Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat

(1)

PENGALAMAN IBU PRIMIPARA DALAM

MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS KELURAHAN KEMBANGAN

UTARA JAKARTA BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

MUSISKAH

109104000011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

Bismillahirrohmanirrohim

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja

keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

(QS. Al-Insyirah:6-8) Dari semua telah kau tetapkan

Dalam takdir-Mu

Rencana indah yang telah Kau siapkan Bagi masa depanku yang penuh harapan Harapan kesuksesan terpangku di pundak Sebagai janji kepada mereka... Ayah dan Mama...

Kupersembahkan skripsi ini sebagai ungkapan syukur dan terima kasihku Untuk orangtuaku tercinta dengan keridhoannya yang selalu mendoakanku dengan setulus hati, Untuk kedua kakakku tersayang yang selalu memberikan semangat tiada henti, Untuk dosen yang telah berjasa,

Untuk semua orang yang ku cintai, Untuk saudaraku tersayang, Untuk sahabat dan teman-teman yang selama ini bersama memetik ilmu

di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Terima kasihku tiada terhingga untuk semua Dengan niat yang lurus, ikhlas dan berani bermimpi Dan rasa kasih sayang ini yang membuatku sangat bersemangat

Dan mengalahkan rasa takut Diriku tiada apa-apa tanpa mereka Dan sujud syukurku padamu Ya Allah...


(7)

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Januari 2014

Musiskah, NIM: 109104000011

Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat

xvii + 89 halaman + 3 gambar + 3 bagan + 1 tabel + 7 lampiran

ABSTRAK

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, mencapai 34 per 1.000 kelahiran hidup. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi dari sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan maupun makanan lain merupakan pengalaman awal bagi ibu primipara yang tidak mudah dilakukan untuk kehidupan terbaik bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif, data diperoleh melalui wawancara mendalam. Partisipan berjumlah enam orang meliputi ibu primipara yang telah memberikan ASI eksklusif dan usia anak tidak lebih dari dua tahun diperoleh melalui

purpossive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan teknik Collaizi. Penelitian ini mengidentifikasi delapan tema yaitu: 1) Makna ASI bagi ibu primipara; 2) Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara; 3) Motivasi ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif; 4) Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif; 5) Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif; 6) Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif; 7) Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif; dan 8) Mitos-mitos tentang ASI eksklusif. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi mendalam tentang aspek budaya dalam memberikan ASI eksklusif karena perilaku yang melekat pada ibu berpengaruh oleh aspek budaya yang dimiliki dan penerapan teori maternal role attainment-becoming a mother pada ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.

Kata kunci : Pengalaman; ASI eksklusif; Ibu primipara Daftar bacaan : 59 (1995-2013)


(8)

viii JAKARTA

Undergraduate Thesis, January 2014 Musiskah, NIM : 109104000011

Mother Primiparous Experience in Exclusive Breastfeeding at Work Area Health Center Village North Kembangan West Jakarta

xvii + 89 pages + 3 pictures + 3 drafts + 1 table + 7 attachments

ABSTRACT

The infant mortality rate in Indonesia was still high, reach 34 per 1000 baby born. Exclusive breastfeeding to infant since they was born until six months old without extra food or liquid was the first experienced for primiparous mother that not easy to do for the best life of their baby. The objective of this study was to explore the experience of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding. This research was a qualitative with phenomenologi descriptive design, the sample data gathered by depth interviewed. There were six participate of primiparous mother that already give exclusive breastfeeding and the age of their child was no more than two years old that achieved by purpossive sampling. The data that had been gathered were an interview record and field note that analyzed by Collaizi technique. This research identified eight themes, which are: 1) the meaning of breastfeeding for primiparous mother; 2) the advantages of exclusive breastfeeding for primiparous mother; 4) the motivation of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding; 5) the behavior of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding; 6) the emotion of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding; 7) the support of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding; 8) the myths of breastfeeding. The results of this research can give an idea for the society about the experience of primiparous mother in giving exclusive breastfeeding. Further research about deep exploration of cultural aspect in giving exclusive breastfeeding is needed because of the behavior of a mother was affected by cultural aspect that they got and application of the theory of maternal role attainment-becoming a mother to the primiparous mother in giving exclusive breastfeeding.

Keywords : experience; exclusive breastfeeding; primiparous mother References : 59 (1995-2013)


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengalaman Ibu Primipara dalam Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat”yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjudin Sp.And selaku Dekan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, M.KM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing akademik

5. Ibu Puspita Palupi, S. Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat selaku pembimbing I dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing II yang telah membimbing dan banyak memberi saran demi terselesaikannya penulisan skripsi ini.


(10)

x kami selaku mahasiswa.

7. Seluruh staff bidang akademik FKIK dan PSIK yang telah membantu kelancaran hal-hal administratif.

8. Kepala dan semua pegawai Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara yang telah membantu dalam mencari data dan terima kasih atas perizinan dalam penelitian ini.

9. Keluarga tercinta yaitu orang tua dan kakak penulis yang selalu memberi kasih sayang, dukungan, do’a dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat penulis angkatan 2009 yang telah berjuang bersama dalam

perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu Keperawatan.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini baik dalam persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini.

Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah. Amin.

Jakarta, Januari 2014


(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Pernyataan persetujuan... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Pernyataan Keaslian Karya ... v

Lembar Persembahan ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi... xi

Daftar Gambar... xiv

Daftar Bagan ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Ruang Lingkup... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman ... 10

B. ASI eksklusif ... 11

1. Pengertian... 11

2. Komposisi ... 11

3. Pembagian ASI ... 15

4. Anatomi payudara ... 16


(12)

xii

8. Masalah dalam Menyusui ... 26

C. Ibu Primipara... 27

D. Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother... 28

Kerangka Teori... 32

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 33

B. Definisi Istilah ... 33

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 34

B. Waktu dan Lokasi Penelitian... 36

C. Partisipan Penelitian... 36

D. Instrumen Penelitian... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisa Data... 41

G. Keabsahan Data... 43

H. Etika Penelitian ... 46

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian... 47

B. Hasil Penelitian ... 48

1. Karakteristik Partisipan... 48

2. Hasil analisis tematik ... 49

BAB VI PEMBAHASAN A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ... 68


(13)

xiii BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan... 86 B. Saran... 88

DAFTAR PUSTAKA Lampiran


(14)

xiv

Gambar 2.1... 18 Gambar 2.2... 21 Gambar 2.3... 21


(15)

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 ... 28 Bagan 2.2 ... 32 Bagan 4.1 ... 42


(16)

xvi


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman wawancara Lampiran 2. Matriks analisis tematik Lampiran 3. Daftar riwayat hidup penulis Lampiran 4. Surat izin studi pendahuluan Lampiran 5. Surat izin penelitian

Lampiran 6. Surat permohonan menjadi partisipan Lampiran 7. Surat persetujuan menjadi partisipan


(18)

1 A. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2007 berdasarkan Millenium Development Goals (MDGs) di Indonesia masih tinggi, mencapai 34 per 1.000 kelahiran hidup dan target pada tahun 2015 harus mencapai 23 per kelahiran hidup (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), 2010). Estimasi AKB di provinsi DKI Jakarta tahun 2007 mencapai 28 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) DKI Jakarta juga melaporkan AKB pada tahun 2010 sebesar 8 per 1.000 kelahiran. Angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 8,4 per 1.000 kelahiran. Kemenkes RI (2012) mengungkapkan penyebab kematian bayi di Indonesia, antara lain bayi berat lahir rendah 29%, asfiksia 27%, tetanus dan infeksi 15%, masalah pemberian minum 10%, masalah hematologi 6%, diare serta pneumonia 13%.

Bayi yang diberikan ASI selama enam bulan atau lebih memiliki ketahanan hidup 33,3 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari 4 bulan, dan bayi yang disusui selama 4-5 bulan memiliki ketahanan hidup 2,6 kali lebih baik daripada bayi yang disusui kurang dari empat bulan (Nurmiati, 2008). Bayi yang tidak diberikan ASI akan meningkatkan terjadinya kematian akibat penyakit infeksi, resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukemia,


(19)

2

dan kematian bayi secara mendadak. Ibu yang tidak memberikan ASI akan meningkatkan kanker payudara, kanker ovarium, mempertahankan berat badan kehamilan, diabetes tipe 2, infark miokard, dan sindrom metabolik (Stuebe, 2009).

ASI merupakan cairan yang mengandung nutrisi bermanfaat bagi bayi (Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes, 2008). Pemberian ASI eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia enam bulan, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim (Roesli, 2008). ASI mengandung zat gizi lengkap seperti protein, energi, laktosa, natrium, kalsium, fosfor dan zat besi. Pemberian ASI merupakan awal yang sempurna bagi bayi untuk memulai kehidupannya karena ASI mudah langsung tersedia, tidak mahal dan mudah dikonsumsi (Meadow, 2005).

