Deskripsi Profil Ruangan RA2

pada bagian yang mengalami gangguan mobilitas dilakukan secara tepat maka gangguan mobilisasi fisik akan teratasi.

4.2.3 Analisis Perencanaan

Dari diagnosa utama yang ditetapkan berdasarkan tujuan aplikasi yang dilakukan maka dibuat keputusan penyelesaian masalah berdasarkan NIC dan NOC. Intervensi yang akan dilakukan adalah pemberian latihan rentang gerak sendi pada ekstremitas guna meminimalkan kecacatan setelah terkena DM. Pemberian terapi latihan rentang gerak sendi aktif dan pasif berupa latihan gerakan pada bagian kaki atau pada bagian ekstremitas yang mengalami kontraktur sangat bermanfaat untuk menghindari adanya komplikasi akibat kurang gerak seperti adanya kekakuan sendi Irfan, 2010. Pemberian terapi latihan rentang gerak sendi dapat diberikan sedini mungkin untuk menghindari adanya komplikasi akibat kurang gerak serta mencegah otot yang tidak digunakan secara berlebihan dan kontraktur sendi. Pemberian terapi latihan rentang gerak sendi sangat bermanfaat sehingga dianjurkan untuk mengaplikasinya pada pasien DM Kwakkel, 2004. Pemberian terapi secara terpadu dan sedini mungkin maka semakin besar kemungkinan pengembalian fungsi juga komplikasi akibat imobilisasi dapat dicegah dan kecacatan lebih lanjut dapat dihindari sehingga dapat mandiri tanpa tergantung pada orang lain Bethesda, 2008. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi 2012 terdapat peningkatan kekuatan otot yang dilakukan pada 10 pasien dengan rata-rata peningkatan kekuatan otot meningkat antara intervensi 0,30 dan sesudah intervensi 1,80 dan dari hasil penelitian sebelumnya dilakukan Maria 2011 terdapat kekuatan otot meningkat antara intervensi 2,93 dan sesudah intervensi 4,2 Rahmi, 2012. Pada Tn. M dan Tn. E sangat cocok dilakukan terapi latihan rentang gerak sendi untuk mengatasi dan meminimalisir terjadinya gangguan mobilisasi fisik yang akan dilakukan berkesinambungan, benar dan tepat karena dengan melakukan latihan rentang gerak sendi secara terpadu dan sedini mungkin maka semakin besar kemungkinan pengembalian fungsi.

4.2.4. Analisis Implementasi dan Evaluasi

Dari perencanaan intervensi yang telah dilakukan melalui evaluasi kegiatan tertera pada tinjauan pustaka maka implementasi yang fokus dibahas adalah aplikasi latihan rentang gerak sendi untuk mengurangi gangguan mobilisasi fisik. Pada Tn. M dan Tn. E dengan diagnosa primer gangguan mobilisasi fisik maka perlu kompetensi untuk mengatasi masalah secara tepat dan mempunyai efek yang sangat signifikan untuk evaluasi keadekuatan mobilitas fisik secara maksimal. Tindakan keperawatan yang cocok dan sistematis serta terencana adalah latihan rentang gerak sendi. Adapun tindakan keperawatan yang diberikan yakni latihan rentang gerak sendi mengenai manfaat, tujuan, dan cara melakukan latihan rentang gerak sendi. Gerakan latihan rentang gerak sendi ini bisa dilakukan saat berada ditempat tidur dan dalam keadaan duduk dengan hasil yang diperoleh berdasarkan evaluasi menggunakan goniometri. Pelaksanaan tindakan keperawatan ini adalah dalam bentuk penerapan latihan rentang gerak sendi aktif dan pasif pada pasien DM. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus sampai 8 September 2015 sebanyak dua kali sehari dalam sehari. Tindakan dilakukan dengan posisi tidur pada area persendian kaki. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Ulliya, et al 2007, dipanti Werdha Wening Wardoyo Unggaran subyek sebanyak 8 yang dilakukan latihan ROM sebanyak 5 kali dalam seminggu selama 6 minggu. Fleksibiltas sendi diukur sebelum dilakukan ROM setelah 3 minggu dan setelah 6 kali latihan ROM Range Of Motion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara pengukuran pertama-kedua pada fleksi sendi lutut kanan dan kiri dan antara pengukuran pertama-ketiga pada fleksi sendi lutut kiri. Kesimpulan pada penelitian ini adalah latihan ROM Range Of Motion meningkat fleksibilitas sendi lutut kiri sebesar 35 atau 43,75 Ulliya, et al 2007. Dari tindakan keperawatan yang dilakukan secara berangsur-angsur maka hasil evaluasi yang didapatkan pengkajian Tn. M dengan menggunakan goniometri gerakan dorsofleksi sebesar 19,70, gerakan plantarfleksi sebesar 45,4 terjadi perubahan rentang gerak sendi tetapi tidak mendekati normal yang disebabkan adanya luka pada jari kaki, terdapat balutan luka dan kekakuan karena tidak digerakkan sedangkan hasil evaluasi pengkajian Tn. E dengan menggunakan goniometri gerakan dorsofleksi sebesar 26,8 , gerakan plantarfleksi sebesar 48,2 terjadi perubahan rentang gerak sendi yang sudah mendekati normal dilihat dari hasil observasi pasien dapat melakukan latihan rentang gerak sendi secara mandiri