10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, 2015, pengalaman diartikan sebagai suatu yang pernah dialami dijalani, dirasakan, ditanggung,
dan sebagainya. Pengalaman merupakan faktor internal yang mempengaruhi persepsi seseorang, Notoatmodjo, 2005. Pengalaman juga mempengaruhi
tingkah laku individu Brownlee, 2006. Pengetahuan seseorang pun dipengaruhi oleh pengalaman, walaupun seseorang dapat mempelajari suatu
hal dengan menghafal dan membaca, tetapi pengalaman sebelumnya dapat dijadikan pembelajaran yang bermanfaat MD., dkk, 2012. Notoatmodjo
2007 juga mengungkapkan bahwa pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. Pengalaman terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi tersebut menimbulkan proses perubahan belajar pada manusia dan
selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan bagi kehidupan
seseorang atau
kelompok dalam
lingkungannya Tim
Pengembangan Ilmu Pendidikan, 2007. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengalaman
adalah segala sesuatu yang pernah dialami seseorang yang menimbulkan suatu proses perubahan, sehingga akan mempengaruhi pengetahuan, persepsi,
serta perilaku seseorang itu sendiri.
B. ASI Eksklusif
1. Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif merupakan air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain PP Nomor 33 tahun 2012. World Health Organization WHO dan United Nations
International Children’s Emergency Fund UNICEF tahun 2013 menyatakan bahwa ASI eksklusif merupakan cara yang sempurna untuk
memberikan makanan terbaik untuk bayi pada masa enam bulan pertama kehidupan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
American Academy of Pediatrics Section on Breasfeeding tahun 2012 merekomendasikan pemberian ASI eksklusif paling tidak sampai
usia 6 bulan yang dilanjutkan dengan tetap memberikan ASI sampai usia 1 tahun. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI yang
sekarang berubah nama menjadi Kemkes RI melalui SK Menkes No. 450Men. KesSKIV2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan
rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, yang menjelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang
optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan
makanan pendamping ASI MPASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih.
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa ASI eksklusif berarti bayi hanya diberikan ASI saja sejak lahir sampai
usia 6 bulan, tanpa diberikan tambahan makanan atau mimunan apapun seperti air putih maupun makanan atau minuman lainnya.
2. Proses Terbentuknya ASI
Selama kehamilan,
estrogen kadar
tinggi mendorong
perkembangan duktus, sementara progesteron kadar tinggi merangsang pembentukan alveolus-lobulus. Peningkatan konsentrasi prolaktin dan
human chorionic somatomammotropin juga ikut berperan dalam perkembangan kelenjar mamalia dengan menginduksi enzim-enzim yang
dibutuhkan Sherwood, 2011. Sebagian besar perubahan di payudara terjadi pada paruh pertama
kehamilan, sehingga pada pertengahan kehamilan kelenjar mamalia telah mampu menghasilkan susu. Akan tetapi, sekresi susu tidak terjadi sampai
persalinan. Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi pada akhir kehamilan mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik
prolaktin pada sekresi susu. Estrogen dan progesteron akan turun secara drastis ketika plasenta keluar, sehingga memicu terjadinya laktasi
Sherwood, 2011. Setelah produksi susu dimulai pasca persalinan, hormon prolaktin
dan oksitosin berperan penting dalam mempertahankan laktasi. Prolaktin berguna untuk meningkatkan sekresi susu, sedangkan oksitosin berperan
dalam penyemprotan ejeksi susu. Pelepasan kedua hormon ini dirangsang oleh refleks neuroendokrin yang dipicu oleh penghisapan
puting payudara oleh bayi Sherwood, 2011 dan Bobak, 2005. Menurut Kristiyanasari 2011, dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam
proses laktasi, yaitu: 1
Refleks Prolaktin Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat
pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut aferen dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofisis anterior
untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi, prolaktin memacu sel kelenjar alveoli untuk memproduksi
susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulasi isapan, yaitu frekuensi,
intensitas dan lamanya bayi menghisap. 2
Refleks Aliran Let Down Refleks Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofisis anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga mempengaruhi hipofis posterior mengeluarkan hormon oksitosin.
Dimana setelah oksitosin dilepas ke dalam darah akan mengacu otot- otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi
sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju puting susu. Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi
kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda- tanda lain dari let-down adalah tetesan pada payudara lain yang
sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh psikologis ibu.
3. Manfaat ASI Eksklusif
ASI eksklusif memberikan manfaat dan keuntungan tidak hanya bagi bayi, tetapi bagi banyak pihak seperti ibu, keluarga, lingkungan,
bahkan negara. a.
Manfaat bagi bayi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna,
baik kualitas maupun kuantitasnya Roesli, 2009. Nutrisi ASI di antaranya adalah lemak, laktosa, protein, garam mineral dan vitamin.
Protein ASI terdiri dari whey protein yang dapat lebih mudah dicerna, sehingga pengosongan lambung lebih cepat Wong, 2008. Lemak
pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung Omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang mendapat
ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari
kerusakan sel-sel saraf otak Kristiyanasari, 2011. ASI juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan jalinan kasih
sayang Roesli, 2009. b.
