SMP, agama Islam, suku bangsa Sunda, dan mempunyai anak berusia 8 bulan.
Partisipan ketiga P3 berusia 31 tahun, pekerjaan sebagai karyawan swasta, pekerjaan istri sebagai kasir di supermarket Giant, pendidikan
terakhir SMA, pendidikan terakhir istri SMA, agama Islam, suku bangsa Jawa dan Betawi, dan mempunyai anak berusia 10 bulan.
Partisipan keempat P4 berusia 29 tahun, pekerjaan sebagai karyawan swasta, pekerjaan istri ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMK,
pendidikan terakhir istri SMA, agama Islam, suku bangsa Sunda, dan mempunyai anak berusia 10 bulan.
Partisipan kelima P5 berusia 27 tahun, pekerjaan sebagai karyawan swasta, pekerjaan istri ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA,
pendidikan terakhir istri SMA, agama Islam, suku bangsa Sunda, dan mempunyai anak berusia 7 bulan.
2. Hasil Analisis Tematik
Tema berdasarkan hasil analisis tematik yang teridentifikasi pada penelitian mengenai pengalaman suami dalam memberikan dukungan ASI
eksklusif pada ibu primipara yaitu: 1 Manfaat ASI memotivasi suami untuk memberikan dukungan ASI eksklusif, 2 Suami mendapatkan
informasi mengenai ASI eksklusif dari beberapa sumber, 3 Suami memberikan informasi tentang ASI eksklusif pada ibu primipara, 4 Suami
tidak memberikan dukungan penilaian berupa pujian melainkan dengan ucapan terima kasih, 5 Suami memberikan dukungan fisik untuk ibu
primipara selama proses pemberian ASI eksklusif, 6 Suami memberikan dukungan emosional pada ibu primipara selama proses pemberian ASI
eksklusif, 7 Hambatan suami dalam mendukung istri menyusui secara eksklusif, dan 8 Suami masih mempercayai mitos-mitos mengenai ASI
eksklusif.
Tema 1. Manfaat ASI memotivasi suami untuk memberikan dukungan ASI eksklusif
Hasil dari wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti kepada semua partisipan bahwa ASI eksklusif dipilih oleh semua partisipan dalam
penelitian ini adalah karena manfaatnya. Manfaat ASI menjadi alasan atau motivasi partisipan mendukung istrinya memberikan ASI eksklusif kepada
bayi mereka, seperti yang diungkapkan oleh partisipan yang bekerja sebagai karyawan swasta serta bersuku bangsa Jawa dan Betawi:
“...Yaa.. karena manfaatnya sih mba.. bagus untuk kekebalan tubuh, biar anak jadi lebih sehat dan jarang sakit, terus juga kan ASI bagus juga buat
otak anak sambil tersenyum dan suasana ruangan tenang...” P3
Selain itu, tiga dari lima suami berpendapat bahwa ASI eksklusif adalah makanan atau nutrisi paling baik untuk bayi. Berikut ini salah satu
ungkapan dari partisipan: “...Yaa.. ASI eksklusif itu makanan atau nutrisi yang paling baik untuk
anak t ѐ h sambil tersenyum...” P4
Semua partisipan mengungkapkan bahwa ASI eksklusif paling baik untuk kekebalan tubuh, anak jadi lebih sehat dan jarang sakit, seperti yang
diungkapkan oleh salah satu partisipan yang bekerja sebagai satpam berikut ini:
“...Yaa untuk kekebalan tubuh
,
biar anak saya jadi lebih sehat dan jarang sakit kalo dikasih ASI...” P1
Selain itu, empat dari lima partisipan mengatakan ASI adalah nutrisi paling baik untuk otak anak sehingga nantinya anak akan menjadi pintar
dan cerdas. Berikut ini salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai buruh:
“...Yaa tadi tѐ h.. karena makanan paling bagus buat anak, paling bagus juga buat otak, biar nanti anaknya jadi pinter...” P2
Tiga dari lima partisipan juga mengungkapkan bahwa ASI lebih murah dibandingkan dengan susu formula. Berikut salah satu ungkapan dari
partisipan yang bekerja sebagai karyawan swasta dan mempunyai anak berusia 7 bulan:
“...Udah gitu ASI juga murah tѐ h daripada susu botol. Jadinya kan uangnya bisa buat keperluan yang lain yang lebih penting sambil
tersenyum... ” P5
Salah satu partisipan yang berusia 28 tahun dan bekerja sebagai buruh mengungkapkan bahwa ASI eksklusif tidak merepotkan. Berikut ini
ungkapannya: “...Terus juga gak repot tѐ h. Kita gak usah ribet bikin susu, kalo anak
nangis pengen nyusu kan jadi bisa langsung ditetein sama ibunya. sambil tersenyum dan memangku bayinya...” P2
Tema 2. Suami mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif dari beberapa sumber
Informasi mengenai ASI eksklusif tidak datang dengan sendirinya, sehingga untuk mendapatkan informasi tersebut diperlukan adanya sumber
informasi. Bidan, leaflet yang tersedia di pelayanan kesehatan, dan internet merupakan sumber informasi yang didapatkan oleh partisipan yang
mempengaruhi partisipan untuk mendukung pemberian ASI eksklusif. 1.
Bidan Empat dari lima partisipan mendapatkan informasi mengenai ASI
eksklusif dari bidan saat mereka mengantarkan istrinya melakukan pemeriksaan antenatal. Berikut salah satu ungkapannya:
“...Tau dari bidan sih tѐ h. kalau istri periksa ke bidan, suka disaranin sama bidannya, anaknya nanti pake ASI eksklusif aja,
katanya lebih bagus buat anak daripada susu botol. Bidannya juga ngasih selebaran yang isinya ada ASI eksklusif gitu t
ѐ h, saya juga baca dari situ...” P4
2. Leaflet yang tersedia di pelayanan kesehatan
Tiga dari lima partisipan mendapatkan informasi dari leaflet yang tersedia di pelayanan kesehatan, seperti yang diungkapkan oleh salah
satu partisipan berusia 28 tahun dan bekerja sebagai buruh berikut ini: “...Yaa kalo saya sih tau nya dari selebaran yang istri saya bawa
kalau abis dari bidan. Karena kan saya jarang ikut nganterin istri saya periksa ke bidan t
ѐ h, dia dianterin sama ibu atau kaka saya kalo ke bidan, soalnya biasanya pas istri ke bidan, sayanya masih kerja..
.” P2
3. Internet
Dua dari lima partisipan juga mendapatkan infomasi dari internet, seperti yang diungkapkan oleh partisipan yang istrinya bekerja berikut
ini: “...Saya sama istri juga suka nyari di internet...” P3
Tema 3. Suami memberikan informasi tentang ASI eksklusif pada ibu primipara
Pada penelitian ini sebagai bentuk dukungan informasi yang diberikan suami terhadap istri mengenai ASI eksklusif, maka suami suka berdiskusi
bersama istri dengan memberikan informasi-informasi terkait ASI eksklusif. Informasi yang diberikan meliputi: 1 informasi tentang nutrisi
ibu menyusui, 2 informasi tentang faktor penghambat produksi ASI, dan 3 informasi tentah ASI perah.
1. Informasi tentang nutrisi ibu menyusui
Semua partisipan menyatakan bahwa mereka memberitahu istri mengenai nutrisi untuk ibu menyusui, seperti yang diungkapkan oleh
partisipan yang berusia 33 tahun dan bekerja sebagai satpam. Berikut ini ungkapannya:
“...Saya ngasih tahu makanan yang bagus untuk ibu yang menyusui. Itu juga saya baca dari selebaran yang dikasih sama bidan t
ѐ h terus saya kasih tahu istri sambil tersenyum.
