Keaslian Penulisan Metode Penelitian

Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 dalam penyelenggaraan Pendaftaran Tanah. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Huku m di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, disamping sebagai sumbangsih ilmiah pada almamater khususnya dalam bidang Agraria. Dengan uraian ini penulis berharap kiranya dapat memberi manfaat bagi kita semua terutama tentang BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT dalam penyelenggaraan pendaftaran tanah demi menjamin kepastian hukum hak atas tanah.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini oleh penulis adalah hasil pemikiran penulis sendiri. Skripsi ini belum pernah ada yang membuat. Bilamana sudah ada, maka saya sebagai penulis skripsi ini sangat yakin bahwa substansi pembahasannya pasti berbeda. Dalam skripsi ini, pembahasannya diarahkan kepada kinerja sebuah Badan Pertanahan Nasional khususnya untuk wilayah Sumatera Utara. Kinerja yang dimaksud adalah menyangkut penyelenggaraan pendaftaran tanah, apa saja hambatan yang dihadapi dan bagaimana upaya penanggulangan yang dilakukan. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

a. Pengertian “Kinerja”

Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009

b. Pengertian “Tanah”

Dalam Hukum Tanah kata sebutan “tanah” dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA. Dalam Pasal 4 dinyatakan, bahwa Atas dasar hak menguasai dari Negara….. ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang….. Dengan demikian jelaslah, bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi ayat 1. Sedang hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang berbatas berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar. 5

c. Tinjauan Umum tentang Hak Atas Tanah

Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang memiliki batas tertentu. Diatas bidang tanah tersebut terdapat hak atas tanah baik yang dimiliki secara perorangan maupun badan hukum. Hak atas tanah adalah hak sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 16 UUPA. 6 Penggolongan tanah bila dilihat dari status hukumnya, terdapat dua status hukum di Indonesia yaitu Bukan Tanah Negara yaitu semua tanah yang dikuasai orang berdasarkan hak milik dan Tanah Negara yaitu semua tanah yang langsung dikuasai oleh negara meliputi tanah-tanah yang tidak bertuan disebut Tanah 5 Harsono., Boedi., Hukum Agraria Indonesia., Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria., Isi Dan Pelaksanaanya., Jilid I Hukum Tanah Nasional, Jambatan, Jakarta, hal 18 6 Sangsun., Florianus SP., Tata Cara Mengurus Sertifikat Tanah, Visimedia, Jakarta, 2007, Hal. 5 Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 Negara Tak Bebas . 7 Hak-hak atas tanah menurut ketentuan Pasal 16 ayat 1 UUPA terdiri dari Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil hutan, dan hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang ditetapkan melalui undang-undang, serta hak- hak yang sifatnya sementara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 53 ayat 1 UUPA yaitu Hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang, hak sewa tanah pertanian. Hak-hak tersebut diusahakan hapus dalam waktu singkat. Tanah-tanah yang termasuk golongan tanah negara tak bebas adalah tanah negara bebas yang sudah diberikan kepada seseorang dengan Hak Guna Usaha ataupun Hak Guna Bangunan; tanah negara bebas yang sudah diberikan kepada badan-badan atau instansi-instansi dengan hak pakai dan tanah-tanah kepunyaan masyarakat yang hak-haknya belum dikonversikan diubah menjadi hak-hak yang diakui oleh undang-undang. Dengan dasar pandangan ini, maka segala hak tanah yang diakui oleh Undang-undang seperti Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha adalah sejumlah hak tanah yang diberikan oleh Negara kepada setiap warga Negara Indonesia. Jenis-jenis hak ini dapat dialihkan seperti dalam bentuk jual-beli dan sewaktu-waktu dapat digugurkan karena berhadapan dengan pembangunan bagi kepentingan umum. 8

d. Tinjauan Umum tentang Pendaftaran Tanah

7 Bachriadi., Dianto; Faryadi., Erpan Setiawan., Bonnie; Reformasi Agraria; Perubahan Politik, Sengketa dan Agenda Pembaruan Agraria di Indonesia , Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI Universitas Indonesia, Jakarta, 1997, Hal.195 8 Sangsun., Florianus SP., Loc. Cit., hal 5 Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 1. Pengertian Pendaftaran Tanah Pendaftaran berasal dari kata cadastre bahasa Belanda kadaster suatu istilah teknis untuk suatu record rekaman menunjuk kepada luas, nilai dan kemilikan misalnya atas sebidang tanah. Kata ini berasal dari bahasa Latin “capitastrum” yang berarti suatu register atau kapita atau unit yang diperbuat untuk pajak tanah Romawi Capotatio Terreus. Dalam artian yang tegas cadastre adalah record rekaman daripada lahan, nilai daripada tanah dan pemegang haknya dan untuk kepentingan perpajakan