Manfaat bagi ibu Pemberian ASI membantu ibu memulihkan diri dari proses
persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat
perdarahan dikarenakan adanya isapan pada puting susu merangsang
dikeluarkannya oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim. Selain itu wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih atau
turun berat badannya ke berat badan sebelum kehamilan. Pemberian ASI juga merupakan cara yang penting untuk ibu mencurahkan kasih
sayangnya pada bayi dan membuat bayi merasa nyaman Bahiyatun, 2009. Menurut Hegar 2008, menyusui secara eksklusif juga dapat
menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode
Amenorea Laktasi MAL. c.
Manfaat bagi keluarga ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi
yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat. Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja
dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang
lain. Selain itu, kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana psikologis ibu baik dan dapat
mendapatkan hubungan bayi dengan keluarga Kristiyanasari, 2011. d.
Manfaat bagi lingkungan Pemberian ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan
polusi di dunia. Pemberian ASI tidak memerlukan kaleng susu, karton, kertas pembungkus, botol plastik dan dot karet. ASI tidak
menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap serta alat kontrasepsi yang juga
mengeluarkan asap Roesli, 2009. e.
Manfaat bagi negara Pemberian ASI dapat menghemat devisa untuk pembelian susu
formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu; menghemat untuk biaya sakit karena muntah dan mencret serta infeksi
saluran napas; menghemat obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan; menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas
untuk membangun negara; langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya
bagi Indonesia Roesli, 2009.
4. Kendala Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif sering mengalami kendala yang sering membuat ibu pada akhirnya memutuskan untuk berhenti memberikan ASI
eksklusif. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan masalah ibu dalam menyusui yaitu karena produksi ASI kurang; ibu kurang
memahami tata laksana laktasi yang benar; ibu menyusui kembali setelah bayi diberi formula relaktasi; bayi terlanjur mendapatkan prelakteal
feeding pemberian air guladektrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran; kelainan yang terjadi pada ibu seperti puting susu ibu lecet,
puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses; ibu hamil lagi padahal masih menyusui; ibu bekerja; kelainan yang terjadi
pada bayi seperti bayi sakit dan abnormalitas bayi Hegar, 2008.
Kendala-kendala yang terkait dalam proses menyusui terjadi ketika ASI tidak keluar secara langsung serta rendahnya produksi ASI.
Meningkatkan produksi ASI dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi sesegera mungkin setelah lahir, menyusui sesering mungkin karena
semakin bayi menghisap puting susu maka semakin banyak ASI yang keluar dengan cara menyusui yang benar Baskoro, 2008.
Kedala-kedala dalam pemberian ASI eksklusif tersebut dapat diatasi bila ada dukungan yang diharapkan dapat menstimulir penguatan.
Dukungan orang yang terdekat adalah suami sebagai pendamping istri, seorang suami yang ikut bertanggung jawab pada kesehatan dan
keselamatan anaknya Wattimena dkk, 2011.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor. Hector, King, Web 2004 membagi faktor-faktor tersebut ke dalam 7 kategori,
yaitu: status kesehatan ibu dan bayi, pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu, praktik pemberian makan pada bayi, institusi pelayanan kesehatan,
dan kebijakan termasuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan, sosiobudaya, ekonomi dan lingkungan, karakteristik sosiodemografi ibu
dan keluarga, struktur dan dukungan sosial dukungan keluarga termasuk suami, informasi dari media massa, norma menyusui yang berkembang di
masyarakat seperti yang tampak dalam Bagan 2.1
Bagan 2.1 Determinants of Breastfeeding
Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan 2013 di Rumah Sakit Muhammadiyah Pekalongan, keberhasilan ASI eksklusif dipengaruhi oleh
tiga faktor. Pertama, faktor sosiodemografik. Faktor ini digambarkan oleh usia ibu dan status pekerjaan ibu. Faktor kedua adalahprepost natal,
digambarkan dengan pemberian susu formula selama perawatan post partum di instansi pelayanan kesehatan, permasalahan menyusui dan
kunjungan ke klinik laktasi, pemberian MPASI pada bayi kurang dari enam bulan, serta pemakaian empeng pacifier. Faktor ketiga adalah
psikososial, digambarkan dengan keinginan dan keyakinan ibu yang kuat untuk memberikan ASI eksklusif. Keinginan dan keyakinan ibu
dipengaruhi juga oleh social support system seperti dukungan suami dan orang tua.
