Masa Hadhanah HADHANAH DALAM ISLAM

34 b Menurut pasal 105 huruf a Kompilasi Hukum Islam: “pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya”. Dengan demikian jelas bahwa anak yang belum dewasa tidak dapat mempunyai kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum karena itu segala perbuatan yang menyangkut kepentingan anak tetap menjadi tanggung jawab orang tua.

E. Masa Hadhanah

Dalam literatur fiqih disebutkan dua periode bagi anak dalam kaitannya dengan hadhanah, yaitu masa sebelum mumayyiz, dan masa sesudah mumayyiz, periode sebelum mumayyiz adalah dari waktu lahir sampai usia menjelang tujuh tahun atau delapan tahun. Pada masa tersebut pada umumnya seorang anak belum lagi mumayyiz atau belum bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang berbahaya bagi dirinya. 37 Periode yang kedua yaitu periode mumayyiz, yaitu masa dimana usia anak tujuh tahun sampai menjelang baliq berakal. Pada masa ini seorang anak secara sederhana telah mampu membedakan masa yang berbahaya dan mana yang bermanfaat bagi dirinya. 38 37 Ali Abdulloh,”Hadhanah”, artikel ini diakses pada 09 Februari 2011 dari http: aliabdulloh.blogspot.com201001hadhanahhtml. 38 Ali Ab dulloh,”Hadhanah”, artikel ini diakses pada 09 Februari 2011 dari http: aliabdulloh.blogspot.com201001hadhanahhtml. 35 Beberapa ulama madzhab berselisih pendapat mengenai masa asuh anak, karena didalam Al- Qur’an tidak terdapat ayat-ayat dan hadis yang menerangkan tentang masa hadhanah dan juga kapan berakhirnya masa hadhanah seorang anak akibat perceraian, perbedaan tersebut diantara seperti 39 : Imam Syaf i’i berpendapat, tidak ada batasan tertentu bagi asuhan. Anak tetap tinggal bersama ibunya sampai dia bisa menentukan pilihan apakah tinggal bersama ibunya atau ayahnya. Kalau si anak sudah sampai pada tingkat ini, dia disuruh memilih apakah bersama ibu atau ayahnya. Imam Hanafi berpendapat, bahwa masa asuhan tujuh tahun untuk laki-laki, dan Sembilan tahun untuk perempuan. Mereka menganggap bagi perempuan lebih lama, sebab agar dia dapat menirukan kebiasaan-kebiasaan kewanitaan dari perempuan ibu yang mengasuhnya. 40 Imam maliki berpendapat, bahwa masa asuhan, anak laki-laki adalah sejak dilahirkan hingga baligh, sedangkan anak perempuan hingga menikah. Imam hambali berpendapat, bahwa masa asuhan anak laki-laki dua tahun, sedang anak perempuan tujuh tahun, sesudah itu si anak disuruh memilih apakah tinggal bersama ibu atau ayahnya, lalu si anak tinggal bersama orang yang dipilihnya itu. 41 39 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, hal. 417-418 40 Slamet Abidin, Fikih Munakahat 2, Bandung: Pustaka Setia, 1999, hal. 185 41 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, hal. 418 36 Berdasarkan pendapat-pendapat para ulama diatas, tampak bahwa tidak ada ketentuan-ketentuan yang jelas mengenai masa pengasuhan anak hadhanah. Pada umumnya para fukaha sepakat usia pengasuhan anak, dibatasi sampai anak tersebut sudah mencapai usia mumayyiz. Kemudian didalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 47 menjelaskan “anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya. 42 Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam menjelaskan tentang kapan berakhirnya masa hadahanah : 43 a. Di dalam pasal 105 menjelaskan Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya. b. Pasal 98 ayat 1 menjelaskan batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan. Dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 47 menyatakan anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaanya. 42 R. Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: PT.Pradnya Paramita, h. 551 43 Abdurahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia,hal. 137-138 37

BAB III PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR