7
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil judul
“PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, PROFITABILITAS, GROWTH, DAN RASIO KEUANGAN DALAM PENELITIAN ALTMAN TERHADAP
FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2011-2013”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1.
Apakah rasio keuangan likuiditas berpengaruh terhadap financial distress? 2.
Apakah rasio keuangan leverage berpengaruh terhadap financial distress? 3.
Apakah rasio keuangan profitabilitas berpengaruh terhadap financial distress?
4. Apakah rasio keuangan growth berpengaruh terhadap financial distress?
5. Apakah rasio keuangan dalam penelitian Altman berpengaruh terhadap
financial distress? 6.
Rasio keuangan apakah yang paling berpengaruh terhadap financial distress?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris dalam menganalisis :
8
1. Menguji kembali pengaruh rasio keuangan likuiditas, leverage,
profitabilitas, growth, dan rasio keuangan dalam penelitian Altman berpengaruh terhadap financial distres.
2. Mengetahui rasio keuangan yang paling berpengaruh terhadap financial
distress.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1.
Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor- faktor yang mempengaruhi financial distress.
2. Bagi pihak perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 3.
Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam penelitian sejenis selanjutnya.
9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan bankruptcy biasanya diartikan sebagai ketidakmampuan yang dinyatakan secara legal oleh individu atau organisasi untuk
membayar kreditur mereka. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004, kebangkrutan adalah keadaan dimana suatu institusi dinyatakan oleh
keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti, Martin et.al Setyahadi, 2012 : 7 :
1. Kegagalan ekonomi economic failure
Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan karena perusahaan tidak menutup biayanya
sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan
terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jatuh di bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan kegagalan dapat juga berarti bahwa pendapatan
atas biaya historis dari investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.
10
2. Kegagalan keuangan financial failure
Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua
bentuk: 1.
Insolvensi teknis technical insolvency. Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan, tidak dapat
memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi
salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancar yang telah ditetapkan atau rasio
kekayaan bersih terhadap total aktiva yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk memenuhi
pembayaran bunga pembayaran kembali pokok pada tangga tertentu. 2.
Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai
kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah produk manajemen dalam rangka mempertanggungjawabkan stewardship penggunaan sumber daya dan sumber
dana yang dipercayakan kepadanya Syahyunan, 2013:25.
11
Menurut Djarwanto 2004, laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak berkepentingan dengan data keuangan
perusahaan. Menurut IAI 2009 : 27, laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam
berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana, catatan-cacatan dan bagian integral dari laporan keuangan.
Dalam Standart Akuntansi keuangan 2002 dijelaskan bahwa karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan
berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :
1. Mudah dipahami
Kualitas penting informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai atau penggunanya.
Maksudnya adalah pemakai di asumsikan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk
mempelajari informasi dari laporan keuangan yang terkandung di dalamnya dengan wajar.
2. Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dari laporan keuangan dikatakan
memiliki kualitas yang relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa
12
kini dan masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3. Keandalan
Informasi dikatakan handal yaitu informasi harus bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya
sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya di sajikan atau yang secara wajar di harapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan trend posisi dan
kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Pemakai harus juga dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative agar pemakai betul-betul mengetahui hasil perbandingan dan perubahan laporan
keuangan perusahaan yang di bandingkan tersebut.
2.1.3 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah proses penghitungan rasio-rasio yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan pada masa sekarang dan masa
lalu guna memprediksi kondisi dan kinerja perusahaan di masa mendatang Brimantyo dkk, 2013.
13
Analisis laporan keuangan merupakan kumpulan proses yang merupakan bagian dari analisis bisnis Subramanyam, 2010 : 23. Terdapat lima alat penting
untuk analisis keuangan, yaitu: 1.
Analisis laporan keuangan komparatif Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi, atau laporan arus kas yag berurutan dari suatu periode ke periode berikutnya.
2. Analisis laporan common-size
Menurut Fraser dan Ormiston 2008, analisis laporan keuangan common-size adalah analisis rasio keuangan memperkenalkan perbandingan
perusahaan-perusahaan dengan tingkatan yang berbeda atas penjualan atau total aktiva dengan memakai suatu penyebut umum.