Pada penelitian yang dilakukan Binns, dkk di Xianjing-China 2007 dalam Kurniawan, 2013 menunjukkan bahwa dukungan suami dan
orang tua ibu adalah support system yang mendorong ibu menginisiasi Breastfeeding
practices: -
Initiation -
Exclusivity -
Duration Sosiodemographic
characteristics of mother and family
Health status of mother and infant
Mother‟s knowledge, attitude,
skills
Aspects of feeding practices
Health service organization, policies
and practices
Structural and Social support
Sosio-cultural, economic and
enviromental factors
dan mempertahankan laktasi, terutama pada ibu yang baru akan memulai laktasi.Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ida 2012 yang mengungkapkan bahwa faktor penguat yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah dukungan suami,
dukungan sarana dan tenaga kesehatan, dukungan teman, dan dukungan keluarga ibu dan ibu mertua. Pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu
yang didukung baik oleh suaminya berpeluang 3,737 kali lebih besar berperilaku memberikan ASI eksklusif enam bulan dibandingkan dengan
ibu yang dukungan suaminya kurang.
C. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother
Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother pencapaian peran ibu-menjadi seorang ibu merupakan pengembangan dari teori Reva
Rubin yang
dikenal dengan
proses bonding-attachment.Teori
ini dikemukakan oleh Mercer pada tahun 1991, yang isinya bahwa Mercer
menempatkan teori ini pada lingkaran sarang Bronfenbrenner 1997 yang di dalamnya terdapat tiga aspek yaitu mikrosistem, mesosistem dan
makrosistem yang digambarkan pada bagan 2.2 1.
Mikrosistem adalah lingkungan terdekat di mana pencapaian peran ibu terjadi. Faktor-faktor yang termasuk dalam mikrosistem meliputi fungsi
keluarga, hubungan ayah-ibu, dukungan sosial, status ekonomi, dan stresor.
2. Mesosistem meliputi pengaruh dan interaksi dengan orang-orang yang
berada dalam mikrosistem. Interaksi mesosistem ini dapat mempengaruhi apa yang terjadi pada pengembangan peran ibu dan anak. Mesosistem ini
meliputi penitipan anak, sekolah, lingkungan kerja, tempat ibadah, dan lingkungan yang umum berada dalam masyarakat. Misalnya, melihat
bagaimana ibu memberikan ASI eksklusif baik di tempat kerja maupun di tempat umum lainnya agar kebutuhan bayi tetap terpenuhi.
3. Makrosistem mengacu pada budaya yang ada di lingkungan individu.
Makrosistem ini terdiri atas pengaruh sosial, politik, dan budaya. Misalnya,
lingkungan pelayanan
kesehatan dalam
memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif, adanya kebijakan dari
pemerintah tentang pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, dan adanya budaya yang dianut dalam proses pemberian ASI eksklusif seperti
adanya pantangan makanan atau minuman yang berkaitan dengan menyusui serta bagaimana persepsi budaya yang sudah diwariskan turun-
temurun mengenai menyusui. Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian
peran ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya. Proses ini terdiri dari empat tahap pencapaian peran ibu, yaitu:
1. Anticipatory
Tahap anticipatory dimulai selama kehamilan dan termasuk di dalamnya menggambarkan kesiapan ibu secara sosial dan psikologis
terhadap kehamilan. Pada tahap ini ibu belajar bagaimana peran yang diharapkan dan mulai membayangkan peran tersebut.
2. Formal
Tahap formal dimulai saat bayi lahir, dimana ibu mulai belajar untuk mandiri dalam menjalankan peran seorang ibu dalam mengasuh
bayinya. Pada tahap ini ibu belajar dengan mencotoh orang lain. 3.
Informal Tahap informal ini dimulai saat ibu mulai mencoba untuk
mengembangkan caranya sendiri dalam menjalankan peran seorang ibu tanpa mencotoh peran ibu yang lain. Ibu menjadikan peran barunya sesuai
dengan gaya hidupnya sekarang berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan masa depannya.
4. Personal
Tahap personal terjadi ketika ibu sudah menginternalisasi perannya ke dalam kehidupannya. Pada tahap ini, ibu merasakan harmoni,
kepercayaan, kepuasan, dan kemampuan pada cara ibu menjalankan perannya dan pencapaian atas perannya.
Sikap dan perilaku baik dari ibu maupun bayi dapat mempengaruhi identitas peran masing-masing. Sikap dan perilaku ibu pada teori Mercer
ini meliputi empati atau kepekaan terhadap isyarat bayi, harga diri atau konsep diri, sikap orang tua dalam menerima bayi, kedewasaan dan
fleksibilitas, sifat, kehamilan dan pengalaman melahirkan, kesehatan, depresi, dan konflik peran. Adanya peran ibu akan terjadi respon dan
interaksi bayi dengan ibu yang meliputi kontak mata sebagai isyarat pembicaraan, refleks menggenggam, refleks tersenyum dan sikap tenang
ibu dalam menjalankan perawatan, serta perilaku interaksi bayi dengan
ibu. Adapun sifat bayi yang dapat mempengaruhi identitas peran ibu berupa temperamen, kemampuan mengirimkan isyarat, penampilan,
karakteristik umum, tanggung jawab, dan kesehatan Mercer, 1991 dalam Tomey dan Alligood, 2006.
Bagan 2.2Model of Maternal Role Attainment
D. Ibu Primipara