d. Tipe D Sindrom Pramenstruasi tipe D depression ditandai dengan
gejala rasa depesi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata. Biasanya sindrom
pramenstruasi tipe D berlangsung bersamaan dengan tipe A. Sindrom pramenstruasi tipe D disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.
E. Dampak Sindrom Pramenstruasi
Bagi beberapa wanita gejala sindrom pramentruasi dapat terjadi cukup parah, sehingga dapat menimbulkan dampak yang merugikan.
Umumnya dampak dari sindrom pramenstruasi tersebut adalah gangguan aktivitas harian seperti penurunan produktivitas kerja, sekolah, dan
hubungan interpersonal penderita Wiknjosastro, 2006. Dari segi aktivitas harian, penelitian membuktikan bahwa sebanyak
17 dari penderita sindrom pramenstruasi merasakan dampak klinis yang signifikan pada ADL activities daily life dan 9 yang terkena dampak
serius terhadap ADL Dennerstein dkk, 2010. Sedangkan dari segi produktivitas, penelitian yang dilakukan Borenstein 2004 menemukan
bahwa penurunan produktivitas lebih banyak dialami oleh penderita sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan bukan penderita sindrom
pramenstruasi, yang dikaitkan dengan keluhan sulit berkonsentrasi, menurunnya antusiasme, menjadi pelupa, mudah tersinggung, dan labilitas
emosi Borenstein dkk, 2004.
Kemudian khusus untuk para remaja putri yang bersekolah, sindrom pramenstruasi dapat mengganggu kualitas kesehatan,
konsentrasi, prestasi, dan keaktifan kegiatan belajar di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Delara dkk 2012 menunjukkan bahwa
siswi dengan gangguan pramenstruasi mengalami beberapa penurunan, seperti : kondisi mental, vitalitas, peran fisik, fungsi sosial, dan
kesehatan secara keseluruhan.
F. Faktor yang berhubungan dengan Sindrom Pramenstruasi
Secara umum diketahui bahwa ada beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan sindrom pramenstruasi, yaitu faktor hormonal, faktor
kimiawi, faktor genetik, faktor psikologi, dan faktor gaya hidup Wiknjosastro, 2006.
a. Faktor Hormonal Hormon merupakan senyawa khas yang dihasilkan oleh organ
tubuh, yang bekerja dalam memacu fungsi organ tubuh tertentu sehingga akan terlihat hasilnya Sherwood, 2011. Dalam beberapa
literatur yang ada, dikatakan bahwa faktor hormon adalah faktor yang paling utama yang dapat menyebabkan sindrom pramenstruasi, yaitu
akibat adanya ketidakseimbangan kerja dari hormon estrogen dan progesteron Dickerson dkk, 2003. Teori lain menunjukkan bahwa
ternyata, adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal
dari siklus
menstruasi akan
menyebabkan sindrom
pramenstruasi. Kadar hormon estrogen dalam darah yang meningkat dapat menyebabkan gejala depresi dan beberapa gangguan mental.