Menyusui telah dilakukan oleh seorang ibu sejak beribu-ribu tahun yang lalu dan juga telah dianjurkan dalam kitab suci quran dalam surat Al-Baqarah ayat 233:

ِﻦْﯿَϟ ْﻮَﺣ ͉ﻦُھَΩ َϻ ْϭَ΃ َﻦْﻌ ِο ْﺮُﯾ ُت΍َﺪِϟ΍ َﻮْϟ΍ َϭ ُﮫَϟ ِΩﻮُϟ ْﻮَﻤْϟ΍ ﻰَﻠَϋ َϭ ۚ َﺔَϋΎَο ͉ﺮϟ΍ ͉ϢِΘُﯾ ْنَ΃ َΩ΍َرَ΃ ْﻦَﻤِϟ ۖ ِﻦْﯿَﻠِϣΎَϛ

َϻ َϭ Ύَھِﺪَϟ َﻮِﺑ ٌةَﺪِϟ΍ َϭ ͉رΎَﻀُﺗ َϻ ۚ Ύَﮭَﻌْγ ُϭ ͉ϻِ· ٌﺲْﻔَﻧ ُﻒ͉ﻠَϜُﺗ َϻ ۚ ِϑϭُﺮْﻌَﻤْϟΎِﺑ ͉ﻦُﮭُﺗ َﻮْδِϛ َϭ ͉ﻦُﮭُﻗ ْز ِر ۚ ِهِﺪَϟ َﻮِﺑ ُﮫَϟ ٌΩﻮُϟ ْﻮَϣ

ِث ِر΍ َﻮْϟ΍ ﻰَﻠَϋ َϭ ْϢُﺗْΩ َرَ΃ ْنِ· َϭ ن Ύَﻤِﮭْﯿَﻠَϋ َΡΎَϨُΟ َϼَϓ ٍر ُϭΎَﺸَﺗ َϭ ΎَﻤُﮭْϨِϣ ٍض΍َﺮَﺗ ْﻦَϋ ًϻΎَﺼِϓ ΍َΩ΍َرَ΃ ْنِﺈَϓ ن َﻚِϟَٰΫ ُﻞْﺜِϣ

َ͉๡΍ ΍ﻮُϘ͉ﺗ΍ َϭ ن ِϑϭُﺮْﻌَﻤْϟΎِﺑ ْϢُΘْﯿَﺗ΁ Ύَϣ ْϢُΘْﻤ͉ﻠَγ ΍َΫِ· ْϢُϜْﯿَﻠَϋ َΡΎَϨُΟ َϼَϓ ْϢُϛَΩ َϻ ْϭَ΃ ΍ﻮُﻌ ِο ْﺮَΘْδَﺗ ْنَ΃ ْϋ΍ َϭ

Ύَﻤِﺑ َ ͉๡΍ ͉نَ΃ ΍ﻮُﻤَﻠ ﴿ ٌﺮﯿ ِﺼَﺑ َنﻮُﻠَﻤْﻌَﺗ 233

Yang artinya :

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila


(20)

keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Baqarah ayat 233).

Menyikapi pentingnya pemberian ASI, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang Kesehatan pasal 128 ayat 1 yaitu setiap bayi berhak mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis (Presiden Republik Indonesia (RI), 2009). Undang-Undang Perlindungan Anak Bab I pasal 1 No.12 dan Bab II pasal 2 menetapkan bahwa hak anak adalah non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak kelangsungan hidup, dan perkembangan dan penghargaan terhadap pendapat anak yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara (Presiden RI, 2002). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif terutama pada Bab III pasal 2 bertujuan untuk, yaitu menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya, memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif (Presiden RI, 2012).

Data surveyWorld Health Organization(WHO) Global Data Bank on Infant and Young Child Feeding (IYCF) tahun 2007-2008 menunjukkan rasio pemberian ASI eksklusif di Indonesia selama empat bulan sebanyak 40,6%


(21)

4

sedangkan pemberian selama enam bulan sebanyak 32,4%. Profil Data Kesehatan (2011), melaporkan angka cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2010 di provinsi Jawa Barat sebanyak 67,3%, sedangkan di provinsi DKI Jakarta sendiri sebanyak 62,1%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, bayi yang diberikan ASI eksklusif pada usia kurang dari enam bulan hanya terdapat 15,3% saja. Angka tersebut masih rendah untuk mencapai target kegiatan pembinaan gizi tahun 2010-2014 sebanyak 80% (Kemenkes RI, 2012).

Tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah sebanyak 56,2% (Kemenkes RI, 2012). Kondisi ini terjadi karena faktor ekonomi, rendahnya pengetahuan serta banyak promosi produk susu formula. Perilaku ibu untuk menyusui bayi 0-6 bulan secara eksklusif baru mencapai 39%. Kondisi ini terjadi karena adanya kepercayaan, adat kebiasaan dan mitos negatif dalam keluarga sehingga membutuhkan banyak perhatian untuk meningkatkan dan menanggulangi masalah gizi (Rosita, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan Nurlely (2012) di Semarang, melaporkan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Poncol lebih tinggi yaitu 72,27% daripada wilayah Puskesmas Candilama cakupannya hanya sebesar 2,23%. Perbedaan cakupan terjadi karena produksi ASI yang dihasilkan sedikit, kemudian pada ibu bekerja yang harus meninggalkan bayinya di rumah bersama neneknya merasa dan berkeyakinan bahwa ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya selama enam bulan. Kondisi ini membuktikan bahwa banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif selama enam bulan.


(22)

Hasil studi yang dilakukan oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI, 2010), ibu yang telah memiliki 3 anak berbagi pengalaman tentang pemberian ASI eksklusif pada anaknya. Partisipan tersebut mengatakan bahwa memberikan ASI tidak mudah, terutama untuk menyusui anak pertamanya. Ia merasa bingung sekali ketika mengetahui kondisi puting lecet dan mengalami mild baby blues selama 3 hari, dimana setiap menyusui dari payudara yang lecet harus menangis. Ia juga sempat memberikan susu formula karena kurangnya informasi dan orang tuanya juga mengatakan jika diberikan ASI dan susu formula saja anak akan kelaparan sehingga ia memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dini pada bayinya.

Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak hidup dan baru menjadi seorang ibu. Beberapa ibu primipara biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas dari gangguan, sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk mencari pengetahuan banyak tentang perawatan maternal (Lowdermilk, 2004). Seorang ibu primipara memiliki keinginan kuat untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya. Hasil penelitian oleh Smith, dkk (2012) di Amerika Serikat, 4 dari 5 remaja sebagai ibu primipara memberikan ASI eksklusif selama 9 hari, dan hanya satu remaja yang berhasil memberikan ASI eksklusif selama enam bulan karena memiliki niat yang sangat kuat untuk menyusui bayinya, menyatakan ASI adalah yang terbaik untuk kehidupan bayinya serta tidak mengeluarkan uang. Bagi ibu primipara berhenti menyusui sangat berkaitan dengan pengalaman mereka sebagai ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang dasar-dasar ASI, kurangnya keterampilan menyusui, pengalaman


(23)

6

awal yang menyakitkan ketika mereka tidak siap untuk melakukan pengeluaran ASI (Smith,dkk, 2012).

Studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat, didapatkan hasil cakupan pemberian ASI eksklusif masih rendah terutama pada ibu primipara. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, terdapat data 60 orang ibu primipara yang datang di Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara diantaranya 25 orang yang memberikan ASI. Peneliti ingin mengetahui fenomenologi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif yang ada di wilayah ini.

Berdasarkan uraian di atas bahwa pemberian ASI eksklusif sangat penting dan merupakan pengalaman awal bagi ibu yang baru melahirkan anak pertamanya, maka peneliti ingin mengeksplorasi lebih dalam pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat.

B. Rumusan Masalah

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim. Data survey WHO IYCF tahun 2007-2008 rasio pemberian ASI eksklusif di Indonesia selama empat bulan sebanyak 40,6% sedangkan pemberian selama enam bulan sebanyak 32,4%. Bayi yang tidak diberikan ASI akan meningkatkan terjadinya kematian akibat


(24)

penyakit infeksi, resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan tipe 2, leukemia, dan kematian bayi secara mendadak. Bagi ibu yang tidak memberikan ASI akan meningkatkan terjadinya premenopause, kanker payudara, kanker ovarium, mempertahankan berat badan kehamilan, diabetes tipe 2, infark miokard, dan sindrom metabolik

Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak hidup dan baru menjadi seorang ibu. Menyusui merupakan pengalaman awal bagi ibu primipara yang tidak mudah dilakukan untuk kehidupan terbaik bayinya. Penelitian untuk meneliti pengalaman ibu khususnya ibu primipara dalam pemberian ASI eksklusif belum ada padahal penting untuk diketahui agar tidak terjadi kegagalan dalam menyusui terutama untuk para calon ibu. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah ingin mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat.

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat.


(25)

8

D. Manfaat

1. Manfaat Ilmiah

a. Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. b. Menjadi evidence based keperawatan mengenai pengalaman ibu

primipara dalam memberikan ASI eksklusif. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur untuk menambah wawasan pendidik dan peserta didik serta menjadi data dasar dalam peningkatan ilmu keperawatan dalam hal mengkaji, mengidentifikasi dan mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.

b. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi melalui promosi kesehatan pemberian ASI eksklusif.

c. Bagi masyarakat

Memberikan informasi kepada para ibu terutama ibu primipara mengenai ASI eksklusif dan pengalaman dalam memberikannya pada bayi sehingga dapat memberikan motivasi untuk mempersiapkan diri mereka mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif.