2. Peraturan-peraturan dalam hal Pendaftaran Tanah

a. Undang Undang Pokok Agraria No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria b. Undang Undang Nomor 21 Tahun 1997 jo. Nomor 20 Tahun 2000 Tentang BPHTB c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang HGU, HGB dan Hak Pakai d. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah e. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak Diberlakukan Di Kantor Pertanahan f. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah g. Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional h. Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pelaksanaan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah i. Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pelimpahan wewenang pemberian dan pembatalan keputusan dan Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 pemberian hak atas tanah Negara j. Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tatacara pemberian dan pembatalan hak atas tanah Negara dan HPL k. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Organisasi dan tata kerja Kanwil BPN dan kantor pertanahan 3. Tujuan Pendaftaran Tanah Melalui ketentuan pokok pada pasal 19 ayat 1 UUPA ditegaskan bahwa tujuan pendaftaran tanah adalah untuk menjamin kepastian hukum diseluruh wilayah Indonesia. Tujuan pokok tersebut dijabarkan lebih lanjut pada pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 sebagai berikut: Pendaftaran tanah bertujuan: 9 Sebagai ilustrasi A.P. Parlindungan 1990: 6-7 menyatakan bahwa dalam kalangan para ahli disebutkan pendaftaran itu bertujuan untuk baik kepastian hak seseorang, pengelakan suatu sengketa perbatasan karena ada surat ukurnya yang a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan; b. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar; c. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Tujuan untuk memberikan kepastian hukum itu kepada pemegang hak atas tanah dapat diukur dari kekuatan hukum pembuatan sertifikat sebagai alat pembuktian yang kuat, kebenaran dari data dan kesempatan penuntutan dari pihak-pihak lain yang merasa berhak atas tanah tersebut. 9 Siregar., Tampil Anshari., Pendaftaran Tanah Kepastian Hak, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, Hal. 35 Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 teliti dan cermat dan juga untuk penetapan suatu perpajakan. Namun dalam konteks yang lebih luas lagi pendaftaran itu selain memberi informasi mengenai kemampuan apa yang terkandung didalamnya dan demikian pula informasi mengenai bangunan sendiri, harga bangunan dan tanahnya dan pajak yang ditetapkan untuk tanah dan bangunannya. Hal inilah yang merupakan usaha yang lebih modern dari suatu pendaftaran tanah yang komperehensif, yang kita kenal dengan Land Information System, kadangkala juga disebut Gegraphic Information System. 4. Objek Pendaftaran Tanah Objek Pendaftaran Tanah menurut Pasal 9 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 meliputi: a. bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai b. tanah hak pengelolaan c. tanah wakaf d. hak milik atas satuan rumah susun, e. hak tanggungan f. tanah negara Untuk memperjelas pengertian mengenai obyek pendaftaran tanah, ketentuan –ketentuan pokok yang berkaitan dengan hal tersebut diuraiakan sebagaimana berikut: a. Hak Milik Pasal 20 ayat 1 UUPA memberikan pengertian tentang Hak Milik sebagai berikut: hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat fungsi sosial. Kata-kata “terkuat” dan “terpenuh” itu tidak berarti bahwa hak milik itu merupakan hak mutlak yang tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat, melainkan dibatasi oleh pengertian Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 dan isi fungsi sosial hak atas tanah. 10 Kata-kata terkuat dan terpenuh itu untuk membedakannya dengan hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan lain sebagainya, yaitu untuk menunjukkan bahwa diantara hak-hak atas tanah yang dapat dipunyai orang, hak miliklah yang “ter” paling kuat dan penuh. 11 Hak Milik atas tanah berdasarkan UUPA tidak sama dengan hak eigendom berdasarkan BW atau sekalipun hampir sama dengan hak milik menurut Hukum Adat. Perbedaan dimaksud tidak lain bahwa hak milik berdasarkan UUPA tidak diperkenalkan sebagai hak kebendaan dimana dalam pemegang haknya berada keleluasaan mengambil nikmat dengan lebih mengutamakan kepentingan individu si pemilik dari kepentingan sosial masyarakat, demikian pula hak milik berdasarkan UUPA itu tidak melekat atasnya hak ulayat sebagaimana pada Hukum Adat tetapi hak menguasai negara. 