3. Analisis rasio keuangan
Yang dimaksud rasio dalam analisis laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya
dalam laporan keuangan Djarwanto 2004 : 143. Menurut Kasmir 2008, rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada
dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
4. Valuasi
Valuasi merupakan hasil penting dari berbagai jenis analisis bisnis dan laporan keuangan. Valuasi mengacu pada estimasi nilai instrinsik
sebuah perusahaan atau sahamnya dengan dasar present value thoery dari
14
time value of money yang menyatakan bahwa sebuah entitas lebih menyukai konsumsi saat ini daripada konsumsi di masa depan Subramanyam, 2010 :
47. 5.
Analisis arus kas Analisis arus kas digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber
dana dan penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan pandangan tentang bagaimana perusahaaan memperoleh pendanaanya dan
menggunakan sumber dayanya Subramanyam 2010 : 47.
2.1.4 Analisis Rasio Keuangan
Menurut Kasmir 2008, dalam praktiknya, analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan sebagai berikut:
1 Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari
neraca. 2
Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi.
3 Rasio antarlaporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber ata
campuran, baik yang ada di neraca maupun di laporan laba rugi. Bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas Liquidity Ratio
a Rasio Lancar Current Ratio
b Rasio Sangat Lancar Quick Ratio atau Acid Test Ratio
2. Rasio Solvabilitas Leverage Ratio
15
a Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang Debt Ratio
b Jumlah kali perolehan bunga Times Interest Earned
c Lingkup Biaya Tetap Fixed Charge Covered
d Lingkup Arus Kas Cash Flow Coverage
e Total Debt to Equity Ratio
f Long Term Debt to Equity
g Tangible Assets Debt Coverage
3. Rasio Aktivitas Activity Ratio
a Perputaran Persediaan Inventory Turn Over
b Rata-rata jangka waktu penagihanperputaran piutang Average Collection
Period c
Perputara aktiva tetap Fixed Assets Turn Over d
Perputaran total aktiva Total Asset Turn Over e
Receivable Turn Over f
Average day’s Inventory g
Working Capital Turn Over 4.
Rasio Profitabilitas Profitability Ratio a
Margin laba penjualan Profit Margin on Sales b
Daya Laba dasar Basic Earning Power c
Hasil pengembalian total aktiva Return on Total Assets d
Hasil pengembalian ekuitas Return on Total Equity e
Gross Profit Margin f
Operating Income Ratio
16
g Operating Ratio
h Net Profit Margin
i Earning Power to Total Investment
j Net Earning Power
k Rate of Return for Owners
5. Rasio Pertumbuhan Growth Ratio
a Pertumbuhan penjualan
b Pertumbuhan laba bersih
c Pertumbuhan pendapatan per saham
d Pertumbuhan dividen per saham
6. Rasio Penilaian Valuation Ratio
a Rasio harga saham terhadap pendapatan
b Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
Analisis rasio keuangan adalah metode yang paling luas digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan suatu organisasi dalam area invetasi,
pembiayaan, dan dividen David, 2011 : 204. Rasio keuangan merupakan paling populer digunakan dan banyak peneliti yang menggunakan rasio keuangan
sebagai alat analisis keuangan. Menurut Weston dalam Kasmir, 2008 : 117, kelemahan rasio keuangan
adalah sebagai berikut : 1.
Data keuangan disusun dari data akuntansi. 2.
Prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan berbeda pula.
17
3. Adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data, pihak penyususn
mungkin tidak jujur dalam memasukkan angka-angka ke pelaporan yang mereka buat.
4. Perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antar satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya berbeda. 5.
Penggunaan tahun fiskal yang berbeda, juga dapat menghasilkan perbedaan. 6.
Pengaruh musiman mengakibatkan rasio komperatif akan ikut berpengaruh. 7.
Kesamaan rasio keuangan yag telah dibuat dengan standar industri belum menjamin perusahaan berjalan normal dan telah dikelola dengan baik.
