikut: a. Asas Konsensualisme b. Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, asas ini sangat erat hubungannya dengan asas kebebasan mengadakan perjanjian. c. Asas Kepercayaan Seorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain, harus dapat menumbuhkan kepercayaan di antara kedua pihak bahwa satu sama lain akan memenuhi prestasinya dikemudian hari. 19 Sutan Remy Syahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesiabuku 1, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, Hal 185 20 Ibid Hetty Herawaty : Tinj auan Yuridis Atas Kesetaraan Dalam Perjanjian Kredit Perbankan, 2008 USU Repository © 2008 33 d. Asas Kekuatan mengikat Di dalam perjanjian terkandung suatu asas kekuatan yang mengikat. Terikatnya para pihak pada apa yang diperjanjikan, dan juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan, dan kebebasan akan mengikat para pihak. e. Asas Persamaan Hak Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan, walaupun ada perbedaan kulit, bangsa, kepercayaan, kekuasaan, jabatan. f. Asas Keseimbangan Asas ini menghendaki kedua pihak untuk memenuhi dan melaksanakan perjanjan itu. g. Asas Moral Asas ini terlihat di dalam Zaak waarneming, dimana seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan sukarela moral yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya, asas ini terdapat dalam pasal 1339 KUH Perdata. h. Asas Kepatutan Asas ini dituangkan dalam Pasal 1339 KUH Perdata. Asas kepatutan berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Melalui asas ini ukuran tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam masyarakat. Hetty Herawaty : Tinj auan Yuridis Atas Kesetaraan Dalam Perjanjian Kredit Perbankan, 2008 USU Repository © 2008 34 i. Asas Kepastian Hukum Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu, yaitu sebagai undang- undang bagi para pihak. 21 Di dalam penelitian ini memakai asas keseimbangan yaitu asas yang menghendaki kedua pihak untuk memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu. Asas keseimbangan ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan. Kreditor mempunyai kekuatan untuk menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitor, namun kreditor memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dapat dilihat bahwa kedudukan kreditor yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditor dan debitor seimbang. Asas itikad baik memegang peranan penting dalam penafsiran kontrak. Jika kontrak harus ditafsirkan sesuai dengan itikad baik, maka setiap isi kontrak harus ditafsirkan secara fair atau patut. 22 Maksud dari penelitian ini adalah untuk memahami isi dari perjanjian kredit Bank dan peran Notaris untuk mewujudkan kesetaraan antara kreditor dan debitor secara yuridis, sebagai ditentukan dalam perundang-undangan. Proses pemberian kredit merupakan tahap yang harus dilalui oleh nasabah selaku pemohon, dan petugas bank selaku penilai. Proses ini harus selalu dilakukan sebelum nasabah mendapatkan persetujuan kredit. 21 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Bisnis, Op Cit, Hal 42-44 22 Ridwan Khairandi, Op.cit, Hal 217. Hetty Herawaty : Tinj auan Yuridis Atas Kesetaraan Dalam Perjanjian Kredit Perbankan, 2008 USU Repository © 2008 35 Tahap yang umumnya dilalui oleh nasabah untuk dinilai oeh petugas bank antara lain 23 : 1. Pengajuan Kredit Permohonan kredit dilakukan oleh nasabah atau calon nasabah dengan tujuan mendapatkan kredit sesuai dengan yang dibutuhkan. Permohonan ini harus dilakukan secara tertulis dan ditujukan kepada pihak bank. 2. Analisis Kredit. Analisis kredit adalah proses pengolahan informasi dasar yang telah diperoleh menjadi informasi yang lengkap. Informasi yang lengkap terdiri dari beberapa faktor, diantaranya peluang dan ancaman yang akan mempengaruhi usaha serta kelancaran pembayaran kredit. Analisis kredit juga dilengkapi dengan evaluasi atas kebutuhan modal yang dibutuhkan nasabah. 3. Penetapan Struktur kredit dan Jenis Kredit 3.1 Penetapan Struktur Kredit. Struktur kredit merupakan bagian dari ketentuan realisasi kredit yang memerhatikan kebutuhan nasabah dan sumber pembayaran. 3.2 Jenis-jenis kredit Jenis-jenis kredit dapat dikelompokkan berdasarkan: 1 Penggunaannya, yaitu: a. Kredit konsumtif, yang ditujukan ke nasabah yang memerlukan dana untuk kebutuhan konsumsi. 23 Ade Arthesa, dan Edia Handiman, Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank, PT, Indeks Kelompok Gramedia, Bandung, 2006, Hal. 170-178 Hetty Herawaty : Tinj auan Yuridis Atas Kesetaraan Dalam Perjanjian Kredit Perbankan, 2008 USU Repository © 2008 36 b. Kredit produktif, yaitu jenis kredit yang digunakan untuk keperluan produksi atau usahanya . 2 Keperluan Produksinya a. Kredit modal kerja KMK, yang ditujukan ke nasabah yang kekurangan modal kerja untuk mengembangkan usahanya. b. Kredit investasi, yang ditujukan ke nasabah yang membutuhkan barang modal untuk pertumbuhan usahanya. 3 Jangka Waktu a. Kredit jangka pendek, yaitu jenis kredit yang mempunyai jangka waktu hingga satu tahun atau tidak lebih dari satu tahun. b. Kredit jangka menengah, yaitu jenis kredit yang mempunyai jangka waktu antara satu hingga tiga tahun. c. Kredit jangka panjang, yaitu jenis kredit yang mempunyai jangka waktu lebih dari tiga tahun. 