12 Ciri Hak Milik sebagaimana disebut pada pasal 20 UUPA adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang mempunyai fungsi sosial. Dalam Berhubung sampai saat ini ketentuan-ketentuan tentang hak milik belum diatur dengan Undang-undang sebagaimana perintah Pasal 50 UUPA maka untuk mencermati hal-hal yang berkaitan dengan hak milik itu belum dapat dilakukan rinci apalagi disebutkan pada pasal 56 UUPA bahwa sebelum Undang- Undang Hak Milik itu terbentuk maka yang berlaku adalah ketentuan-ketentuan hukum adat setempat yang memberi wewenamg sebagaimana atau mirip dengan yang dimaksud dalam pasal 20 UUPA sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan UUPA. 10 Parlindungan., A.P., Komentar Atas UUPA, Mandar Maju, Bandung, 1991, Hal. 87 11 Parlindungan., A.P., Ibid. hal 112 12 12 Siregar., Tampil Anshari., Op. cit Hal 41. Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 pengertian, jika dibanding dengan hak lain, hak milik itulah yang lebih kuat dan penuh. Hal itu terlihat dalam wujud konkritnya bahwa hak milik itu penggunaannya lebih luas, nilai tanggungannya lebih tinggi jika dijadikan sebagai obyek hak tanggungan, pembayaran ganti kerugiannya akan lebih besar jika menjadi obyek pencabutanpelepasan hak dan nilai jualnyapun lebih mahal serta haknya tetap penuh tidak dipengaruhi oleh waktu penggunaannya. Bahkan diatas tanah hak milik itu berdasarkan kesepakatanperjanjian otentik dapat diterbitkan hak lain seperti hak guna bangunan, hak pakai atau hak sewa yang diberikan kepada subyek lain yang memenuhi syarat. Subyek dari hak milik sebagaimana ditetapkan pada pasal 21 UUPA harus memenuhi azas kebangsaan prinsip nasionalitas yaitu warga negara Indonesia tunggal dan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia badan hukum Indonesia tertentu saja berdasrkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 1963 yaitu Bank-bank negara, badan koperasi pertanian, lembaga sosial dan lembaga keagamaan. Hak milik harus didaftarkan di Kantor Pertanahan baik pendaftaran yang pertama kali maupun pendaftaran mutasi dan pengikatan jaminan dengan hak tanggungan. Hak milik hapus apabila: a. tanah jatuh pada negara, hal ini disebabkan oleh: 1. karena pencabutan hak untuk kepentingan umum 2. karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya 3. karena ditelantarkan Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 4. karena ketentuan pasal 21 ayat 3 UUPA yang pada pokoknya berisi bahwa setiap orang asing yang sesudah berlakunya UUPA jika memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa surat wasiat atau pencampuran harta perkawinan demikian pula WNI yang mempunyai hak milik dan setelah berlakunya UUPA maka hak miliknya wajib dilepaskan dalam jangka waktu 1 satu tahun sejak diperolehnya hak milik tersebut. 5. karena ketentuan pasal 26 ayat 1 UUPA yang pada pokoknya berisi setiap perbuatan-perbuatan yang dimaksud langsung atau tidak langsung memindahkan hak milik kepada orang asing atau badan hukum selain yang telah ditentukan pemerintah adalah batal karena hukum. Perbuatan ini misalnya jual-beli, hibah, pemberian wasiat dan lain-lain. b. karena tanahnya musnah. b. Hak Guna Usaha HGU Menurut pasal 28 ayat 1 dan 2 dan pasal 29 UUPA, pengertian hak guna usaha adalah hak untk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu paling lama 25 tahun atau 35 tahun yang bila diperlukan masih dapat diperpanjang lagi dengan 25 tahun, guna pengusahaan pertanian, perikanan atau peternakan dan luasnya paling sedikit adalah 5 Ha. Untuk memenuhi pasal 50 ayat 2 UUPA mengenai ketentuan lebih lanjut dari HGU, maka pemerintah telah menerbitkan PP No. 40 tahun 1996 yang mengatur tentang Hak-hak atas Tanah hak guna Usaha, Hak Guna Bangunan, hak Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 pakai. Yang dapat menjadi pemegang hak guna usaha adalah: a. Warga Negara Indonesia tunggal b. Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia Hak Guna Usaha hanya dapat diberikan atas tanah yang dikuasai langsung oleh negara, sehingga HGU tidak dapat terjadi atas suatu perjanjian antara pemilik atas tanah milik oranglain. Alas Hak dari HGU berasal dari suatu Surat Keputusan pemberian Hak Guna Usaha oleh Kepala BPN. Menurut pasal 34 UUPA, HGU hapus apabila: a. jangka waktunya berakhir b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir, karena suatu syarat yang tidak dipenuhi c. dilepaskan oeh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir d. dicabut untuk kepentingan umum e. ditelantarkan f. tanahnya musnah g. karena ketentuan pasal 30 ayat 2 UUPA yang intinya bahwa orang atau badan hukum yang mempunyai HGU tidak lagi memenuhi syarat-syarat tersebut, wajib melepaskan atau mengalihkan kepada pihak lain yang memenuhi syarat dalam Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 jangka waktu satu tahun. c. Hak Guna Bangunan HGB Pasal 35 UUPA menyebutkan bahwa HGB adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan, jangka waktu paling lama 20 tahun. Hak Guna Bangunan diatur dalam pasal 35 sampai dengan pasal 40 UUPA, HGB ini juga diatur mulai dari pasal 38 PP No. 40 tahun 1996. Hak Guna Bangunan dimiliki oleh : a. WNI Tunggal b. Badan Hukum yang didirikan menurut Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia Hak Guna Bangunan dapat terjadi diatas tanah yang dikuasai negara dan juga di atas tanah milik oranglain. Terjadinya HGB apabila diatas tanah negara kemudian harus melalui suatu Penetapan Pemarintah sedangkan apabila terjadi diatas tanah hak milik oraglain maka terlabih dahulu harus didasarkan pada perjanjian. Hak guna bangunan hapus karena : h. jangka waktunya berakhir i. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir, karena suatu syarat yang tidak dipenuhi j. dilepaskan oeh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir k. dicabut untuk kepentingan umum Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 l. ditelantarkan m. tanahnya musnah n. karena ketentuan pasal 36 ayat 2 UUPA yang intinya bahwa apabila pemegang hak tidak memenuhi syarat prinsip nasionalitas, maka dalam tempo satu tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat, dengan ancaman tanahnya hapus karena hukum. d. Hak Pakai Hak Pakai diatur dalam pasal 41 sampai pasal 43 UUPA dan diatur lebih lanjut dalam pasal 39 sampai pasal 58 PP No. 40 tahun 1996. Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan UUPA. Hak pakai dapat dibedakan atas hak pakai privat dan hak pakai publik khusus. Hak pakai mempunyai right to use untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai oleh negara atau dari tanah yang dikuasai oleh seseorang dengan hak milik. Subjek hukum hak pakai privat adalah WNI dan badan hukum Indonesia dengan pengecualian orang asing orang asing penduduk Indonesia dan badan Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 hukum asing yang ada izin operasionalnya. Hak pakai privat dapat beralih dan dialihkan serta dapat diikat dengan hak tanggungan pasal 53-54 PP No. 40 tahun 1996. Subjek hukum hak pakai publik yaitu: 1 Public Rechtlijk yang meliputi departemen, lembaga pemerintahan non departemen , pemerintah daerah dan lain-lain; 2 Publick Rechtlijk Internasional yang meliputi perwakilan negara-negara asing ; 3 Publick Rechtlijk Agama sosial yang meliputi lembaga-lembaga keagamaan dan lembaga-lembaga sosial ; Hak pakai publik khusus mempuyai right to use untuk mempergunakan tanah untuk pelaksanaan tugasnya yang berasal dari tanah yang dikuasai oleh negara. Hak pakai tidak mempuyai jangka waktu yang berbatas selama masih digunakan sesuai dengan peruntukannya. e. Hak Pengelolaan Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya pasal 1 angka 2 PP No. 46 tahun 1996. didalam pasal 2 ayat 4 UUPA ditegaskan bahwa hak menguasai dari negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah. f. Tanah Wakaf Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah pasal 1 butir 1 UU No. 41 tahun 2004. Jika seseorang telah mewakafkan tanah hakm miliknya naka dengan sendirinya berakhirlah hak dan kewajiban si wakif terhadap tanah tersebut, tidak lagi sebagaimana tanah tersebut sebagai miliknya. Hak itu beralih kepada Nadzir oengurus dan pemelihara tanah wakaf. Dan beriringan dengan hal tersebut tanah wakaf tidak dapat dialihkan lagi, beralih maupun dijadikan obyek hak tanggungan atau jaminan hutang sebagaimana pada saat tanah itu masih hak seseorang atau badan hukum. g. hak milik atas satuan rumah susun Pemilikan atas satuan rumah susun merupakan satu kesatuan dengan tanahnya dan dengan adanya bukti pemilikan tersebut maka satuan rumah susun dapat dijadikan jaminan hutang yang tunduk kepada ketentuan Undang-undang no. 4 tahun 1996. Didalam Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 14 tahun 1975 ditegaskan bahwa kepada setiap pemegang hak atas tanah kepunyaan bersama dapat diberi sertifikat sebagai tanda bukti hak atas masing-masing dan jumlah sertifikat yang diterbitkan sebanyak-banyaknya sama dengan jumlah pemegang hak bersama atas tanah tersebut . Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 h. hak tanggungan Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakn kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya pasal 1 angka 1 UU No. 4 tahun 1996. Hak atas tanah yang dimaksud adalah sebagaimana dalam pasal 16 ayat 1 UUPA yang tidak bersifat limitatif itu. i. tanah negara Tanah negara yang biasa disebut tanah yang dikuasai langsung oleh negara adalah pengelompokkan status tanah yang dikenal sejak berlakunya UUPA. Tanah negara berdasarkan konsep UUPA ini berbeda dengan tanah negara atau lebih tepat disebut tanah milik negara berdasarkan konsep Hukum Perdata Barat BW yang berlaku pada zaman penjajahan Belanda. Dalam hal tanah Negara sebagai obyek pendaftaran tanah, pendaftarannya dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah yang merupakan tanah Negara dalam daftar tanah.

