BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pelayanan Kesehatan Bernuansa Islami di Puskesmas
Pelayanan kesehatan dalam penelitian ini adalah penilaian dari masyarakat yang berobat ke Puskesmas di Kota Langsa terhadap pelaksanaan pelayanan
kesehatan bernuansa Islami, baik dilihat dari perilaku petugas kesehatan, fasilitas kesehatan maupun perilaku pemimpin puskesmas. Penilaian tersebut didasarkan pada
kaedah-kaedah Islami yang relevan dengan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, dan didasarkan pada keyakinan-keyakinan yang lazim dan sesuai dengan
Alqu’ran dan Hadist. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64,9 responden mempunyai persepsi
bahwa pelayanan kesehatan di Puskesmas Kota Langsa sudah bernuansa Islami, namun ada 35,1 lainnya mempunyai persepsi pelayanan kesehatan di Puskesmas
Kota Langsa tidak bernuansa Islami. Hal ini mengindikasikan bahwa petugas kesehatan belum mampu melaksanakan pelayanan kesehatan bernuansa Islami secara
maksimal walaupun mereka beragama Islam dan hidup pada daerah yang sudah menerapkan Hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian nuansa Islami
tersebut didasarkan pada beberapa indikator penampilan fisik puskesmas, pelayanan petugas administrasi, pelayanan perawat, pelayanan dokter bernuansa Islami dan
penampilan petugas kesehatan yang bernuansa Islami.
Rudi Hartono Zakaria : Analisis Pelayanan Kesehatan Bernuansa Islami Di Puskesmas Kota Langsa Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
Indikasi dari persepsi pelayanan bernuansa Islami tersebut antara lain adanya pemisahan ruang pelayanan antara laki-laki dan perempuan, sikap petugas yang
ramah dan bersikap Islami seperti yang diajarkan dalam Alqur’an dan Hadist. Adanya perbedaan persepsi tersebut secara teoritis disebabkan oleh perbedaan
penilaian terhadap suatu objek, karena pada dasarnya persepsi tersebut muncul dari pemikiran dan pelayanan yang dirasakan oleh responden, namun kesimpulan dari
penilaian tersebut didukung oleh kondisi pelayanan yang diberikan petugas puskesmas. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins 2003 mendefinisikan persepsi
sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka.
Apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah Aceh di Provinsi NAD,
sudah banyak terjadi perubahan-perubahan dalam sistem pemerintahan dan segala aspek pelayanan dan tata kehidupan masyarakat Aceh termasuk dalam pelayanan
kesehatan di puskesmas. Perubahan tersebut didukung oleh regulasi-regulasi yang ada seperti Qanun Syari’at Islam. Bentuk perubahan tersebut antara lain perencanaan
kesehatan ditingkat puskesmas harus mengacu pada syari’at Islam seperti pembangunan gedung pelayanan, yaitu ada pemisahan antara laki-laki dengan
perempuan, setiap puskesmas wajib ada Mushalla, dan pembangunan sarana jamban puskesmas tidak menghadap Kiblat, serta pakaian dinas bagi petugas puskesmas
harus mencerminkan pakaian muslim Abubakar, 2005.
Rudi Hartono Zakaria : Analisis Pelayanan Kesehatan Bernuansa Islami Di Puskesmas Kota Langsa Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
Cerminan dari pelayanan bernuansa Islami tersebut adalah dari perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien dengan indikator-indikator
senantiasa mengucapkan basmallah sebelum melakukan tindakan medis, yakin dan sabar dalam melakukan tindakan medis, serta menjaga hubungan baik sesama petugas
kesehatan dan menghormati serta bekerja sama dengan pimpinan puskesmas. Berdasarkan serangkaian perilaku dari petugas puskesmas tersebut maka akan
melahirkan penilaian tersendiri dari masyarakat pasien yang datang berobat ke puskesmas.
Penilaian masyarakat terhadap pelayanan yang tidak Islami cenderung disebabkan oleh pengalaman pribadi terhadap pelayanan yang diterimanya, artinya
ada pengalaman yang diperolehnya tidak sebagaimana yang diharapkannya seperti mendapati petugas yang tidak sopan dan tidak sabar dalam melayaninya, waktu
tunggu memperoleh pelayanan yang lama, serta sikap petugas yang kasar dan nada suara tinggi, sehingga terakumulasi menyatakan tidak Islami.
Berdasarkan indikator pelayanan bernuansa Islami, diketahui secara keseluruhan menunjukkan persentase yang besar terhadap penilaian yang Islami dari
serangkaian item penilaian pelayanan kesehatan, antara lain 60,3 menyatakan penampilan fisik puskesmas sudah bernuansa Islami, demikian juga dengan
pelayanan yang diberikan oleh dokter, perawat, dan petugas administrasi. Keadaan tersebut didukung oleh hasil observasi terhadap penampilan
puskesmas, pelayanan administrasi, pelayanan dokter, dan simbol-simbol Islami di setiap sudut puskesmas.
Rudi Hartono Zakaria : Analisis Pelayanan Kesehatan Bernuansa Islami Di Puskesmas Kota Langsa Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
Berdasarkan pengalaman dan hasil pengamatan dari pasien, maka akan terbentuk penilaian tersendiri mengenai kategori pelayanan kesehatan tersebut apakah
bernuansa Islami atau tidak. Pada prinsipnya menurut Rakhmat 1998 yang mengutip pendapat Asngari 1984 pada fase interpretasi persepsi, pengalaman masa
silam atau dahulu memegang peranan yang penting. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan
hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Demikian juga dengan peroleh pelayanan yang ada di puskesmas juga didasarkan pada pengalaman
sebelumnya. Teori Fischbein Ajzen dalam Bentler Speckart 1979, perilaku konsumen
dipengaruhi oleh sikap norma subjektif melalui pengaruh langsung terhadap perilaku. Teori ini dimodifikasi dan dilengkapi oleh Bentler Speckart, yaitu bahwa
pengalaman masa lampau memiliki pengaruh langsung terhadap niat dan perilaku mendatang, sehingga sikap konsumen yang sudah membeli dan mengkonsumsi
produkjasa seharusnya terbukti lebih dapat meramalkan perilaku pembelian dimasa datang dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai pengalaman.
5.2. Pengaruh Perilaku Petugas terhadap Pelayanan Kesehatan di Puskesmas