2.1.5 Financial distress
Kebangkrutan adalah kesulitan keuangan yang sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu lagi menjalankan operasinya dengan baik. Sedangkan
financial distress adalah kesulitan keuangan yang mungkin mengawali kebangkrutan Setyahadi, 2012 : 7. Financial Distress merupakan suatu kondisi
dimana perusahaan mengalami kondisi yang tidak sehat ataupun kondisi dalam kesulitan keuangannya sehingga dikhawatirkan akan mengalami kebangkrutan
Wijaya, 2013. Financial distress atau kesulitan keuangan merupakan kondisi sebelum terjadinya kebangkrutan. Kesulitan keuangan berarti ketidakmampuan
membayar hutangkewajiban ketika jatuh tempo Low et al, 2001 dalam Fachrudin, 2008.
18
Menurut Brigham dan Daves dalam Andre 2013:6 , tanda-tanda potensi financial distress biasanya terbukti dalam analisis rasio jauh sebelum perusahaan
gagal. Sulit untuk mengetahui tanda-tanda suatu perusahaan mengalami financial
distress. Whitaker Luciana 2003 : 547 mengukur financial distress dengan cara adanya arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini. Menurut
Hofer dan Whitaker Luciana 2003 : 547 mendefinisikan financial distress jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi net operating income
negatif. Prediksi Financial Distress perusahaan menjadi perhatian dari banyak
pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut meliputi : 1.
Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress mempunyai
relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberi suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk
mengawasi pinjaman yang telah diberikan. 2.
Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika
akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
3. Pembuat peraturan.
Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu, hal
19
ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas
perusahaan. 4.
Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah dalam
antitrust regulation. 5.
Auditor Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna
bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan. 6.
Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan
menanggung biaya langsung fee akuntan dan pengacara dan biaya tidak langsung kerugian paksaan akibat ketetapan pengadilan. Sehingga dengan
adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat menghindari biaya
langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan.
2.1.6 Rasio Keuangan Memprediksi Financial Distress
Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan Syahyunan, 2013 : 103.
2.1.6.1 Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan. Menurut Kasmir 2008 : 128, rasio likuiditas atau sering disebut juga
20
dengan rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.
Menurut David 2011 : 207 rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo.
Riyanto dalam Vianus, 2011 : 19 menyatakan bahwa : Current ratio yaitu kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat yang likuid, sehingga
dapat memenuhi kewajiban finansial pada saat jatuh tempo, kewajiban itu sendiri bisa berkaitan dengan pihak intern maupun pihak ekstern
perusahaan.menunjukan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar yang sifatnya hampir mendekati kas yang berguna untuk
memenuhi semua kewajiban yang akan segera jatuh tempo.
Jadi, likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansial dengan alat-alat yang sangat likuid untuk jangka
waktu dekat sesuai jatuh tempo yang telah ditetapkan baik dengan pihak intern dan ekstern perusahaan.
Bila perusahaan mampu membayar kewajiban-kewajiban finansialnya, perusahaan dikatakan dalam keadaan likuid dan bila perusahaan tidak mampu
membayar kewajiban-kewajiban finansialnya, perusahaan dapat dikatakan tidak likuid Kasmir, 2008 : 128
Perusahaan yang likuid atau mampu membayar kewajiban-kewajiban finansialnya akan mendapat kepercayaan dari berbagai pihak, baik investor
maupun pelanggan yang akan membantu kelancaran kegiatan usaha. Apabila kegiatan usaha lancar maka perusahaan akan terhindar dari financial distress.
Triwahyuningtias dan Muharam 2012 menemukan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress. Rasio-rasio likuiditas yang sering
digunakan oleh peneliti, yaitu :
21
a. Current ratio rasio lancar, menunjukan kemampuan dalam memenuhi
kewajiban lancarnya dengan aktiva lancarnya. Current ratio =
Aset lancar Kewajiban lancar
b. Rasio modal kerja bersih tehadap total aktiva, menunjukkan teori.
Rasio Modal Kerja bersih =
aset lancar – kewajiban lancar total aset
2.1.6.2 Leverage
Isitilah leverage
biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aset atau dana yang mempunyai
beban tetap untuk memprbesar tingkat penghasilan return bagi pemilikpemegang saham perusahaan Syahyunan 2013 : 126.
Menurut David 2011 : 208, rasio pengungkit leverage ratio mengukur sejauh mana sebuah perusahaan didanai oleh utang. Menurut Kasmir 2008 : 113,
leverage ratio rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh dengan utang.