(26)

E. Ruang Lingkup

Penelitian yang dilakukan adalah pengalaman ibu primipara dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara, Jakarta Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam untuk menggali pengalaman dari para partisipan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat.


(27)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008) diartikan sebagai sesuatu yang pernah dijalankan dan atau dirasakan. Pengalaman terjadi karena adanya interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007).

Pengalaman hidup seseorang apabila diungkapkan kembali, bisa berupa tanggapan, reaksi, interpretasi, autokritik, bahkan terhadap pertahanan diri terhadap dunia luar. Pengalaman hidup juga menjadi gambaran lengkap kehidupan seseorang dimasa lampau mengenai hitam putih, baik buruk, yang dapat diungkapkan kembali melalui upaya penelusuran pengalaman hidup tersebut (Bungin, 2008).

Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. Pengalaman dapat diartikan sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003). Berdasarkan definisi diatas bahwa pengalaman merupakan segala


(28)

sesuatu yang pernah dialami (dijalankan, dirasakan) terhadap peristiwa yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu yang akan menjadi sumber pengetahuan.

B. ASI Eksklusif 1. Pengertian

ASI merupakan bentuk nutrisi terpilih buat bayi. ASI mengandung zat protektif dan semua zat gizi dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh dan kembang secara optimal (Wong, 2008). ASI Eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia enam bulan (Roesli, 2005).

2. Komposisi

ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih (Roesli, 2005). ASI mengandung zat gizi lengkap seperti protein, energi, laktosa, natrium, kalsium, fosfor dan zat besi. Pemberian ASI merupakan awal yang sempurna bagi bayi untuk memulai kehidupannya karena ASI mudah langsung tersedia, tidak mahal dan mudah dikonsumsi (Meadow, 2005).


(29)

12

a. Karbohidrat

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2008), karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. ASI mengandung lebih banyak laktosa sekitar 20-30% dari susu sapi (Roesli, 2005). Laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase didalam usus halus. Galaktosa merupakan makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh. Laktosa akan difermentasi oleh bakteri usus yang baik yaitu Lactobacillus bifidus menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini memberikan suasana asam di dalam usus bayi yang akan memberikan keuntungan diantaranya menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya pada usus dan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor (Hegar, 2008; Roesli, 2005).

b. Lemak

Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh (Roesli, 2005). Lemak ASI akan mudah dicerna dan diserap oleh bayi, karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak sehingga hanya sedikit lemak yang tidak diserap. Susu formula tidak mengandung enzim, sebab enzim akan hancur bila dipanaskan. Itu sebabnya bayi akan sukar menyerap lemak susu formula (Roesli, 2005).

Lemak utama ASI adalah asam lemak esensial terdiri dari Omega-3, Omega-6, docoshexaenoic acid (DHA) dan arachidonic


(30)

acid (AA). Lemak ini sedikit atau tidak ada pada susu sapi, padahal amat penting untuk pertumbuhan otak (Hegar, 2008; Roesli, 2005). c. Protein

Protein adalah bahan baku untuk tumbuh (Roesli, 2005). Susu sapi dan ASI mengandung dua macam protein utama yaitu

wheydan kasein.Wheyadalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna. Kasein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal, dan sulit dicerna oleh usus bayi (Roesli, 2005).

Protein ASI yang utama adalah whey, sedangkan protein utama susu sapi adalah kasein. Rasio whey dan kasein pada ASI adalah 60:40, sedangkan pada susu sapi rasionya 20:80. Hal ini tentu menguntungkan bayi karena whey lebih mudah dicerna dibanding kasein (Roesli, 2005). ASI mengandungalfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandunglaktoglobulindanbovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi (Hegar, 2008; Roesli, 2005). Protein istimewa lainnya yang terdapat dalam ASI adalah taurin, laktoferin dan lisozim yang berperan dalam pertahanan tubuh (Hegar, 2008). d. Sel hidup

ASI tidak hanya memberikan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang perkembangan sistem kekebalan bayi itu sendiri. ASI memberikan zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi (Roesli, 2005).

Setiap tetes ASI mengandung berjuta-juta sel hidup yang menyerupai sel darah putih sehingga dinamakan “sel darah putih”


(31)

14

dari ASI. Sel-sel ini beredar dalam usus bayi dan membunuh kuman-kuman jahat, menyimpan dan menyalurkan zat-zat penting seperti enzim, faktor pertumbuhan, dan protein yang melawan kuman atau imunoglobulin (Roesli, 2005).

e. Imunoglobulin atau antibiotika alamiah

ASI mengandung imunoglobulin atau antibiotika alamiah, suatu protein yang beredar dan bertugas mencegah infeksi serta membunuh kuman-kuman-jahat yang masuk dalam tubuh bayi (Roesli, 2005). ASI mengandung kadar tinggi aktifitas imunoglobulin A (IgA) yang memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit bakteri dan virus, terutama yang mengenai saluran pernapasan dan sistem gastrointestinal (Wong, 2008).

f. Vitamin, mineral, dan zat besi

ASI dan susu sapi memiliki jumlah vitamin A dan B kompleks yang memadai. Vitamin C rendah pada susu sapi, tetapi tinggi pada ASI, selama asupan ibu mencukupi. Vitamin D rendah pada ASI tetapi kebutuhannya sudah mencukupi. ASI hanya mengandung seperempat jumlah vitamin K dibandingkan susu sapi atau susu formula (Wong, 2008;Lowdermilk, 2004). Vitamin ini yang dibutuhkan untuk koagulasi darah, dapat diproduksi oleh bakteri usus halus. Penyakit perdarahan pada bayi baru lahir terjadi karena kadar vitamin K rendah, sehingga pada saat bayi lahir diberikan suntikan vitamin K (Lowdermilk, 2004).


(32)

Kandungan mineral susu sapi jauh lebih tinggi dari ASI, dengan pengecualian besi dan fluorida. Kandungan besi rendah pada kedua jenis susu, tetapi besi dalam ASI lebih mudah diserap oleh bayi (50%) dari pada susu sapi (10%), dan susu formula (5%) (Wong, 2008; Lowdermilk, 2004). Janin dan bayi baru lahir menyimpan besi untuk digunakan selama beberapa bulan, sehingga bayi yang hanya disusui biasanya dapat mempertahankan kadar hemoglobin yang adekuat selama 6 bulan pertama kehidupannya (Lowdermilk, 2004).

ASI memiliki kandungan kalsium yang rendah dibandingkan susu sapi dan formula, tetapi rasio kalsium terhadap fosfat adalah 2:1. Rasio ini merupakan rasio yang optimal untuk mineralisasi tulang, sehingga bayi cukup bulan yang disusui akan mendapat banyak kalsium. Rasio kalsium terhadap fosfat di dalam susu formula berada diantara ASI dan susu sapi (Lowdermilk, 2004).

3. Pembagian ASI

Perubahan komposisi ASI terbagi menjadi tiga fase, yaitu:

a. Kolostrum merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat/ketujuh (Roesli, 2005). Kolostrum ini berwarna kuning atau dapat pula jernih dan lebih menyerupai warna darah daripada susu, lebih banyak mengandung protein dan zat anti-infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI yang matang sedangkan kadar karbohidrat dan lemak rendah. Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matang (Roesli, 2005). Kolostrum juga


(33)

16

mengandung imunoglobulin A (IgA), yang melindungi saluran gastrointestinal bayi dari infeksi (Murray & McKinney, 2006). b. ASI transisi/peralihan, yaitu ASI yang keluar sejak hari

keempat/ketujuh sampai hari ke-10/ke-14. Kadar protein didalamnya semakin rendah, sedangkan karbohidrat dan lemaknya semakin tinggi dan volumenya juga semakin meningkat (Roesli, 2005).

c. ASI matang (mature), yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya yang memiliki komposisi yang konstan (Roesli, 2005). 4. Anatomi Payudara

Payudara adalah sepasang kelenjar mamae yang terletak di antara tulang iga kedua dan keenam (Lowdermilk, 2004). Payudara merupakan kelenjar kulit khusus yang terdiri atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat (Faiz & Moffat, 2004). Payudara terdiri dari bagian luar (eksternal) dan bagian dalam (internal) (Roesli, 2005). Bagian luar terdiri dari sepasang buah dada yang terletak di dada, puting susu, dan daerah kecoklatan di sekitar puting susu (areola mammae). Bagian dalam terdiri dari empat jaringan utama yaitu kelenjar susu (mammary alveoli) merupakan pabrik susu, gudang susu (sinus lactiferous) yang berfungsi menampung ASI, terletak di bawah daerah kecoklatan di sekitar puting susu, saluran susu (ductus lactiferous) yang mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang susu, serta jaringan penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikat dan sel lemak yang melindungi (Roesli, 2005).