e. Peralihan Hak atas Tanah

Hak atas tanah mempunyai peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Dengan Undang-Undang Pokok Agraria UUPA No. 5 tahun 1960 No. 104 telah menentukan bahwa tanah-tanah di seluruh Indonesia harus diinventariskan. Pasal 19 1 UUPA No. 5 tahun 1960 berbunyi: “Untuk Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 menjamin kepastian hukum oleh Pemeintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”. Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah PP No. 10 tahun 1961 Lembaran Negara 1961 No. 28 tentang Pendaftaran Tanah 13 Sebelum Undang-Undang Pokok Agraria berlaku terdapat adanya dualisme dalam hukum, karena ada hak yang berstatus hak Barat, yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata BW seperti Eigendom, Erfpacht, dan sebagainya. Peralihan haknya dilakukan di hadapan Notaris. Sedang hak-hak yang diatur dengan Hukum Adat hak-hak adat, seperti tanah yang dilakukan oleh Kepala Desa. Dengan UUPA ini maka dualisme dalam hukum dihapus, dengan “Dasar kesatuan Hukum: Anti Dualisme”, karena oleh pembuat UUPA banyak yang dijelaskan bahwa sifat dualisme itu adalah akibat dari politik hukum pemerintahan jajahan. . 14 1. jual-beli; Dengan berlakunya UUPA, maka dualisme dalam pertanahan dihilangkan. Semua peralihan atas hak tanah dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah. Peralihan-peralihan Hak yang harus dilakukan di hadapan seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah ialah: 2. hibah; 3. tukar-menukar; 4. pemisahan dan pembagian biasa; 13 Sutomo., Pedoman Jual Beli Tanah Peralihan Hak Sertifikat, Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya, Malang, 1981, Hal. 15 14 Gautama., Sudargo., Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni, Bandung, 1973, hal. 13 Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 5. pemisahan dan pembagian harta warisan; 6. penyerahan hibah wasiat; 7. hipotik; 8. credit verband;

f. Tinjauan Umum Tentang Lembaga Badan Pertanahan Nasional RI

1. Pengertian Lembaga BPN RI Badan Pertanahan Nasional BPN adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. Sesuai dengan Perpres No. 10 Tahun 2006