..” P1
2. Informasi tentang faktor penghambat produksi ASI
Dua dari lima partisipan menyatakan bahwa mereka memberitahu istri tentang faktor penghambat produksi ASI. Berikut ini salah satu
ungkapan dari partisipan yang berusia 29 tahun dan bekerja sebagai karyawan swasta:
“... saya juga ngasih tau istri kalau istri yang lagi nyusuin itu terus lagi banyak pikiran atau terlalu capek, nanti ASI yang keluar cuma
dikit sambil menggambarkan kata “sedikit” dengan jari telunjuk dan
jempol yang disatukan...” P4
3. Informasi tentang ASI perah
Salah satu partisipan yang berusia 31 tahun dan istrinya bekerja sebagai kasir di supermarket Giant menyatakan bahwa ia memberitahu
istrinya tentang informasi terkait ASI perah bagi ibu bekerja yang menyusui. Berikut ini ungkapannya:
“...Saya sama istri juga suka diskusi tentang susu perah. Dia tahu dari temen kerjanya, tapi kalau saya sih nyari di internet...
.” P3
Tema 4. Suami tidak memberikan dukungan penilaian berupa pujian melainkan dengan ucapan terima kasih
Dukungan penilaian pada penelitian ini berkaitan dengan bentuk penghargaan yang diberikan suami terhadap istri selama memberikan ASI
eksklusif pada anaknya. Dukungan penilaian yang ditunjukkan suami selama proses menyusui secara eksklusif meliputi: 1 mengucapkan terima
kasih, dan 2 tidak memberikan pujian.
1. Mengucapkan terima kasih
Semua partisipan dalam penelitian ini memberikan dukungan penilaian pada istri dengan ucapan terima kasih karena sudah berhasil menyusui
secara eksklusif. Berikut ini salah satu ungkapannya: “...Paling bilang makasih aja sih tѐ h sama istri, alhamdulillah sudah
sukses memberik an ASI eksklusif sama anak sambil tersenyum...”
P5
2. Tidak memberikan pujian
Semua partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan tidak pernah memberikan pujian pada istri selama proses menyusui dengan berbagai
alasan. Salah satu partisipan yang bekerja sebagai satpam mengungkapkan bahwa pujian bukanlah merupakan suatu hal yang
penting untuk diungkapkan. Berikut ini ungkapannya: “...Pujian mah nggak penting neng, yang penting tuh tindakannya
sambil tersenyum...” P1
Tiga dari lima partisipan mengungkapan bahwa mereka merasa tanpa mengungkapkan pujian secara verbal, istri sudah memahami dan
mengerti, seperti yang diungkapkan salah satu partisipan berikut ini: “...Kalo ngasih pujian mah saya nggak pernah tѐ h. Lagian pujian
mah gak usah saya ungkapin juga pasti istri udah tau dan ngerti tertawa...” P4
Sedangkan dua dari lima partisipan lainnya menyatakan bahwa mereka bukan orang yang romantis sehingga tidak pernah memberikan pujian
pada istri. Berikut ini ungkapannya:
“...Hehe.. itu mah gak pernah tѐ h. Saya mah bukan orang yang romantis sih...” P2
“...Kalo kayak gitu mah gak pernah mba. Saya bukan orang romantis sih mba, istri juga tau...” P3
Tema 5. Suami memberikan dukungan fisik untuk ibu primipara selama proses pemberian ASI eksklusif
Dukungan fisik dalam penelitian ini merupakan dukungan yang paling banyak diberikan suamiterhadap istri dibandingkan dengan dukungan
lainnya. Bentuk dukungan fisik yang suami berikan diantaranya meliputi: 1 memenuhi kebutuhan nutrisi ibu menyusui, 2 membelikan peralatan
untuk ASI perah, 3 ikut terlibat dalam menjaga dan merawat anak, dan 4
berbagi tugas pekerjaan rumah tangga.
1. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu menyusui
Semua partisipan mengungkapkan bahwa mereka memberikan istri makanan yang sehat dan bergizi agar ASInya berkualitas dan
kesehatan istri tetap terjaga. Berikut salah satu ungkapan dari partisipan yang bekerja sebagai karyawan swasta dan mempunyai
anak berusia 7 bulan: “...Buat kebutuhan istri kalau lagi nyusuin yaa.. paling sih saya
ngasih makanan yang bergizi dan sehat biar ASInya bagus dan banyak, istri juga bisa sehat sambil tersenyum...” P5
2. Membelikan peralatan untuk ASI perah
Salah satu partisipan yang istrinya bekerja mengungkapkan bahwa ia juga membelikan peralatan susu perah untuk istrinya. Berikut ini
ungkapannya:
“...Kalau untuk kebutuhan istri saya menyusui sih paling saya beliin peralatan buat susu perahnya mbakayak alat pompa sama botol buat
ASInya sambil tersenyum ...” P3
3. Ikut terlibat dalam menjaga dan merawat anak
Semua partisipan mengungkapkan bahwa mereka ikut terlibat dalam merawat dan menjaga anak mereka. Berikut ini ungkapan salah satu
partisipan yang bekerja sebagai satpam dan mempunyai anak berusia 11 bulan:
“...Saya suka bantuin istri buat jagain anak. Kalau istri lagi masak atau lagi nyuci, saya yang gantian jagain anak...” P1
Selain itu semua partisipan juga berpandangan bahwa dalam hal merawat anak bukan hanya tugas seorang istri, tetapi adalah tugas
suami dan istri. Berikut ini salah satu ungkapannya: “...Lagian tѐ h kalau ngurus anak mah bukan cuma urusan istri aja,
tapi juga urusan berdua, kan itu anak saya sama istri, jadi harus dua- duanya yang ikutan ngurus anak...
” P5
Tidak hanya itu, semua partisipan juga suka mengajak anak mereka bermain dan jalan-jalan keluar rumah, seperti yang diungkapkan oleh
salah satu partisipan berikut ini: “...Kadang saya suka ajak anak saya maen atau jalan-jalan keluar
biar ibunya bisa istirahat atau masak di rumah, gak digangguin sama anak
...” P4
Empat dari lima partisipan mengungkapkan bahwa mereka suka menggantikan popok bayi mereka. Berikut ungkapan salah satu
partisipan yang bekerja sebagai buruh dan mempunyai anak berusia 8 bulan:
“...Kadang saya bantuin ganti popok sih tѐ h kalo istri lagi repot sambil tersenyum
...” P2
Selain itu juga empat dari lima partisipan mengungkapan bahwa mereka suka membantu menggendong anak mereka, seperti yang
diungkapkan oleh partisipan yang istrinya bekerja berikut ini: “...Yaa.. biasanya sih saya juga gendong anak sambil tersenyum dan
memangku anaknya ...” P3
Salah satu partisipan yang bekerja sebagai satpam dan mempunyai anak berusia 11 bulan mengungkapkan bahwa ia suka ikut membantu
memakaikan pakaian anaknya. Berikut ini ungkapannya: “...Kadang saya bantuin makѐ in baju anak kalo abis mandi...” P1
Dua dari lima partisipan juga mengungkapkan bahwa mereka suka mengajak anak mereka bercanda, seperti yang diungkapkan oleh salah
satu partisipan berikut ini: “...Saya sih biasanya paling ngajakin anak becanda sambil
tertawa...” P5
4. Berbagi tugas pekerjaan rumah tangga
Semua partisipan dalam penelitian ini menyatakan bahwa mereka berbagi tugas pekerjaan rumah tangga dengan istri, seperti yang
diunggkapkan salah satu partisipan berikut ini: “...Kalau saya sama istri sih bagi-bagi tugas buat kerjaan rumah,
kayak misalnya istri yang nyuci baju nanti biasanya saya yang nyetrikain pas sabtu atau minggu...” P5
Semua partisipan menyatakan bahwa mereka membantu istri dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga saat mereka sedang libur kerja