Payudara memiliki berat kurang lebih 200 gram dan pada saat hamil berat payudara meningkat menjadi 600 gram dan dapat mencapai


(34)

800 gram saat menyusui (Lowdermilk, 2004). Peningkatan berat payudara tersebut menjadi persiapan ibu untuk menyusui bayinya (Lowdermilk, 2004).

Areola adalah daerah berwarna gelap yang letaknya mengelilingi puting susu (gambar 2.1). Pada daerah ini terdapat kelenjar Montgomery yang menghasilkan cairan berminyak untuk menjaga kulit disekitar areola (Hegar, 2008). Hasil penelitian bahwa peningkatan kelenjar Montgomery dapat meningkatkan aktivitas kecepatan menghisap pada bayi (Geddes, 2007).

Alveolus adalah unit terkecil payudara yang menghasilkan susu. Beberapa alveolus membentuk lobulus, beberapa lobulus berkumpul menjadi lobus. Hasil skema tradisional anatomi payudara menggambarkan kelenjar payudara memiliki 15 sampai 20 lobus yang terdiri dari 20-30 lobulus (gambar 2.1). Masing-masing lobulus mengandung 10 sampai 100 alveoli yang memiliki diameter kira-kira 0,12 mm dan dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga menyerupai sebuah pohon. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus), di bawah puting susu, duktus laktiferus berubah menjadi menyempit membentuk sinus susu (sinus laktiferus) dan membuka ke permukaan puting susu (gambar 2.1). Dinding alveolus dan saluran laktiferus memiliki otot polos yang akan menghasilkan ASI bila berkontraksi (Geddes, 2007).


(35)

18

Gambar 2. 1 Anatomi payudara Sumber: Geddes (2007)

5. Fisiologi Laktasi

Laktasi merupakan pengeluaran susu dari kelenjar susu (lowdermilk, 2004). Selama kehamilan telah terjadi perubahan hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI (Roesli, 2000). Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir kehamilan dan terus berlanjut sampai bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara (Lowdermilk, 2004).

Air susu mulai disekresikan 1-3 hari setelah melahirkan. ASI yang keluar masih sedikit 1-10 ml setiap menyusui dan akan meningkat menjadi 50-70 ml setiap menyusu pada hari ke 4-5. Produksi ASI dapat mencapai 750-800 ml per hari pada minggu ke enam jika ibu terus menyusui secara aktif (Ganong, 2008). Sebaiknya bayi disusui secaraon demand dan tidak terjadwal, yang ditentukan oleh rasa lapar untuk menyusu agar penyusuan dapat berhasil (Wong, 2008).


(36)

Tiga refleks maternal yang berperan dalam menyusui yaitu sekresi prolaktin, ereksi puting susu, dan refleks let down. Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang dihasilkan oleh hipofisis anterior, berperan untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Refleks prolaktin terjadi jika ujung-ujung saraf pada area papilla dan areola mamae dirangsang oleh isapan bayi saat menyusui yang berfungsi sebagai reseptor mekanik (Lowdermilk, 2004). Stimulasi isapan bayi mengirim impuls ke hipotalamus dan merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor-faktor tersebut akan merangsang hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon ini berperan penting untuk meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel alveolar (Lowdermilk, 2004). Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan, yaitu prekuensi, intensitas dan lama bayi menghisap (Garza, Hopkin, 1988; Lawrence, 1994, dikutip dalam

Lowdermilk, 2004). Stimulasi puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi. Refleks ereksi puting susu membantu propulsi susu melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-pori puting susu (Lowdermilk, 2004). Hal itu berarti semakin sering bayi menyusu akan meningkatkan prolaktin sehingga produksi susu di alveolar lebih banyak.

Pengeluaran susu dari payudara ke mulut bayi merupakan proses aktif di dalam payudara (Lowdermilk, 2004). Proses ini tergantung pada

refleks let down atau refleks ejeksi susu (Lowdermilk, 2004). Refleks let down secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi (gambar


(37)

20

2.2). Isapan bayi menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk mensekresikan oksitosin. Oksitosin akan memicu kontraksi otot polos dinding alveolus, menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus masuk ke sinus laktiferus, dimana susu siap tersedia untuk bayi (Lowdermilk, 2004; Ganong, 2008). Semakin sering bayi mengisap, pengosongan alveolus dan duktus makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil dan menyusui makin lancar. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi (Dewi, 2011).

Pada saat lahir bayi memiliki pola perilaku atau refleks yang mempermudah pemberian ASI yaitu refleks mencari (rooting refleks), refleks menghisap dan menelan, dan kenyang (Lowdermilk, 2004).

Rooting refleks timbul ketika pipi atau mulut bayi berada disekitar payudara ibu yang menimbulkan refleks mencari pada bayi dengan menggerakkan kepalanya untuk menuju puting susu. Jika puting susu tersentuh maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap puting (Perry dan Lowdermilk, 2006). Refleks menghisap terjadi pada saat puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut ditarik oleh lidah menjadi lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang terletak pada langit-langit keras (palatum durum) (gambar 2.3). Tekanan bibir dan rahang yang terjadi secara bersamaan membuat gusi menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, kemudian bagian


(38)

belakang lidah akan menekan langit-langit yang mengakibatkan ASI keluar dari puting susu. Refleks menelan terjadi bila mulut bayi terisi ASI dan menelannya masuk ke dalam lambung (Perry dan Lowdermilk, 2006).

Gambar 2.2 A.Milk production. B. Refleks let down.

Sumber : Perry & Lowdermilk(2006).

Gambar 2.3Correct attachment (lacth-on) of infant at breast.


(39)

22

6. Manfaat ASI Eksklusif

Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua. ASI bermanfaat untuk ibu, bayi, negara dan lingkungan (Roesli, 2008).

a. Bagi ibu

Menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL) serta ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya (Hegar, 2008)

Menyusui bayi segera setelah melahirkan maka akan mengurangi kemungkinan terjadinya perdarahan, karna pada ibu menyusui terjadinya peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk penutupan pembuluh darah, menjarangkan kehamilan karena merupakan cara kontrasepsi yang murah, aman, dan cukup berhasil, ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil, mengurangi kemungkinan terjadinya kanker, lebih ekonomis, mudah dibawa kemana-mana dan praktis, tidak merepotkan dan hemat waktu, memberi kepuasan bagi ibu (Roesli, 2005).

Sinclair (2009), menyebutkan bahwa menyusui menyebabkan involusio uterus lebih cepat, perlindungan terhadap kanker ovarium, menurunkan resiko kenker payudara premenopause khususnya jika


(40)

laktasi pertama terjadi sebelum usia 20 tahun dan berlangsung selama sekurang-kurangnya enam bulan, resiko osteoporosis dapat dipastikan menurun khususnya wanita yang telah hamil dan menyusui bayi mereka, menunda ovulasi yang mendukung pengaturan jarak anak, sekresi prolaktin meningkatkan relaksasi dan prolaktin serta oksitosin meningkatkan kelekatan ibu dan anak serta menghilangkan penggunaan kaleng formula, botol susu, dan pelapis botol.

b. Bagi bayi

Nutrisi ASI diantaranya adalah lemak, laktosa, protein, garam mineral dan vitamin, protein ASI terdiri dariwheyprotein yang dapat lebih mudah dicerna, sehingga pengosongan lambung lebih cepat, sedang kasein lebih sulit dicerna (Wong, 2008). ASI memiliki asam amino sistin dan taurin yang kadarnya lebih tinggi dari susu formula. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin berperan untuk pertumbuhan otak, perkembangan retina dan maturasi pendengaran. Karbohidrat utama ASI adalah laktosa yang mudah terurai menjadi glukosa dan galaktosa (Wong, 2008). Laktosa dapat mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin (Soetjiningsih, 1997). Galaktosa penting untuk pembentukan galaktopid yang diperlukan untuk pertumbuhan sistem saraf pusat (Wong, 2008).


(41)

24

ASI mengandung asam lemak esensial, asam linoleat(Omega 6) dan asam linolenant (Omega 3) yang menjadi prekursor

docoshexaenoic acid (DHA) dan arachidonic acid (AA). DHA dan AA berfungsi penting dalam pertumbuhan otak anak (Wong, 2008). Hal ini penting karena pada masa bayi sampai usia satu tahun terjadi peningkatan jumlah neuron otak kedua, ASI juga mengandung vitamin A, B, C, D, dan K dalam jumlah yang memadai sesuai kebutuhan bayi (Lowdermilk, 2004; Wong, 2008).

ASI selain sebagai nutrisi juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2005).

c. Bagi negara

Manfaat ASI bagi negara dapat menghemat devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu; menghemat untuk biaya sakit karena muntah dan mencret serta saluran napas; menghemat obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan; menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara; langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia (Roesli, 2005).


(42)

d. Bagi lingkungan

ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia. Memberi ASI tidak memerlukan kaleng susu, karton, kertas pembungkus, botol plastik dan dot karet. ASI tidak menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap serta alat transportasi yang juga mengeluarkan asap (Roesli, 2005).