2. Stuktur Organisasi BPN RI

Setelah sebelumnya tugas keagrariaan diselenggarakan oleh suatu Kementerian berdasarkan Undang-undang No.7 tahun 1958, maka berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 63 tahun 1966, tugas keagrariaan dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri ditingkatkan menjadi Badan Pertanahan Nasional yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang bertanggungjawab kepada Menteri Sekretaris Negara dengan susunan organisasi sebagaimana ditetapkan oleh Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 11BPN1988. 15 Di tingkat daerah dibentuk organisasi Kantor Wilayah BPN untuk Tingkat Provinsi dan Kantor Pertanahan untuk Tingkat KabupatenKotamadya, 15 Murad., Rusmadi., Administrasi Pertanahan Pelaksanaannya dalam Praktek, Mandar Maju, Bandung, 1997, hal. 6 Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 berdasarkan Keputusan Kepala BPN Nomor 1 tahun 1989. 16 Sebagai instansi vertikal, BPN RI memiliki unit kerja di hampir semua tingkatan wilayah administrasi pemerintahan Pusat, Provinsi danKabupatenKota. Secara organisatoris, seluruh provinsi telah memiliki unit kerja Kantor Wilayah Kanwil, namun sampai dengan bulan Juni tahun2006, belum semua Kanwil BPN Provinsi memiliki gedung kantor sendiri khususnya pada Kanwil BPN Provinsi hasil pemekaran wilayah. Sebagianlainnya, dalam kondisi yang kurang baik, sampai dengan rusak. Di hampir semua kabupatenkota telah dibentuk Kantor Pertanahan, namun sebagianbelum memiliki gedung kantor sendiri. Hampir 70 diantaranya dalam kondisi rusak ringan, sedang, sampai rusak berat. Sebagai unit pelayananlangsung kepada masyarakat, kondisi ini sangat memprihatinkan.Mengingat hanya dokumen pertanahan yang berbahan dasar kertas paper base, dalam berbagai jenis dan ukuran masih merupakan alat bukti yangdiakui oleh pengadilan. Tempat penyimpanan dokumen merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi pelaksanaan tugas pertanahan. Sampai saat ini barusekitar 10 Kantor Pertanahan yang telah memiliki tempat penyimpanan Dengan demikian maka selain fungsi dan tugas pokoknya masih relatif sama dengan Direktorat Jenderal Agraria, tetapi hubungan kerja dengan Menteri dalam Negeri, Gubernur dan BupatiWalikota berubah, yang semula sebagai instansiaparat dekonsentrasi, sekarang menjadi Instansi Vertikal dengan hubungan koordinasi sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1988. 16 Ibid. Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 dokumen gedung arsip pertanahan yang layak. Alat ukur dan perekam data lapangan, sarana dan alat pengolah data serta sarana mobilitas, merupakan unsur lain yang menentukan kinerja BPN RI. Berdasarkan kondisi yang ada, sebagian besar sarana penunjang kerja khususnya alat ukur dan perekam data lapangan, perlu diganti dengan peralatan baru. Demikian juga halnya dengan sarana mobilitas.Peta dasar skala besar dan titik dasar teknis jejaring geodetic nasional, adalah infrastruktur utama pelaksanaan tugas BPN RI. Saat ini, baru sebagiankecil wilayah daratan diluar kawasan hutan yang telah tersedia peta dasar. Sebaran titik dasar teknis pun baru meliputi sebagian kota kabupaten. 3. Tugas Pokok dan Fungsi BPN RI Tugas Pokok dan Fungsi BPN RI adalah sebagai berikut: 1. Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. 2. Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral.Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPN RI melaksanakan fungsi: a. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan; b. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan; c. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan; d. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan; Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 e. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di bidang pertanahan; f. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum; g. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah; h. pelaksanaan penatagunaan tanah, reforma agraria dan penataan wilayah-wilayah khusus; i. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai danatau milik negara daerah bekerjasama dengan Departemen Keuangan; j. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah; k. kerja sama dengan lembaga-lembaga lain; l. penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan; m. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan; n. pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang pertanahan; o. pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan; p. penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; q. pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan; r. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan; s. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang pertanahan; Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 t. pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, danatau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; u. fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku. 4. Visi dan Misi BPN RI

