Budaya Organisasi dan Persepsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budaya Organisasi dan Persepsi

Budaya organisasi sering juga disebut budaya kerja atau budaya perusahaan Corporate Culture. Budaya kerja disamakan dengan budaya organisasi karena budaya sebuah organisasi tidak dapat dipisahkan dengan kinerja performance sumber daya manusia SDM di dalamnya. Menurut Kotter 1997 istilah Budaya organisasi sebenarnya bermula dari ilmu antropologi sosial. Asal katanya adalah Budaya culture. The Webster’s Dictionary mengartikan budaya sebagai pelatihan dan pengembangan cara berpikir, struktur sosial, agama, intelektual, kesenian dan berbagai dimensi lainnya yang menjadi karakteristik masyarakat tertentu Alamsyah, 2002. Pengertian tentang budaya organisasi yang terdapat dalam khazanah literatur perilaku organisasi sangatlah bervariasi Vecchio, 1995. Dalam bukunya tentang budaya organisasi Widjayatunggal 2002 mengumpulkan ada 11 susunan redaksional yang berupaya mendefinisikan budaya organisasi. Dari susunan redaksional yang berbeda-beda itu, tetap terdapat ditemukan adanya kesepakatan yang luas di kalangan para ahli perilaku organisasi bahwa budaya organisasi diyakini mengacu satu hal yang penting yaitu pada sistem nilai bersama shared values yang dianut oleh anggota organisasi tersebut. Rudi Hartono Zakaria : Analisis Pelayanan Kesehatan Bernuansa Islami Di Puskesmas Kota Langsa Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Rachmat 1998, persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi sensory dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Gibson 1994 menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi Gibson, 1986. Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus inputs, pengorga- nisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri Gibson, 1986. Stoner 1986 mengatakan bahwa persepsi peran adalah kejelasan peran dalam arti bahwa seorang pegawai memahami dan menyetujui apa yang diharapkan dari padanya di dalam melaksanakan pekerjaannya. Rudi Hartono Zakaria : Analisis Pelayanan Kesehatan Bernuansa Islami Di Puskesmas Kota Langsa Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 Makin banyak kita merubah peran dalam arti menanggapi harapan dari berbagai orang terutama mengambil inisiatif dalam mencanangkan peran itu secara kreatif, maka peran tersebut semakin efektif. Efektifitas peran ini oleh Pareek 1985 disebut sebagai daya guna peran. Daya guna peran mempunyai 10 dimensi Pareek, 1985 makin banyak dimensi ini terdapat di dalam suatu peran, maka daya guna peran itu semakin tinggi. Sepuluh dimensi itu meliputi: 1 Integrasi diri dan peran yaitu: integrasi antar pengalaman, pendidikan dan ketrampilan yang ada pada diri seseorang dengan perannya dalam organisasi. 2 Produktifitas yaitu: mengambil inisiatif untuk memulai suatu kegiatan. 3 Kreatifitas yaitu: suatu peluang untuk mencoba cara-cara baru dalam memecahkan persoalan atau suatu peluang untuk berbuat kreatif. 4 Konfrontasi yaitu: mau menghadapi persoalan dan memperoleh pemecahan yang sesuai, jadi tidak menghindari suatu persoalan dalam menghadapi tugas. 5 Pertumbuhan pribadi yaitu: suatu faktor efektif yang menyumbang kepada kemajuan peranan atau persepsi bahwa peran itu memberikan peluang untuk tumbuh dan berkembang. 6 Hubungan antara peran yaitu: terdapatnya usaha bersama untuk memahami masalah dan menemukan penyelesaian. 7 Hubungan saling bantu yaitu: orang-orang yang menjalankan suatu peran tertentu merasa memperoleh bantuan dari suatu sumber dalam organisasi sesuai dengan kebutuhan. Rudi Hartono Zakaria : Analisis Pelayanan Kesehatan Bernuansa Islami Di Puskesmas Kota Langsa Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 8 Kesentralan yaitu: jira orang-orang yang memegang peranan tertentu dalam organisasi menganggap peran mereka merupakan pusat dari organisasi itu. 9 Pengaruh yaitu: perasaan seseorang pemegang peran dapat menggunakan pengaruh dan perannya. 10 Superordinasi yaitu: seseorang yang yang menjalankan peran yang tertentu merasakan pekerjaannya merupakan sebagian dari peran organisasinya. Hubungan antara daya guna peran dan perilaku manajerial tentang kinerja berdasarkan penelitian Sen 1982 dalam Pareek 1985 mengatakan bahwa orang- orang dengan daya guna peran yang tinggi cenderung menggunakan kebutuhan mereka secara lebih efektif selama bekerja dalam organisasi. Selanjutnya Sarlito 1993 berpendapat prestasi adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan pengamatan meliputi kemampuan untuk membeda-bedakan, kemampuan untuk mengelompokan, kemampuan untuk memfokuskan dan sebagainya. Beberapa hal yang menyebabkan perbedaan dalam persepsi antara lain perhatian, harapan seseorang akan rangsangan yang timbul kebutuhan sistem nilai dan ciri kepribadiannya sehingga setiap orang mempunyai prestasi berbeda-beda terhadap suatu rangsangan. Adapun proses pembentukan persepsi-persepsi individu dalam organisasi diawali dengan adanya stimulus. Setelah mendapat stimulus, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan interpretation, begitu juga berinteraksi dengan closure. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang Rudi Hartono Zakaria : Analisis Pelayanan Kesehatan Bernuansa Islami Di Puskesmas Kota Langsa Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh Rahmat, 1991. Menurut Rakhmat 1998 yang mengutip pendapat Asngari 1984 pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu memegang peranan yang penting. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Persepsi meliputi juga kognisi pengetahuan, yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan Gibson, 1986.

2.2. Budaya Islami