Hasil perhitungan rasio leverage digunakan untuk membandingkan besar utang yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha dengan modal sendiri.
Bila dilihat dari laporan laba rugi ada 2 macam leverage, yaitu: 1 operating leverage, dan 2 financial leverage.
Menurut Toto dalam Andre, 2013 : 7, semakin besar jumlah utang maka semakin besar potensi perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan
kebangkrutan. Andre 2013 menemukan bahwa leverage memiliki pengaruh positif terhadap kondisi financial distress perusahaan.
22
Rasio – rasio leverage yang digunakan dalam beberapa penelitian, yaitu: a.
Rasio Debt to total asset =
total utang total aset
b. Rasio Debt to equity =
total utang total ekuitas pemegang saham
c. Rasio long term debt to equity =
utang jangka panjang total ekuitas pemegang saham
d. Rasio times interest earned
= Laba sebelumbunga dan pajak
total beban
2.1.6.3 Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu
Kasmir 2008:114. Menurut David 2011: 209, rasio profitabilitas adalah rasio yang
mengukur keefektifan manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan oleh pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi.
Beberapa rasio-rasio profitabilitas yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu :
a. Margin laba kotor =
penjualan −harga pokok penjualan
penjualan
b. Margin laba operasi =
Pendapatan sebelum bunga EBIT penjualan
c. Margin laba bersih =
���� ����� ℎ penjualan
d. Return On Asset ROA =
laba bersih total aset
e. Return on Equity ROE =
���� ����� ℎ ����� ������� �������� ��ℎ��
23
f. Earning per Share EPS =
laba bersih jumlah saham yang beredar
2.1.6.4 Growth
Menurut David 2011 : 209, rasio growth adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisis ekonominya di tengah
pertumbuhan ekonomi dan industri. Rasio-rasio growth yang sering digunakan oleh peniliti, yaitu :
a. Penjualan
: persentase pertumbuhan dalam total penjualan b.
Laba berih : persentase pertumbuhan tahunan dalam laba
c. EPS
: persentase pertumbuhan tahunan dalam EPS d.
Dividen per saham : persentase pertumbuhan dalam dividen per saham.
2.1.6.5 Rasio Keuangan dalam Penelitian Altman
Rasio keuangan dalam penelitian Altman adalah rasio yang dihasilkan dalam penelitian Altman tahun 1968. Altman 1968 melakukan penelitian
mengenai corporate failure di perusahaan manufaktur dengan menggunakan teknik multivariate discriminant analysis dan menghasilkan model Z-Score. Hasil
penelitian Altman menyatakan bahwa lima rasio mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap financial distress yaitu working capital to total assets,
retained earning to total assets, earning before interest and taxes to total assets, market value of equity to book value of total debt, dan sales to total assets.
Formula Z-score Altman adalah sebagai berikut: � = 0,012 �1 + 0,014�2 + 0,033�3 + 0,006�4 + 0,999�5,
X1 = working capital to total assets, X2 = retained earning to total assets,
24
X3 = earning before interest and taxes to total assets, X4 = market value of equity to book value of total debt, dan
X5 = sales to total assets. Analisis Z-score tahun 1968 kurang relevan dengan berbagai kekurangan
sehingga pada tahun 1995 Altman kembali memodifikasi formula Z-score-nya dengan indikator-indikator baru yaitu net working capital to total assets, retained
earning to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, dan book value of equity to total liability.
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian yang sejenis yang sebelumnya telah dilakukan untuk menentukan financial distress diantaranya :
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Variabel yang digunakan
Hasil Penelitian
1 Baimwera dan
Muriuki 2014
Variabel dependen: Financial Distress.
Variabel independen: Liquidity, leverage,
growth, dan profitability
Growth dan profitabilitas
memiliki pengaruh signifikan.
2 Alkhatib dan
Al-Horani 2012
Variabel dependen : Financial distress
Variabel independen : 24 rasio keuangan
ROA dan ROE adalah dua rasio keuangan yang paling
penting, yang dapat membantu memprediksi financial distress
pada perusahaan publik yang terdaftar di Amman Stock
Exchange.
25
2.3 Kerangka Konseptual