a.Visi

Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia. b. Misi Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk: a. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan; b. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah P4T; Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 c. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari; d. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat; e. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas. Hal yang lebih penting lagi, bahwa tanah merupakan perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia, oleh karena itu perlu dikelola secara Nasional dengan tetap menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam tataran empiris, kebijakan yang bersifat nasional tersebut tidak pula meninggalkan norma yang tumbuh dan berkembang dalam komunitas tertentu seperti masyarakat hukum adat yang eksistensinya masih ada di beberapa daerah tertentu seperti Sumatera Barat, Propinsi Papua dan beberapa daerah lain di luar Pulau Jawa. Dalam Negara Kesatuan RI satu-satunya lembaga atau institusi yang sampai saat ini diberikan kewenangan kepercayaan untuk mengemban amanah dalam mengelola bidang pertanahan adalah Badan Pertanahan Nasional Republik Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 Indonesia BPN-RI. Pasal 2 Peraturan Presiden Perpres No 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional menyebutkan bahwa Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Oleh karena itu, maka BPN-RI dengan mandat baru tersebut, ke depan harus mampu memegang kendali perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan , kebijakan teknis, perencanaan dan program, penyelenggaraan pelayanan administrasi pertanahan dalam rangka menjamin kepastian hukum hak atas tanah, penatagunaan tanah, reformasi agraria, penguasaan dan pemilikan hak atas tanah, termasuk pemberdayaan masyarakat. Bahkan Institusilembaga ini salah satu misi nya adalah melakukan pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang pertanahan. 17 17 www.bpn.,go.id Sebagai wujud keinginan dan kepedulian Pemerintah untuk menangani konflik dan sengketa pertanahan yang mempunyai implikasi langsung terhadap korban di bidang pertanahan, maka dalam pembentukan BPN-RI dengan visi dan misi yang baru, di BPN Pusat telah dibentuk Deputi IV Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan Pasal 343 Peraturan Kepala BPN No 3 Tahun 2006. Yang selanjutnya di tingkat Propinsi yaitu pada Kantor Wilayah BPN dibentuk Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan , sedangkan di tingkat Kabupaten Kota, yaitu pada setiap Kantor Pertanahan Kabupaten Kota dibentuk Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara Pasal 4 dan 27, 32, dan 53 Peraturan Kepala BPN No 4 Tahun 2006. Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 Sementara untuk mewujudkan visi dan misi BPN-RI yang baru tersebut, Kepala BPN-RI Joyo Winoto, telah menetapkan sebelas agenda kegiatan, yaitu: 1 Membangun kepercayaan masyarakat pada BPN; 2 Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah, serta sertifikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia; 3 Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah; 4 Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam dan daerah-daerah konflik di seluruh tanah air; 5 Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis; 6 Membangun Sistem Infomasi dan Manajemen Pertanahan Nasional SIMTANAS dan Sistem keamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia; 7 Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat; 8 Membangun database penguasaan dan pemilikan tanah skala besar; 9 Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan pertanahan yang telah ditetapkan; 10 Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional; dan 11 Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum, dan kebijakan pertanahan. Dalam konteks kebijakan pertanahan nasional, sebelas agenda di atas tidak menegasikan wacana kedaerahan regional untuk menggali kearifan lokal dalam penyelesaian sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang terdapat di beberapa Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 daerah di Indonesia, dalam bingkai Negara Kesatuan RI. Sebagai contoh, telah dituangkannya substansi pengaturan bidang pertanahan pada Pasal 213 UU No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