yaitu pada hari sabtu dan minggu. Berikut ini ungkapan salah satu partisipan yang berusia 29 tahun dan bekerja sebagai karyawan
swasta: “..saya suka bantuin istri nyetrika baju sama nyapu kalau lagi libur
pas sabtu- minggu...”P4
Selain itu dua dari lima partisipan ini juga mengungkapkan bahwa mereka suka membantu istri mengerjakan pekerjaan rumah tangga
setelah mereka pulang kerja, seperti yang diungkapkan oleh partisipan yang berusia 33 tahun dan bekerja sebagai satpam berikut ini:
“...Biasanya sih saya suka bantu-bantuin istri kalau saya habis pulang kerja atau kalo lagi libur...” P1
Semua partisipan mengungkapkan bahwa mereka suka membantu istri menyapu dan menyetrika baju. Berikut ini ungkapan salah satu
partisipan yang bekerja sebagai buruh dan berusia 28 tahun: “...Biasanya sih saya suka bantuin nyapu, nyetrika. Kalau masak sih
nggak pernah sambil tertawa...” P2
Salah satu dari partisipan yang bersuku bangsa Jawa dan Betawi serta istrinya bekerja ini mengungkapkan bahwa ia juga suka membantu
istrinya mencuci baju. Berikut ini ungkapannya: “...nyuci baju juga suka bantuin kadang-kadang, soalnya ada mesin
cuci sih mba jadinya gampang..hehe sambil tersenyum...” P3
Tema 6. Suami memberikan dukungan emosional pada ibu primipara selama proses pemberian ASI eksklusif
Dukungan emosional pada penelitian inimencakup empati atau perhatian, kepedulian dan perhatian suami terhadap istri selama memberikan
dukungan ASI eksklusif. Dukungan emosional yang ditunjukkan suami selama proses menyusui secara eksklusif pada istri meliputi: 1 menemani
istri ketika menyusui pada malam hari, 2 mendengarkan keluhan istri, 3 memberikan semangat dan motivasi, 4 memberikan perhatian.
1. Menemani istri ketika menyusui pada malam hari
Semua partisipan menyatakan ketika istri menyusui pada malam hari, mereka ikut bangun dan mendampingi istri mereka. Berikut ini salah
satu ungkapan dari partisipan yang istrinya bekerja sebagai kasir: “...Pasti ikutan bangun mba. Kadang istri juga suka bangunin saya
kalo saya gak bangun minta ditemenin. Atau kadang juga mba, saya yang bangun
duluan, baru saya bangunin istri...” P3
Empat dari lima partisipan mengungkapkan ketika anak bangun dan menangis di tengah malam, mereka tidak membangunkan sang istri
tetapi mencoba menidurkan anak mereka kembali dengan cara menggendongnya. Berikut ini salah satu ungkapan dari partisipan:
“...Kalau anak nangis pas tengah malem kadang saya gendong dulu buat bikin dia tidur lagi, tapi kalo masih nangis baru saya bangunin
istri saya...” P5
Selain itu, sambil mendampingi istri menyusui anak saat malam hari, tiga dari lima partisipan mengungkapkan bahwa mereka suka
menonton TV atau hanya sekedar mengobrol dengan istri, seperti yang diungkapkan oleh salah satu partisipan berikut ini:
“...Kalo saya sih nemenin istri kadang suka sambil nonton TV kalau ada yang seru buat ditonton, tapi kalau gak ada yang seru saya cuma
nemenin istri aja sambil ngobrol- ngobrol paling...” P4
2. Mendengarkan keluhan istri
Semua partisipan menyatakan bahwa mereka suka mendengarkan semua keluhan istri selama proses menyusui eksklusif, seperti
ungkapan dari partisipan yang bersuku bangsa Jawa dan Betawi serta istrinya bekerja:
“...Kalau istri ngeluh sih pasti saya dengerin mba, apalagi kalo ini ada hubungannya sama anak juga.
..” P3
3. Memberikan semangat dan motivasi
Semua partisipan menyatakan bahwa mereka suka memberikan semangat dan motivasi pada istri untuk tetap menyusui eksklusif.
Adapun sebagai berikut ungkapannya:
“...Ibu harus semangat bu. Kalo ibu nggak mau nyusuin lagi, nanti anak kita gimana, k
an kasian kalo anak kita sakit...” P1 “...Mamah yang rajin nyusuin anaknya. Harus tetap semangat buat
nyusuin biar anak kita sehat dan pinter...” P2
“...Ayo mamah pasti bisa. Mamah harus terus semangat ngasih ASInya. Ini kan buat anak kita juga. Nanti pas libur kita refreshing
deh ya...” P3 “...Yaa kudu harus semangat gitu, ya bilang sama istri buat terus
semangat nyusuin anak. Kamu harus semangat buat terus ngasih ASI sama anak biar anak kita sehat terus...” P4
“...Yaa..Kalau saya sih ngesupport istri buat tetap terus nyusuin anak. Saya coba terus buat ngasih semangat sama istri, soalnya ini kan
demi kebaikan buat anak juga...” P5
4. Memberikan perhatian
Semua partisipan mengungkapkan bahwa mereka suka mengingatkan istri untuk istirahat dan tidak terlalu capek, seperti yang diungkapkan
salah satu partisipan yang berusia 33 tahun dan bekerja sebagai satpam berikut ini:
“...Saya suka nyuruh istri saya istirahat dan jangan terlalu capek, terus kerjaannya rumah tangga saya yang gantiin kalo saya nggak
capek juga...” P1
Selain itu, dua dari lima partisipan juga menyatakan bahwa mereka suka mengingatkan istri untuk menjaga kesehatan dan makanannya
selama proses menyusui eksklusif ini. Berikut ungkapan salah satu partisipan yang berusia 28 tahun dan bekerja sebagai buruh:
“Terus saya juga bilang sama istri buat jaga kesehatan juga biar bisa terus nyusuin anak.. Yaa.. terus juga makanannya harus dijaga
juga ...” P2
Salah satu partisipan yang bekerja sebagai satpam dan mempunyai anak berusia 11 bulan mengungkapkan bahwa ia suka memijat istrinya
jika istri merasa lelah selama proses menyusui eksklusif. Berikut ini ungkapnnya:
“...Kalau istri lagi capek, saya suka bantuin pijitin sambil tersenyum...” P1
Dua dari lima partisipan juga suka mengajak istri untuk refreshing saat hari libur kerja, seperti yang diungkapkan oleh partisipan yang
istrinya bekerja berikut ini: “...kadang kalau pas sabtu minggu saya suka ajak istri sama anak
buat refreshing jalan-jalan biar ngilangin penat dan bisa fresh lagi badan sama pikirannya sambil tersenyum...” P3
Tema 7. Hambatan suami dalam mendukung istri menyusui secara eksklusif
Hambatan suami saat memberikan dukungan ASI eksklusif dialami oleh semua partisipan. Hambatan yang dialami suami selama memberikan
dukungan ASI eksklusif pada istri meliputi: 1 puting lecet, 2 tekanan ibu mertua, 3 pengetahuan yang dimiliki masih kurang, 4 pekerjaan suami.