4 Cara Penggunaan a. Kredit rekening koran bebas, yaitu jenis kredit dimana debitor menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening koran dan pemakaian tidak dibatasi namun disesuaikan dengan maksimum kredit yang diberikan. b. Kredit rekening koran terbatas, yaitu jenis kredit dimana debitor menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening koran, namun Hetty Herawaty : Tinj auan Yuridis Atas Kesetaraan Dalam Perjanjian Kredit Perbankan, 2008 USU Repository © 2008 37 terdapat pembatasan dalam pemakaiannya. Nasabah tidak diperkenankan melakukan penarikan uang sekaligus. c. Kredit rekening koran aflopend, yaitu jenis kredit dimana penarikan dilakukan sekaligus pada waktu penarikan pertama, dan pembayarannya dilakukan dengan cara mengangsur. d. Kredit revolving, yaitu jenis kredit dengan penarikan yang sama dengan rekening koran bebas, namun dibedakan menurut cara pemakaiannya. 4. Pelaksanaan Perjanjian Kredit Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan pactum de contrahendo. Dengan demikian perjanjian ini mendahului perjanjian hutang-piutang perjanjian pinjam mengganti. Sedang perjanjian hutang-piutang merupakan pelaksanaan dari perjanjian pendahuluan atau perjanjian kredit. Kiranya uraian masalah ini cukup jelas jika arti pendahuluan pada perjanjian kredit dibedakan dengan arti pelaksanaan perjanjian hutang piutang. 24 Meskipun perjanjian kredit tidak diatur secara khusus dalam KUHPerdata tetapi dalam membuat perjanjian kredit tidak boleh bertentangan dengan asas atau ajaran umum yang terdapat dalam hukum perdata, seperti ditegaskan bahwa semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan nama khusus ataupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada 24 Hartono Soerja Pratiknyo, Kredit Perbankan Di Indonesia, Yogyakarta, 2000, Hal 29 Hetty Herawaty : Tinj auan Yuridis Atas Kesetaraan Dalam Perjanjian Kredit Perbankan, 2008 USU Repository © 2008 38 peraturan-peraturan umum yang termuat dalam Bab I dan Bab II KUHPerdata. Dengan demikian setiap orang dapat membuat perjanjian kredit dengan syarat-syarat yang ditetapkan sendiri, juga tidak menyimpang dari ketentuan yang tercantum dalam KUHPerdata. 25 Dalam praktek perbankan guna mengamankan pemberian kredit atau pembiayaan, umumnya perjanjian kreditnya dituangkan dalam bentuk tertulis dan dalam perjanjian baku standard contract. Perjanjian kredit bank dapat dibuat secara di bawah tangan atau notariil. Perjanjian kredit merupakan perjanjian baku standard contract, dimana isi atau klausula-klausula perjanjian kredit tersebut telah dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir atau blanko, tetapi tidak terikat dalam suatu bentuk tertentu vorn vrij. Calon nasabah debitor hanya membubuhkan tandatangannya saja apabila bersedia menerima isi perjanjian tersebut, tidak memberi kesempatan kepada calon debitor untuk membicarakan lebih lanjut tentang isi atau klausula-klausula yang diajukan oleh pihak bank. Pada perjanjian ini kedudukan calon debitor sangat lemah, sehingga menerima saja segala syarat-syarat yang diajukan oleh pihak bank, karena jika tidak demikian calon debitor tidak akan mendapat kredit yang dimaksud. 26 Sebenarnya jika dilihat dari situasi di mana perjanjian kredit itu disusun secara sepihak oleh perbankan adalah tidak logis karena kepentingan debitor tidak 25 Retno Wulan Sutantio, Upaya Hukum Dalam Penagihan Kredit Macet dan Eksekusi Jaminan, Pustaka Peradilan , Jilid 1, Proyek Pembinaan Teknis Yustisial, Mahkamah Agung RI, Jakarta, Hal 22 26 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, Hal. 265 Hetty Herawaty : Tinj auan Yuridis Atas Kesetaraan Dalam Perjanjian Kredit Perbankan, 2008 USU Repository © 2008 39 dilindungi oleh perjanjian itu. Bahkan yang nyata-nyata tampak ialah sejauh mana kepentingan debitor peminjam dilindungi karena debitor tidak mempunyai hak untuk mengubah atau memodifikasi perjanjian baku itu. Perjanjian ini dapat disebut sebagai perjanjian paksaan atau all size contract atau take it or leave it contract. 27 Fenomena kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah merupakan salah satu faktor lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Salah satu latar belakang dari lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah agar terdapat suatu perjanjian yang seimbang antar konsumen dan produsen berdasarkan asas kesetaraan berkontrak. Uraian diatas menggambarkan bahwa dalam perjanjian baku standard Contract tetap harus ada suatu keseimbangan antara para pihak. Pasal 18 Undang- undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memuat tentang larangan membuat dan atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan atau perjanjian bagi pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan. Larangan ini dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak.

2. Konsepsi

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui 27 H. Budi Untung, Kredit Perbankan Di Indonesia, Yogyakarta, 2000, Hal 35-36. Hetty Herawaty : Tinj auan Yuridis Atas Kesetaraan Dalam Perjanjian Kredit Perbankan, 2008 USU Repository © 2008