d. Penyakit Jantung Koroner Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar
zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat
aterosklerosis
penimbunan
plak
lemak di dalam pembuluh darah.
Aterosklerosis
ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita DM. Akibat
aterosklerosis
akan menyebabkan penyumbatan dan kemudian menjadi penyakit jantung
koroner. e. Penyakit Pembuluh Darah Kapiler
Mengenali dan mengelola berbagai faktor risiko terkait terjadinya kaki diabetes dan ulkus diabetes merupakan hal yang paling sering pada penyakit
pembuluh darah perifer yang dikarenakan penurunan suplai darah di kaki.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Adapun data penunjang yang diperlukan dalam menegakkan diagnose DM adalah:
1 Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena : a.
100 b.
100 - 200 = belum pasti DM c.
200 = DM
Darah kapiler : a.
80 b.
80 - 100 = belum pasti DM c.
200 = DM 2
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena :
a. 110
b. 110 - 120 = belum pasti DM
c. 120 = DM
Darah kapiler : a.
90 b.
90 - 110 = belum pasti DM c.
110 = DM Menurut ADA 2011 dalam Taufiq 2011 kriteria diagnostik DM
merupakan salah satu dari kondisi berikut : 1.
Glukosa plasma sewaktu 200 mgdl 11,1 mmolL 2.
Glukosa plasma puasa 126 mgdl 7,0 mmolL 3.
Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat 2 jam post prandial pp 200 mgdl.
2.1.9 Penatalaksanaan DM 1. Edukasi
DM umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan
partisipasi aktif penderita, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai
keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif pengembangan ketrampilan dan motivasi. Edukasi secara individual dan
pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang
memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi dan evaluasi PERKENI, 2006.
2.Terapi Gizi Medis
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai
berikut PERKENI, 2006: a.
Karbohidrat : 45 – 65 total asupan energi b.
Protein : 10 – 20 total asupan energi c.
Lemak : 20 – 25 kebutuhan kalori Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres
akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan ideal dikali
kebutuhan kalori basal 30 Kkalkg BB untuk laki-laki dan 25 Kkalkg BB untuk wanita. Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktifitas, koreksi
status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi stres akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan kalori pada diabetes tidak berbeda dengan
non diabetes yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik fisik maupun psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya mendekati ideal
PERKENI, 2006.
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit, merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki,
bersepeda santai,
jogging
, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat,
intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak
atau bermalas-malasan PERKENI, 2006.
4. Intervensi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani gaya hidup sehat. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
suntikan. a. Obat hipoglikemik oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat hipoglikemik oral dibagi menjadi 5 golongan, yaitu :
1 Pemicu sekresi insulin
insulin secretagogue
: Sulfonilurea dan Glinid 2
Peningkat sensitivitas terhadap insulin: Metformin dan Tiazolidindion 3
Penghambat glukoneogenesis: Metformin 4
Penghambat absorpsi glukosa: Penghambat glukosidase alfa 5
DPP-IV inhibitor b. Suntikan : Insulin dan Agonis GLP-1
Incretin mimetic2
2.2 Latihan Rentang Gerak Sendi
2.2.1 Pengertian
Latihan rentang gerak sendi merupakan terapi latihan untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan dan kontraksi otot dimana dapat memberikan
keuntungan dalam meningkatkan fungsi kardiopulmonal dan aliran darah sehingga mencegah terjadinya kontraktur dan membangun kekuatan massa otot
Kozier, Erb, Berman Synder dalam Suari, 2004. Latihan rentang gerak sendi merupakan terapi nonfarmakologi yang dapat dipilih sebagai salah satu aktivitas
fisik yang mudah dan aman untuk diterapkan pada tindakan keperawatan bagi pasien DM dengan terganggunya mobilisasi gerakan Someita, dkk 2009. Latihan
rentang gerak sendi ini meliputi setiap aktivitas tubuh aktif maupun pasif yaitu otot, persendian dan dengan pergerakan alamiah seperti abduksi, ekstensi, fleksi,
pronasi dan rotasi Taufiq, 2011. Craven dan Hirnle dalam Taufiq 2011 menyatakan bahwa latihan kaki
leg exercise
dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah amputasi dengan meningkatkan sirkulasi. Latihan yang
dilakukan berupa latihan pompa otot betis
calf pumping exercise
: dorsifleksi dan plantar fleksi.
2.2.2 Jenis Latihan Rentang Gerak Sendi
Potter Perry 2005 menyatakan latihan rentang gerak sendi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, aktif, dan pasif.
1. Latihan rentang gerak sendi Aktif Latihan Rentang Gerak Sendi Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh
seseorang pasien dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal klien aktif. Kekuatan otot 75
. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada latihan
rentang gerak sendi aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif.
b. Latihan Rentang Gerak Sendi Pasif
Latihan Rentang Gerak Sendi pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain perawat atau alat mekanik. Perawat melakukan
gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal klien pasif. Kekuatan otot 50 . Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak
sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau
pasien dengan paralisis ekstermitas total suratun, dkk, 2008. Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada latihan
rentang gerak pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
2.2.3 Gerakan Latihan Rentang Gerak Sendi Berdasarkan Bagian Tubuh
Menurut Potter Perry, 2005, Latihan rentang gerak sendi terdiri dari gerakan pada persendian sebaga berikut :
1. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan
Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada,
rentang 45° Ekstensi
Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh
mungkin, rentang 40-45°
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh
mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45°
2. Bahu
Gerakan Penjelasan
Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke
depan ke posisi di atas kepala, rentang 180°
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di samping
tubuh, rentang 180°
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap
lurus, rentang 45-60°
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala
dengan telapak tangan jauh dari kepala, rentang 180°
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan menyilang
tubuh sejauh mungkin, rentang 320°
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan
menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang,
rentang 90°
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai
ibu jari ke atas dan samping kepala, rentang 90°
3. Siku
Gerakan Penjelasan
Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan bahu
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu,
rentang 150°
Ektensi Meluruskan
siku dengan
menurunkan tangan,
rentang 150° 4. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan
Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan sehingga
telapak tangan menghadap ke atas, rentang 70-90°
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak
tangan menghadap ke bawah, rentang 70-90°
5. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan
Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian
dalam lengan bawah, rentang 80-90°