1 Puting lecet
Empat dari lima partisipan menyatakan bahwa istri mereka hampir berhenti menyusui dikarenakan puting susunya lecet, seperti yang
diungkapkan salah satu partisipan berikut ini:
“...Waktu itu sih karena puting susu istri sempet lecet, terus dia agak kesakitan waktu mau nyusuin, mangkanya bilang sama saya mau stop
aja nyusuin...” P5
2 Tekanan ibu mertua
Salah satu partisipan yang berusia 29 tahun dan bekerja sebagai karyawan swasta mengungkapkan bahwa ibu mertua sempat menyuruh
untuk mengganti dengan susu botol dikarenakan ASI yang keluar sedikit. Berikut ini ungkapannya:
“...Hambatan atau kendala yaaa.. hmmm.. apa yaa.. Oh paling ini sih t
ѐ h ibu mertua saya yang awalnya sempet nyuruh pake susu botol karna ASI istri saya dikit yang keluar, terus anaknya nangis mulu
karna mungkin haus juga kali ya t ѐ h, mangkanya istri sempet mau
nyerah juga karna gak tega sama anak yang nangis mulu. tapi alhamdulillah sih t
ѐ h sekarang udah lumayan banyak ASInya...” P4
3 Pengetahuan yang dimiliki masih kurang
Tiga dari lima partisipan juga mengungkapkan bahwa mereka merasa pengetahuan yang dimiliki mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan ASI eksklusif masih kurang, sehingga ketika istri mengalami masalah dengan payudaranya seperti puting susu yang lecet dan
produksi ASI yang sedikit, suami tidak tahu cara mengatasinya. Berikut ini ungkapan salah satu partisipan yang bekerja sebagai
satpam: “...kalau saya sih ngerasa nggak terlalu tahu banyak tentang ASI sih
neng. mangkanya pas istri saya ngeluh mau udahan aja nyusuin anak karna lecet susunya, jadinya sakit kalo nyusuin, saya sempet bingung
nggak tau cara bantuinnya dan jadi kasihan sama istri, tapi akhirnya saya tanya sama ibu mertua saya, terus dikasih tau caranya suruh
pake salep...” P1
4 Pekerjaan suami
Salah satu partisipan yang bekerja sebagai buruh mengungkapkan bahwa pekerjaan menjadi salah satu hambatan dalam memberikan
dukungan ASI eksklusif. Ia mengatakan bahwa pekerjaannya yang tidak tetap waktu serta penghasilannya menyebabkan ia jarang
mendampingi istri saat pemeriksaan kehamilan dan tidak terlalu terlibat dalam pengasuhan bayi. Berikut ini ungkapannya:
“...Kalo hambatan sih paling kerjaan saya kali ya tѐ h tertawa. Kerjaan saya kan nggak tentu waktunya. Saya kan kerja jadi buruh
bangunan, kalau lagi ada proyek kadang kerjanya bisa dari pagi sampe malam, gak pulang bisa seminggu atau dua minggu. Tapi kalau
lagi gak ada proyek, saya libur di rumah. Mangkanya saya nggak pernah ikut nganterin istri ke bidan t
ѐ h waktu istri hamil, paling istri kalo ke bidan dianterin sama t
ѐ tѐ h atau ibu saya. Soalnya pas istri saya ke bidan, pas kadang saya lagi kerja sih...” P2
Tema 8. Suami masih mempercayai mitos-mitos mengenai ASI eksklusif
Semua partisipan percaya bahwa ibu yang sedang menyusui tidak boleh memakan makanan pedas karena ditakutkan anaknya bisa terkena
diare, seperti yang diungkapkan oleh salah satu partisipan yang bekerja sebagai buruh berikut ini:
“...Yaa.. katanya sih gak boleh makan-makanan pedes, nanti anaknya bisa mencret. Mangkanya istri saya cuma makan nasi, sayuran, tempe, tahu
aja...” P2
Tiga dari lima partisipan juga mengatakan bahwa ibu yang sedang menyusui tidak boleh banyak minum air es karena ditakutkan anaknya bisa
terkena flu. Berikut ini ungkapan salah satu partisipan yang istrinya bekerja:
“...Oh ini sih mba, katanya juga gak boleh banyak minum minuman dingin kayak air es. Katanya sih nanti anak bisa sakit flu...” P3
Selain itu, salah satu partisipan yang bekerja sebagai satpam dan berusia 33 tahun ini percaya bahwa posisi tiduran saat menyusui bisa
menyebabkan ASI masuk ke dalam otak anak dan membuat kecerdasan anak menjadi menurun. Berikut ini ungkapannya:
“...Hmm.. pantangan ya neng.. mengkerutkan dahi, terdiam oh itu neng, kalo lagi nyusuin itu nggak boleh sambil tiduran karna nanti ASInya bisa
masuk ke otak anak, ntar anaknya jadi bodoh...” P1
73
BAB VI PEMBAHASAN