F. Metode Penelitian

Penentuan metode penelitian yang akan digunakan merupakan langkah berikutnya setelah pemilihan dan analisis masalah. Pemakaian metode ini penting supaya masalah-masalah tadi terjawab dengan tepat. Metode penelitian hukum yang digunakan yakni : a. Jenis Penelitian Metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian hukum empiris yang meliputi pendekatan hukum normatif dan pendekatan hukum sosiologis. Dalam hal pendekatan hukum normatif penulis melakukan penelitian terhadap peraturan Perundang-undangan dan bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan skripsi ini. Pendekatan ini dilakukan demi memperoleh data sekunder. Sedangkan pendekatan secara sosiologis dilakukan demi memperoleh data primer yaitu dengan melakukan penelitian dan wawancara langsung kepada Kepala Seksi Penetapan Hak Tanah Perorangan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Sumatera Utara. Dalam menganalisa data yang diperoleh, maka penulis menggunakan analisis kualitatif. b. Alat Pengumpulan Data Dalam hal ini penulis menggunakan dua cara dalam memperoleh data-data Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 yang diperlukan sehingga isi skripsi ini dapat terungkap dengan jelas, kedua cara yang dimaksud adalah: 1. Penelitian Kepustakaan Library Research Dalam rangka pengumpulan data-data melalui penelitian kepustakaan maka penulis meneliti melalui sumber bacaan yang berhubungan dengan judul skripsi ini, yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisa masalah-masalah yang dihadapi. Penelitian yang dilakukan dengan membaca serta menganalisa peraturan perundang- undangan maupun dokumentasi lainnya seperti: karya ilmiah para sarjana, majalah, surat kabar, internet maupun sumber teoritis lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi yang penulis ajukan. 2. Penelitian Lapangan Field Research Kegiatan ini penulis lakukan dengan cara turun langsung ke lapangan sasaran penelitian. Pengumpulan bahan-bahan di lapangan untuk memperoleh data yang akurat, diperlukan informasi langsung dengan mempergunakan instrumen penelitian sebagai berikut: a. Wawancara interview, yaitu: mengadakan tanya-jawab dengan pejabat-pejabat instansikantor yang ada hubungannya dengan penelitian ini yaitu antaralain dengan aparat BPN Badan Pertanahan Nasional untuk wilayah Sumatera Utara. b. Observasi pengamatan, yaitu: penelitian dengan cara melakukan pengamatan atau pencatatan secara sistematis terhadap objek yang Maria Margaretha : Kinerja BPN Provinsi Sumatera Utara SUMUT Dalam Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Demi Menjamin Kepastian Hukum Dan Hak Atas Tanah Studi Kasus : Kantor Wilayah BPN SUMUT, 2008. USU Repository © 2009 diteliti. 3. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dalam hal ini dalam rangka memperoleh data dan keterangan yang berkaitan dengan kinerja Badan Pertanahan Nasional Wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam hal Pendaftaran Tanah. Sesuai dengan data-data yang telah dikumpulkan oleh penulis kemudian disajikan sebagai gambaran dari keadaan yang sebenarnya deskriptif dengan berpedoman kepada bentuk metode penelitian karya ilmiah yang kiranya dapat diterima oleh semua pihak.

G. Sistematika Penulisan

Dokumen yang terkait

Kepastian Hukum Bagi Bank Sebagai Kreditur Atas Tanah Yang Belum Terdaftar Sebagai Agunan Pada PT. Bank SUMUT Cabang Gunung Tua

0 53 116

Kepastian Hukum Bagi Bank Sebagai Kreditur Atas Tanah Yang Belum Terdaftar Sebagai Agunan Pada PT. Bank SUMUT Cabang Gunung Tua

0 30 116

Kajian Hukum Eksekusi Hak Tanggungan atas Tanah dalam Rangka Menjamin Kepastian Hukum kepada Kreditur, (Studi Kasus pada PT Bank SUMUT KCP Sosa Kabupaten Padang Lawas)

0 11 107

Kajian Hukum Eksekusi Hak Tanggungan atas Tanah dalam Rangka Menjamin Kepastian Hukum kepada Kreditur, (Studi Kasus pada PT Bank SUMUT KCP Sosa Kabupaten Padang Lawas)

0 0 6

Kajian Hukum Eksekusi Hak Tanggungan atas Tanah dalam Rangka Menjamin Kepastian Hukum kepada Kreditur, (Studi Kasus pada PT Bank SUMUT KCP Sosa Kabupaten Padang Lawas)

0 0 1

Kajian Hukum Eksekusi Hak Tanggungan atas Tanah dalam Rangka Menjamin Kepastian Hukum kepada Kreditur, (Studi Kasus pada PT Bank SUMUT KCP Sosa Kabupaten Padang Lawas)

0 1 13

Kajian Hukum Eksekusi Hak Tanggungan atas Tanah dalam Rangka Menjamin Kepastian Hukum kepada Kreditur, (Studi Kasus pada PT Bank SUMUT KCP Sosa Kabupaten Padang Lawas)

0 0 39

Kajian Hukum Eksekusi Hak Tanggungan atas Tanah dalam Rangka Menjamin Kepastian Hukum kepada Kreditur, (Studi Kasus pada PT Bank SUMUT KCP Sosa Kabupaten Padang Lawas)

0 0 2

Menjamin Kepastian Hukum Atas Tanah Kasu

0 0 101

URGENSI PENDAFTARAN TANAH DALAM MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN BULUKUMBA

0 0 88