7. Teknik Menyusui

Proses menyusui akan berjalan dengan lancar jika ibu memiliki keterampilan dalam menyusui, sehingga ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi dengan efektif. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring (Hegar, 2008).

Posisi menyusui yang benar menurut Hegar (2008) yaitu: a. Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast) b. Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (chest to chest)

c. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi

d. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik, ada kontak mata antara ibu dengan bayi

e. Pegang belakang bahu jangan kepala bayi, dan kepala terletak dilengan bukan didaerah siku.


(43)

26

Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik juga telah dijelaskan bahwa dagu harus menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah terputar keluar, lebih banyak areola bagian atas yang terlihat daripada bagian bawah, dan tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu (Hegar, 2008). Menyusui bayi sebaiknya dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Rata-rata bayi menyusui selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Menyusui bayi sesering mungkin sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam dan tidak hanya pada satu payudara melainkan keduanya secara seimbang, sehingga mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan ASI. Menyusui pada malam hari dapat membantu mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari (Hegar, 2008).

8. Masalah dalam Menyusui

Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi tidaklah sederhana (Hegar, 2008). Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu masalah dalam menyusui karena produksi ASI kurang, ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi), bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran), kelainan yang terjadi pada ibu seperti puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses, ibu hamil lagi padahal masih menyusui,


(44)

ibu bekerja, kelainan yang terjadi pada bayi seperti bayi sakit, abnormalitas bayi (Hegar, 2008).

Masalah yang terkait dalam menyusui terjadi ketika ASI tidak keluar secara langsung serta rendahnya produksi ASI. Meningkatkan produksi ASI dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi sesegera mungkin setelah lahir, menyusui sesering mungkin karena semakin sering bayi menghisap puting susu maka semakin banyak ASI yang keluar dengan cara menyusui yang benar (Baskoro, 2008).

C. Ibu Primipara

Primipara merupakan wanita yang pertama kali mengalami satu kali persalinan pada masa gestasi lebih dari minggu ke-20 (Hamilton, 1995). Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak yang hidup dan baru menjadi seorang ibu (Lowdermilk, 2004). Beberapa ibu primipara biasanya mempunyai keinginan untuk melahirkan bayi yang bebas dari gangguan, sehingga hal tersebut akan memotivasi ibu untuk mencari pengetahuan banyak tentang perawatan maternal. pengetahuan tersebut termasuk didalamnya tentang cara pemberian ASI yang benar (Lowdermilk, 2004).

Pengetahuan dasar tentang ASI dan keterampilan dalam menyusui merupakan proses bagi seorang ibu untuk dapat memberikan ASI dengan tepat. Penghentian menyusui oleh ibu primipara karena kurangnya pengetahuan dasar tentang ASI, keterampilan yang kurang, perubahan hidup


(45)

28

yang baru, dan pengalaman awal yang menyakitkan ketika mereka tidak siap untuk melakukan pengeluaran ASI (Smith, dkk., 2012).

D. TeoriMaternal Role Attainment-Becoming a Mother

Teori Maternal Role Attainment-Becoming a Mother (Pencapaian peran ibu-menjadi seorang ibu) merupakan pengembangan dari teori Reva Rubin yang dikenal dengan prosesbonding-attachment(Tomey dan Alligood, 2006). Teori Mercer (1991) mengemukakan mengenai pencapaian peranan ibu, yang ditempatkan dengan lingkaran sarang Bronfenbrenner (1979) dalam Tomey dan Alligood (2006) mengenai mikrosistem, mesosistem dan makrosistem sebagai berikut :

IBU Empati/ peka pada isyarat bayi, harga diri/konsep diri, pengasuhan, kedewasaan dan fleksibilitas, sikap, kehamilan dan pengalaman kelahiran, kesehatan secara keseluruhan, dan konflik peran/ketegangan

ANAK Temperamen /perangai Kemampuan untuk memberikan isyarat penampilan karakteristik daya tanggap kesehatan Mikrosistem Hubungan ibu-ayah Relationship Mesosistem Makrosistem peraw atan

KOMPONEN PERAN IBU Keterikatan pada bayi, memperoleh kompetensi dalam perilaku ibu, dan mengekspresikan kepuasan

HASIL PADA ANAK

Kognitif / mental Pengembangan Perilaku Kesehatan Kompetensi sosial Fungsi keluarga

Pengaturan kerja orangtua

Konsistensi pengaruh budaya

Sekolah

Dukungan sosial


(46)

1. Mikrosistem adalah lingkungan terdekat di mana pencapaian peran ibu terjadi. Faktor-faktor ini meliputi fungsi keluarga, hubungan ayah-ibu, dukungan sosial, status ekonomi, nilai-nilai keluarga dan stressor.

2. Mesosistem tersebut meliputi, pengaruh dan berinteraksi dengan orang-orang dalam mikrosistem ini. Mesosistem meliputi hari perawatan, sekolah, lingkungan kerja, tempat ibadah, dan lingkungan yang umum berada dalam masyarakat. Misalnya, melihat bagaimana ibu memberikan ASI eksklusif baik di tempat kerja maupun tempat umum lainnya agar kebutuhan bayi tetap terpenuhi.

3. Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem terdiri atas sosial, politik, dan budaya. Misalnya, lingkungan pelayanan kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif, adanya kebijakan dari pemerintah tentang pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, dan adanya budaya yang dianut dalam proses pemberian ASI eksklusif seperti pantangan makanan/minuman yang berkaitan dengan menyusui serta bagaimana persepsi budaya yang sudah diwariskan turun-temurun mengenai menyusui.

Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya. Pencapaian peran ibu merupakan interaksi dan proses perkembangan yang terjadi sepanjang waktu yang menjadikan ibu berespon terhadap bayinya. Proses ini terdiri dari empat tahap pencapaian peran ibu, yaitu :


(47)

30

a. Anticipatory

Tahap ini dimulai selama kehamilan yang menggambarkan kesiapan secara sosial dan psikologis dalam menerima kehamilan. Pada tahap ini ibu sudah membayangkan bagaimana melakukan perawatan pada bayi termasuk memberikan ASI.

b. Formal

Tahap formal dimulai saat kelahiran bayi dimana ibu mulai belajar untuk mandiri dalam menjalankan peran ibu. Pada tahap ini ibu belajar dengan melihat bagaimana cara orang lain dalam memberikan ASI eksklusif.

c. Informal

Tahap ini dimulai saat ibu mencoba mengembangkan perannya yang unik menurut dirinya sendiri tanpa mencontoh peran ibu lain. Pada tahap ini ibu primipara melakukan dengan keterampilannya sendiri dalam memberikan ASI eksklusif.

d. Personal

Tahap ini ibu sudah menginternalisasi perannya. Pada tahap ini ibu primipara merasakan kepuasan karena berhasil dalam memberikan ASI Eksklusif. Model konseptual Mercer memandang bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu yang meliputi: temperamen, kemampuan memberikan isyarat, penampilan, karakteristik umum, tanggap dan kesehatan umum.

Komponen utama dari peran ibu terbagi menjadi tiga yaitu keterikatan pada bayi, memperoleh kompetensi dalam perilaku ibu, dan mengekspresikan


(48)

kepuasan dalam interaksi antara ibu dan bayi (Mercer, 1995 dalam Tomey dan Alligood, 2006). Komponen ini ibu harus memiliki rasa kasih sayang pada bayi, keterampilan dalam praktik menyusui dengan benar dan akhirnya mendapatkan kepuasan tersendiri setelah semuanya tercapai.

Sifat dan perilaku dari ibu dan anak dapat mempengaruhi identitas peran masing-masing. Sifat-sifat keibuan dan perilaku dimasukkan dalam model Mercer adalah empati atau kepekaan terhadap isyarat bayi, harga diri atau konsep diri, pengasuhan yang diterima sebagai seorang anak, kedewasaan dan fleksibilitas, sikap, kehamilan dan pengalaman kelahiran, kesehatan secara keseluruhan, dan konflik peran atau ketegangan (Tomey dan Alligood, 2006). Adanya peran ibu akan terjadi interaksi bayi pada ibu meliputi kontak mata sebagai isyarat pembicaraan, refleks menggenggam, refleks tersenyum dan tingkah laku tenang sebagai respon terhadap perawatan yang dilakukan ibu. Konsistensi perilaku interaksi dengan ibu dan respon yang datang dari ibu akan meningkatkan pergerakan (Tomey dan Alligood, 2006).


(49)

32

KERANGKA TEORI

Bagan 2.2 Dimodifikasi dari Model of Maternal Role Attainment

(Mercer,1991).

Pencapaian peran pada ibu primipara (maternal role attainment)

 keterikatan pada bayi

 perilaku dan keterampilan dalam menyusui

 kepuasan interaksi pada bayi Mikrosistem

 fungsi keluarga

 hubungan ayah-ibu

 dukungan sosial

 status ekonomi

 nilai-nilai keluarga

Terjadi interaksi bayi pada ibu

 kontak mata

 refleks menggenggam

 refleks tersenyum

 sikap tenang

Mesosistem

 perawatan bayi

 faktor lingkungan kerja

 lingkungan umum lainnya

Makrosistem

 pelayanan kesehatan

 kebijakan pemerintah

 budaya yang dianut

Anticipatory kesiapan menerima kehamilan pertama

Formal

 kelahiran anak pertama

 ibu belajar bagaimana cara dalam memberikan ASI dari orang lain

Informal ibu memberikan ASI dengan caranya sendiri Personal ibu terbiasa memberikan ASI Pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI Eksklusif


(50)

33 A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan dan cairan lainnya dari sejak dilahirkan sampai bayi usia enam bulan. Ibu primipara merupakan ibu yang baru pertama kali mempunyai anak. Pengalaman memberikan ASI eksklusif merupakan pengalaman awal bagi ibu primipara untuk mencapai perannya sebagai seorang ibu. Pemberian ASI eksklusif tidak mudah dilakukan oleh seorang ibu primipara, banyak faktor yang mempengaruhi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan umum dan pelayanan kesehatan sehingga dalam prosesnya harus belajar sampai ibu dapat melakukannya dengan keterampilan yang dimiliki dan merasakan kepuasan atas keberhasilannya dalam memberikan ASI eksklusif. Untuk itu peneliti ingin mengeksplorasi secara mendalam mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.

B. Definisi Istilah

Untuk memperjelas istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi istilah, yaitu:

1. Pengalaman memberikan ASI eksklusif adalah segala sesuatu yang pernah dialami (dijalankan, dirasakan) dalam memberikan ASI eksklusif. 2. Ibu primipara adalah wanita yang baru pertama kali mempunyai anak


(51)

34 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif adalah istilah keseluruhan untuk sekelompok pendekatan yang berkaitan dengan pemahaman tentang pengalaman dan perilaku, dan makna dan interpretasi yang telah dilakukan berdasarkan proses penelitian sosial. Penelitian ini berfokus pada beberapa fenomena yang menarik bagi peneliti dan kepada peserta penelitian (Holloway, 2008). Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2010).

Fenomenologi adalah pendekatan filosofis untuk mempelajari fenomena (penampilan) dan pengalaman manusia (Holloway, 2008). Tujuan penelitian fenomenologi adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh orang di dalam kehidupan ini, termasuk interaksinya dengan orang lain (Danim, 2003). Fenomenologi deskriptif mencakup seluruh fenomena tetapi menunjukkan aspek-aspek tertentu saja, termasuk makna tersembunyi yang ada pada orang yang diteliti. Fenomenologi deskriptif secara langsung mendeskripsikan persepsi pengalaman hidup mereka yang luas dan mendalam (Holloway, 2008). Spiegelberg (1975) dalam Streubert &


(52)

Carpenter (2003) mengidentifikasi 3 langkah proses untuk fenomenologi deskriptif : 1) intuisi (intuiting), 2) analisis (analyzing), 3) menggambarkan (describing). Langkah pertama yaitu intuisi, peneliti sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para partisipan, pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Pada tahap intuisi ini peneliti sebagai instrumen dalam proses wawancara. Peneliti menjadi alat untuk pengumpulan data dan mendengarkan keterangan partisipan melalui proses wawancara. Langkah kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan elemen-elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami partisipan. Langkah ketiga yaitu menggambarkan, pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan memberi penjelasan secara tertulis dan lisan, juga elemen-elemen penting dari fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut. Peneliti akan menghindari upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum waktunya.

Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2010). Melalui penelitian dan pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menggali informasi dan memperoleh penjelasan


(53)

36

terperinci tentang suatu pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Kembangan Utara, Jakarta Barat.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara Jakarta Barat pada bulan Juli sampai Desember 2013.

C. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini yaitu para ibu primipara yang telah memberikan ASI eksklusif selama enam bulan yang berada di wilayah puskesmas kelurahan Kembangan Utara dan diwawancarai secara langsung oleh peneliti. Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Teknik purpossive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Partisipan dalam penelitian ini yaitu ibu primipara yang telah memberikan ASI eksklusif dengan usia anak tidak lebih dari dua tahun yang berada di wilayah puskesmas kelurahan Kembangan Utara dan telah teridentifikasi saat pengumpulan data sampai mencapai saturasi data partisipan berjumlah enam orang, dengan kriteria partisipan yang akan diteliti:

a. Dapat berkomunikasi dengan baik.


(54)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan dibantu pedoman wawancara mendalam (in depth interview) dalam bentuk pertanyaan, alat bantu perekam (perekam suara darihandphone), alat pencatat dan catatan lapangan(fieldnote).

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2013. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh alat perekam (perekam suara dari handphone), pedoman wawancara dan catatan lapangan (field note). Wawancara mendalam dilakukan pada partisipan dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya.

2. Tahap pengumpulan data

a. Tahap persiapan pengumpulan data

1.) Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus perizinan kepada pihak-pihak terkait seperti kepala Dinas Kesehatan Jakarta Barat, kepala Lurah Kembangan Utara, Kepala Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara dan RT/RW serta melakukan kode etik penelitian.

2.) Setelah perizinan selesai peneliti melakukan uji coba pedoman wawancara pada satu orang partisipan pemula yang memiliki kriteria sama seperti partisipan yang akan dilakukan dalam


(55)

38

penelitian ini. Uji coba pedoman wawancara ini dilakukan untuk melatih peneliti agar lancar saat pengumpulan data pada partisipan sebenarnya.

3.) Selanjutnya peneliti mendata partisipan yang sesuai dengan kriteria, lalu mengadakan pertemuan dengan partisipan untuk melakukaninform consentdan menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian ini.

4.) Peneliti akan melakukan wawancara terlebih dahulu pada partisipan lalu hasil dari wawancara dilakukan transkrip data. b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan penelitian, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (in depth interview) yang merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam studi kualitatif. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang pendapat, persepsi, penerimaan atau kepercayaan masyarakat terhadap pemberian ASI eksklusif (Budiarto, 2004).

Peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur yang merupakan wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Peneliti juga menggunakan alat perekam untuk mengetahui semua percakapan dalam wawancara tentang pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Peneliti sebelumnya memberitahukan


(56)

alasan penggunaan alat perekam serta untuk permohonan izin kepada partisipan.

Selama wawancara mendalam peneliti juga membuat catatan lapangan (field note). Catatan lapangan (field note) adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong, 2010). Peneliti membuat catatan lapangan yang berisi deskripsi tentang tanggal, waktu dan informasi dasar tentang suasana saat wawancara seperti tatanan lingkungan, interkasi sosial dan aktivitas yang berlangsung saat wawancara dilakukan. Teknik ini diharapkan dapat menjalin komunikasi yang baik secara langsung, terbuka, fleksibel dan terarah, sehingga informasi yang didapat lebih banyak dan luas mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.

Penelitian kualitatif memungkinkan untuk memeriksa isu-isu, ide- ide yang muncul dan wawancara untuk kedua atau ketiga kalinya. Waktu yang dibutuhkan sekitar 45 sampai 90 menit (Holloway, 2008). Peneliti melakukan wawancara singkat dalam beberapa pertemuan, pertemuan pertama peneliti akan melakukan informed consent ketersediaan menjadi partisipan serta melakukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya, kedua adalah melakukan wawancara mendalam yang dilakukan selama 45 sampai


(57)

40

60 menit dan ketiga peneliti akan melakukan member check dari hasil wawancara.

Menurut Guba dan Lincoln (1981) dalam Moleong (2010), cara penata urutan pertanyaan yaitu dengan bentuk cerobong. Peneliti melakukan pertanyaan-pertanyaan dimulai dari segi yang umum mengarah kepada yang khusus. Setiap pertanyaan yang berikutnya berkaitan dengan yang sebelumnya dengan bentuk yang semakin menyempit dan khusus. Peneliti menggunakan Pendekatan ini diharapkan partisipan merasakan nyaman berbicara dengan peneliti, kemudian dapat melanjutkan wawancara untuk mengeksplorasi inti dari topik penelitian.

Tugas peneliti dalam melakukan wawancara meliputi aktif mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap, merekam dan mencatat, lebih banyak mendengarkan, menindak lanjuti jawaban partisipan serta wawancara dilakukan dengan face to face. Wawancara akan berlangsung baik kalau telah tercipta rapport antara peneliti dengan partisipan, Stainback dalam Sugiyono (2010) mengatakan bahwa rapport adalah suatu hubungan yang saling menguntungkan, merasa saling percaya dan terjalin emosi diantara kedua orang (peneliti dan partisipan). Teknik yang telah dipersiapkan di atas dapat membuat partisipan lebih luwes, lebih terbuka dan percaya kepada peneliti sehingga partisipan mau menceritakan pengalamannya dalam memberikan ASI eksklusif secara terbuka dan di dapat hasil yang akurat dan valid.


(58)

F. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam dalam Streubert & Carpenter (2003), meliputi:

1. Peneliti dapat memberikan gambaran fenomena yang diteliti, yaitu tentang pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif.

2. Peneliti mengumpulkan data melalui wawancara kepada partisipan dan membuat transkrip dari hasil wawancara partisipan sesuai fenomena yang diteliti.

3. Peneliti membaca semua hasil transkrip partisipan secara berulang-ulang sesuai fenomena yang diteliti.

4. Peneliti membaca transkrip kembali dan mencari pernyataan-pernyataan penting dari setiap pernyataan partisipan.

5. Peneliti menentukan makna dari setiap pernyataan penting dari semua partisipan.

6. Peneliti mengorganisasikan data yang terkumpul dan mengelompokkannya kedalam suatu kelompok tema.

7. Peneliti menulis hasil secara keseluruhan ke dalam bentuk desktiptif secara lengkap, dengan melakukan analisis detail tentang perasaan partisipan dan perspektif yang terkandung dalam tema.


(59)

42

8. Peneliti kembali ke lapangan dan menanyakan partisipan kembali untuk validasi dari hasil deskripsi yang telah dibuat.

Bagan 4.1 Teknik analisa data

Sumber : Colaizzi (1987) dalam Streubert & Carpenter (2003)

Memiliki gambaran fenomena yang diteliti secara jelas

Mengumpulkan data melalui wawancara dan membuat transkrip hasil wawancara

dengan partisipan

Membaca semua hasil transkrip partisipan secara berulang-ulang

Mencari pernyatan-pernyataan penting dari setiap pernyataan partisipan

Menentukan makna dari setiap pernyataan penting dari semua partisipan

mengelompokkannya ke dalam suatu kelompok tema

Menulis hasil secara keseluruhan ke dalam bentuk deskriptif secara lengkap

Kembali ke partisipan untuk validasi data deskripsi yang dibuat


(60)

G. Keabsahan Data

Menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan menurut (Moleong, 2010), yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

1. Kredibilitas (credibility)

Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, peer debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check

(Bungin, 2008). Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu (Bungin, 2008; Moleong, 2010):

a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari partisipan dan untuk membangun kepercayaan para partisipan terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.

b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.


(61)

44

c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat atau yang ahli dalam bidang kualitatif.

c. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.

Penelitian ini peneliti menggunakan kredibilitas peer debriefing, dimana setelah peneliti mengumpulkan data peneliti akan membuat transkrip data. Transkip data yang dibuat peneliti akan dibicarakan oleh pembimbing untuk mendiskusikan unsur-unsur yang penting yang dialami partisipan.

2. Keteralihan (transferability)

Keteralihan merupakan teknik untuk meneliti agar laporan hasil fokus penelitian dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar dapat memahami penemuan yang diperoleh. Peneliti akan


(62)

memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dalam menerapkan hasil penelitian agar orang lain dapat memahami.

3. Kebergantungan (dependability)

Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil penelitian. Pencatatan itu diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi tentang pengembangan instrument sebelum auditing dilakukan. Peneliti melakukan pencatatan pelaksanaan dari mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, analisa data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan sebelum dilakukan auditing oleh pembimbing I dan II untuk mereview seluruh hasil penelitian.

4. Kepastian (confirmability).

Kapastian (confirmability) bermakna bahwa keyakinan atas data yang diperoleh. Kepastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapat dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, barulah dapat dikatakan objektif. Pada penelitian ini hasil penelitian ditelusuri oleh pembimbing (auditor) untuk memastikan apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti, dan menelaah kegiatan peneliti dalam memeriksakan keabsahan data.


(63)

46

H. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang dilakukan benar-benar menjunjung kebebasan manusia. Masalah etika penelitian keperawatan sangat penting karena penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia. Hidayat (2007) menyatakan bahwa masalah etika yang harus diperhatikan dalam proses penelitian adalah sebagai berikut:

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada partisipan untuk ketersediaannya menjadi partisipan penelitian. Persetujuan dari partisipan merupakan hak dari partisipan yang sebelumnya sudah diberitahukan oleh peneliti mengenai tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan, manfaat penelitian, dan kerahasiaan partisipan. Lembar persetujuan ini ditandatangani oleh partisipan yang bersedia menjadi partisipan penelitian.

2. Tanpa nama (anonymity)

Penelitian ini tidak akan mencantumkan nama partisipan pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh partisipan, tetapi dengan menuliskan inisial.

3. Kerahasiaan (privacy)

Kerahasiaan partisipan akan dijamin oleh peneliti, baik sebuah informasi maupun masalah-masalah lainnya yang diberikan oleh partisipan.


(64)

47

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada enam partisipan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam, ditemukan tema yang selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk naratif dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut.

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara merupakan salah satu dari delapan puskesmas kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kembangan. Puskesmas ini terletak di Jl. Raya Kembangan Rt.005/02 Jakarta Barat, memiliki luas bangunan/luas tanah 112/470 dan dipimpin oleh dr. Rosmawati Wijaya.

Kelurahan Kembangan Utara memiliki luas wilayah 348 ha yang terdiri dari 10 RW, 110 RT dengan jumlah penduduk 15.721 jiwa dan 5.148 KK. Kelurahan Kembangan Utara berada di dalam wilayah Kecamatan Kembangan yang secara administratif terdiri dari 6 kelurahan, 62 RW, 600 RT, 37.584 KK, 140.201 jiwa dan luas area dengan kepadatan penduduk sebesar 5.796 jiwa/Km2.

Puskesmas Kelurahan Kembangan Utara tercatat 60 orang ibu primipara dan dari data tersebut hanya 25 orang ibu primipara yang memberikan ASI eksklusif, sebanyak 35 orang lainnya tidak memberikan ASI eksklusif.


(65)

48

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Partisipan

Partisipan penelitian ini adalah seorang ibu primipara yang telah memberikan ASI eksklusif. Karakteristik dari partisipan antara lain nama, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, agama dan suku bangsa. Peneliti melakukan wawancara mendalam pada enam orang partisipan setelah menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan ibu tersebut bersedia untuk menjadi partisipan dengan mengisi lembar informed consent.Karakteristik partisipan yang peneliti dapatkan sebagai berikut: Nama Usia Pekerjaan Pendidikan

terakhir

Agama Suku bangsa

Usia anak P1 25 thn IRT SMA Islam Betawi 7 bulan P2 29 thn Guru S1 Islam Betawi 1 tahun 3 bulan P3 28 thn IRT SMA Islam Betawi 1 tahun 5 bulan P4 27 thn IRT SMA Islam Betawi 1 tahun 2 bulan P5 25 thn IRT SMA Islam Betawi 10bulan P6 25 thn IRT SMA Islam Betawi 1 tahun

Tabel 5.1 Karakteristik partisipan

Partisipan pertama (P1) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 7 bulan.

Partisipan kedua (P2) berusia 29 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan.


(66)

Partisipan ketiga (P3) berusia 28 tahun, pekerjaan guru, pendidikan terakhir S1, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 1 tahun 5 bulan.

Partisipan keempat (P4) berusia 27 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 1 tahun 2 bulan.

Partisipan kelima (P5) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 10 bulan.

Partisipan keenam (P6) berusia 25 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, agama Islam, suku bangsa Betawi, dan mempunyai anak berusia 1 tahun.

2. Hasil analisis tematik

Tema berdasarkan hasil analisis tematik yang teridentifikasi pada penelitian mengenai pengalaman ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif yaitu: 1) Makna ASI bagi ibu primipara, 2) Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara, 3) Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu primipara, 4) Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif, 5) Perasaan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif, 6) Hambatan ibu primipara selama memberikan ASI eksklusif, 7) Dukungan ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif, dan 8) Mitos-mitos tentang ASI eksklusif.


(67)

50

Tema 1. Makna ASI bagi ibu primipara

ASI bagi ibu primipara dapat diartikan dalam beberapa hal. Pada penelitian ini didapatkan beberapa makna yang terkandung dalam ASI bagi ibu primipara yang meliputi beberapa kategori yaitu: 1) air susu ibu, 2) cairan susu berwarna putih, 3) makanan pemula bagi bayi baru lahir, 4) nutrisi bagi bayi, dan 5) ASI eksklusif.

1. Air susu ibu

Semua partisipan mengungkapkan bahwa makna ASI adalah air susu ibu. Berikut ini salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 7 bulan:

“...hmm..ASI itu adalah Air Susu Ibu (sambil tersenyum)...” (P1)

2. Cairan susu berwarna putih

Empat dari enam partisipan mengungkapkan makna ASI itu cairan susu berwarna putih. Berikut ini salah satu ungkapan dari partisipan berusia 27 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga:

“...ASI itu menurut saya merupakan cairan yang berasal dari dalam tubuh ibu yang dikeluarkan melalui payudara bentuknya seperti cairan susu warnanya putih yang harus diberikan kepada bayi...ya karena ASI itu memang sangat bagus untuk bayi (suasana tenang dan partisipan terlihat sambil berfikir)...” (P4)

3. Makanan pemula bagi bayi baru lahir

Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa ASI adalah minuman atau makanan untuk bayi. Berikut ini adalah ungkapannya:


(68)

“...ASI adalah minuman formula atau makanan pemula yang lebih utama untuk sang bayi daripada seperti susu formula lainnya...” (P1)

4. Nutrisi bagi bayi

Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa ASI adalah suplemen bagi bayi. Berikut ini adalah ungkapan dari partisipan berusia 29 tahun dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan:

“...ASI itu merupakan hmm..suatu suplemen nutisi dari dalam tubuh ibu yang alami yang sangat bermanfaat untuk bayi...(sambil tersenyum dan menggendong anaknya)...” (P2)

5. ASI eksklusif

Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa ASI adalah suplemen bagi bayi. Berikut ini adalah ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 1 tahun:

“...ASI yang diberikan kepada bayi dari sejak dilahirkan sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan dan minuman lain, pokoknya ASI aja tuh yang dikasih (sambil tersenyum dan suasana ruangan tenang)...” (P6)

Tema 2. Keunggulan ASI eksklusif bagi ibu primipara

ASI eksklusif merupakan pilihan dari semua partisipan karena berbeda dari susu lain. Perbedaan tersebut menjadi sebuah keunggulan bagi ASI eksklusif yang tidak dimiliki oleh susu lain termasuk susu formula. Hasil penelitian ini didapatkan beberapa subtema yang meliputi: 1) kandungan ASI dan 2) kelebihan ASI.

1. Kandungan ASI

Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa di dalam kandungan ASI itu memiliki komponen-komponen yang bermanfaat


(69)

52

untuk bayi. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan:

“...dari ASI tersebut banyak komponen-komponen yang sangat berguna untuk bayi, pokoknya baiklah (sambil berfikir dan menyusui anaknya)...” (P2)

Satu partisipan berusia 28 tahun mengungkapkan bahwa di dalam kandungan ASI terdapat DHA untuk bayi. Berikut ini adalah ungkapannya:

“... ASI itu mengandung DHA, untuk perkembangan otaknya yang tidak sama dengan susu formula...” (P3)

Sebagian partisipan mengungkapkan bahwa di dalam kandungan ASI terdapat karbohidrat, kalsium, protein, vitamin, dan zat untuk kekebalan tubuh bayi. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 29 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga:

“...ASI mengandung karbohidrat, kalsium, protein, sumber gizi, ada lemak tubuh dari ibu juga...vitamin juga ada banyak... zat untuk kekebalan tubuh bayi... jumlahnya lebih dari susu formula...(mata terlihat ke arah atas, sambil berfikir)...” (P2)

2. Kelebihan ASI

Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif itu tidak repot, instan, dan praktis. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan:

“...ASI eksklusif itu tidak repot, instan, praktis, dan mudah, hehehe... (sambil tertawa)...” (P2)


(70)

Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa ASI eksklusif itu hemat biaya, ekonomis. Berikut ungkapan salah satu dari partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 7 bulan:

“...hmm.. pokoknya hemat biaya ya, ekonomis kalau ASI tuh...” (P1)

Tema 3. Motivasi ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif Hasil penelitian kepada semua partisipan didapatkan beberapa sub tema diantaranya yaitu memberikan manfaat pada ibu, anak, keluarga, dan lingkungan. Berikut ini merupakan kategori yang terdapat pada subtema:

1. Memberikan manfaat pada ibu

Sebagian partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif itu dapat mencegah penyakit kanker payudara. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai guru dan mempunyai anak berusia 1 tahun 5 bulan:

“...kalau yang saya tahu itu dapat mencegah terjadinya kanker payudara...(tangan sambil memegang payudaranya)...” (P3)

Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi ibu itu lebih cepat mengurangi kegemukan pasca melahirkan. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 29 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga:

“...lebih cepat mengurangi kegemukan pasca melahirkan...” (P2)

2. Memberikan manfaat pada bayi

Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi anak untuk menjadi lebih sehat dan meningkatkan


(71)

54

kekebalan tubuh dan tidak mudah sakit. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai guru:

“... ya..anak saya menjadi lebih sehat...” (P3)

Salah satu partisipan berusia 27 tahun mengungkapkan bahwa manfaat ASI untuk mengawali kehidupan. Berikut ini ungkapannya:

“...sangat penting sekali tentunya. Karena ASI adalah cairan yang pertama kali diminum untuk mengawali kehidupan anak saya bahkan sampai sekarang pun dia itu sangat dibutuhkan untuk anak saya, ya itulah ASI. Kehidupan saya maka kehidupan anak saya juga...” (P4)

Semua partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi bagi bayi adalah berat badan bayi menjadi bertambah. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai anak berusia 7 bulan:

“...berat badannya meningkat kalau ditimbang, setiap bulan angka timbangannya tuh naik...” (P1)

Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi bayi untuk perkembangan otak, menjadi pinter dan cerdas. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai anak berusia 1 tahun:

“...otaknya menjadi pinter dan cerdas...(sambil tersenyum)...” (P6)

Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi bayi untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangannya. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 10 bulan:


(72)

“...iya bagus, karena untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangannya yang harus diberikan selama enam bulan...” (P5)

Semua partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI adalah untuk meningkatkan daya tubuh bayi. Berikut ungkapan salah satu partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai guru:

“... ASI baik untuk bayi yang baru keluar yang masih belum ada

daya tahan tubuhnya, karena pada kolostrum itu dapat

meningkatkan daya tahan tubuhnya karna dia kan tidak makan... (anak sedang tidur dipangkuan ibu)...” (P3)

3. Memberikan manfaat pada keluarga

Semua partisipan mengungkapkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi keluarga dapat menjalin kasih sayang keluarga. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai anak berusia 1 tahun:

“...kalau untuk keluarga meningkatkan tali kasih sayang antara saya, anak dan suami...” (P6)

4. Memberikan manfaat pada lingkungan

Semua partisipan menungkapkan bahwa manfaat ASI bagi lingkungan adalah tidak menimbulkan banyak sampah. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai guru:

“...wah..jelas yah, ASI itu langsung dari payudara, tidak pakai kardus atau kaleng yang nantinya akan menimbulkan banyak sampah...” (P3)

Tema 4. Perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif Hasil dari wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti kepada semua partisipan perilaku ibu primipara dalam memberikan ASI eksklusif meliputi beberapa subtema: 1) proses inisiasi menyusui dini


(73)

56

(IMD), 2) posisi ibu saat memberikan ASI eksklusif, 3) posisi anak saat diberikan ASI eksklusif, 4) waktu pemberian ASI eksklusif, 5) tanda bayi cukup ASI, 6) pelekatan mulut bayi pada payudara ibu. Berikut kategori yang terdapat pada subtema:

1. Proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Lima dari enam partisipan mengungkapkan tentang langkah-langkah dalam proses inisiasi menyusui dini. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 29 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga:

“...pada saat bayi dilahirkan, bayi saya diletakkan diatas badan saya oleh bidan, diantara payudara di bagian dada dalam posisi tengkurap..Bayi saya masih belum bersih, masih ada darah dan kotoran dari rahim...(sambil memperagakan dengan tangan)...” (P2)

Salah satu partisipan berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa hanya sebagai pendekatan bayi. Berikut ini ungkapannya:

“...hanya sebagai pendekatan sekedar memperagakan bayi untuk mencari puting...” (P1)

2. Posisi ibu primipara saat memberikan ASI eksklusif

Semua partisipan mengungkapkan bahwa dalam memberikan ASI eksklusif dengan posisi duduk. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan berusia 25 tahun dan mempunyai anak berusia 7 bulan:

“...sambil duduk saya pangku terus juga sambil tiduran juga bisa...” (P1)

Empat dari enam partisipan mengungkapkan bahwa dalam memberikan ASI eksklusif dengan posisi sambil jalan-jalan. Berikut


(74)

salah satu ungkapan dari partisipan berusia 27 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga:

“...berdiri sambil jalan-jalan juga bisa, sambil digendong bayinya...” (P4)

Salah satu partisipan berusia 28 tahun mengungkapkan bahwa dalam memberikan ASI eksklusif dengan mengikuti posisi nyaman bayi. Berikut ini ungkapannya:

“... ya..ngikutin posisi nyaman bayinya aja...” (P3)

3. Posisi bayi saat diberikan ASI eksklusif

Semua partisipan mengungkapkan bahwa posisi bayi saat diberikan ASI eksklusif dipangku dan dimiringkan ke tubuh ibu. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai anak berusia 1 tahun 3 bulan:

“...biasa aja duduk anak dipangku sambil dimiringkan tubuh anak saya kebadan saya, nempel diperut terus langsung mulutnya menghisap payudara (sambil memperagakan dengan tangan)...” (P2)

Semua partisipan mengungkapkan bahwa posisi bayi saat diberikan ASI eksklusif tiduran sesuai posisi payudara yang diberikan. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang mempunyai anak berusia 10 bulan:

“...sambil tiduran kalau anak saya mau tidur, cuma posisi saya itu miring sesuai payudara mana yang mau saya berikan ASInya, anak saya juga agak miring sedikit sambil saya ganjel pakai bantal kalau sambil tiduran, hehehe...(sambil tersenyum)...” (P5)

Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa posisi bayi saat diberikan ASI eksklusif sambil digendong pakai gendongan. Berikut


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)