Analisis Faktor-Faktor Yang Menghambat Fungsi Intermediasi Perbankan di Sumatera Utara

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT FUNGSI INTERMEDIASI PERBANKAN

DI SUMATERA UTARA TESIS

Oleh

KOKO PRAWIRA BUTAR-BUTAR 057018015/EP

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011 S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA NA


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT FUNGSI INTERMEDIASI PERBANKAN

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

KOKO PRAWIRA BUTAR-BUTAR 057018015/EP

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

Judul Tesis : Analisis Faktor-Faktor Yang Menghambat Fungsi Intermediasi Perbankan di Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Koko Prawira Butar-Butar Nomor Pokok : 057018015

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui : Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting. M.Si) (Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin SE., M.Ec Ketua

) Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,


(4)

Tanggal lulus : 30 Nopembert 2011 Telah diuji pada

Tanggal : 30 Nopember 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si

Anggota : 1. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE., M.Ec 2. Dr. Murni Daulay, SE., M.Si

3. Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec 4. Drs. Rahmat Sumanjaya, M.Si


(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Koko Prawira Butar-Butar NIM : 057018015

Program : Magister Ekonomi Pembangunan

Dengan ini Saya menyatakan Tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang

Menghambat Fungsi Intermediasi Perbankan di Sumatera Utara”, adalah benar hasil

kerja Saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Nopember 2011 Yang membuat pernyataan,

057018015/EP Koko Prawira Butar-Butar


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menghambat fungsi intermediasi perbankan di Sumatera Utara. Dimana faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah biaya transaksi kredit, suku bunga kredit, jumlah penyaluran kredit, suku bunga deposito, BI Rate, giro wajib minimum, non performing loan’s, suku bunga kredit periode sebelumnya dan jumlah penyaluran kredit periode sebelumnya.

Untuk tujuan analisis, penelitian ini menggunakan data time series tiga bulanan dari kuartal pertama 2000 sampai kuartal keempat 2010. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model ekonometrik. Teknik analisis akan menggunakan regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk persamaan biaya transaksi kredit sangat dipengaruhi oleh giro wajib minimum. Kemudian untuk persamaan suku bunga kredit sangat dipengaruhi oleh suku bunga kredit periode sebelumnya. Sedangkan untuk persamaan penyaluran kredit sangat dipengaruhi oleh penyaluran kredit periode sebelumnya.

Kata kunci : Penyaluran kredit, suku bunga kredit, suku bunga deposito, BI Rate, giro wajib minimum, non performing loan’s, penyaluran kredit(t-1) dan

suku bunga kredit .


(7)

ABSTRACT

This research aim to analysis the influence of factor’s intermediation of Banking in North Sumatera. Where the factors to determine are marginal cost of credit, interest rate of credit, credit, interest rate of deposit, BI Rate, reserve requirment, non performing loan’s, previous interest rate of credit and previous credit.

For the purpose of analysis, this research used data of time series quarterly of year 2000-2010. Econometric’s model is used in this research, where the method used is multiple regression.

The results show that dominan variable effect for marginal cost of credit fungtion is reserve requirment, for interest rate of credit fungtion is previous interest rate of credit and for credit fungtion is previous credit.

Key words : Marginal cost of credit, interest rate, credit, BI Rate, reserve requirment, non performing loan’s, previous interest rate of credit and previous credit.


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Selanjutnya tak lupa penulis mengucapkan salawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa risalah-Nya kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyelesaikan tesis ini untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi Pembangunan (S2) pada Sekolah Pascasarjana Program Magister Ilmu-Ilmu Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Tesis ini berisikan hasil penelitian penulis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Menghambat Fungsi Intermediasi Perbankan di Sumatera Utara”.

Segala usaha yang penulis lakukan dalam menyelesaikan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga terutama kepada Ayahanda (Alm. H. Kasmad Sayuti Butar-Butar) dan Ibunda (Hj. Keumalawati) yang sangat penulis sayangi dan hormati yang telah membesarkan, mendidik, mendukung dan mendengarkan keluh-kesah penulis selama ini. Serta kepada istriku tercinta (Noer Dwi Handayani) yang selalu memberikan semangat dan membuat hidup penulis semakin berwarna.

Pada kesempatan ini penulis juga menyertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(9)

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU).

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin Sembiring, SE., M.Ec., selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis sehingga tesis ini semakin lebih baik.

4. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE., M.S., selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Dr. Rahmanta. M.Si., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk dapat menyempurnakan tesis ini.

6. Ibu Dr. Murni Daulay, SE., M.Si., Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec., dan Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya. M.Si., selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran di dalam penyempurnaan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen-Dosen Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada penulis.


(10)

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Magiser Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis untuk dapat terus menimba ilmu setinggi-tingginya.

Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam tesis ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki dalam penyajiannya. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca yang nantinya dapat berguna untuk penyempurnaan tesis ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, November 2011 Penulis,


(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Koko Prawira Butar-Butar

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Sibolga, 29 Juli 1980 Jenis Kelamin : Pria

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Kompleks Taman Setia Buudi Indah Blok C 38 No. Handphone : 08126566851

Pekerjaan : Pegawai BUMN

Nama Orang Tua Laki-laki : Alm. H. Kasmad Sayuti Butar-Butar Nama Orang Tua Perempuan : Hj. Keumalawati

Nama Istri : Noer Dwi Handayani

Nama Anak : Kayla Noer Azzahra Butar-Butar

Riwayat Pendidikan Formal

1. SD Lulus

tahun 1992

2. SMP Lulus

tahun 1995

3. SMA Lulus

tahun 1998

4. S1 Lulus tahun 2002

5. S2 Ilmu Ekonomi


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Biaya Intermediasi Perbankan (Transaction Cost) ... 11

2.2 Penawaran Kredit Perbankan ... 12

2.3 Tingkat Bunga Kredit ... 16

2.4 Sertifikat Bank Indonesia ... 18

2.5 Tingkat Bunga Deposito ... 20

2.6 Giro Wajib Minimum ... 23

2.7 Non Performing Loans ... 25

2.8 Proses Fungsi Intermediasi ... 25


(13)

2.10 Penelitian Terdahulu ... 28

2.11 Kerangka Konseptual ... 29

2.12 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 32

3.3 Pengolahan Data ... 33

3.4 Metode Analisis ... 33

3.5 Uji Kesesuaian Model ... 35

3.6 Uji Asumsi Klasik ... 37

3.5 Defenisi Operasional ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 43

4.1 Hasil Penelitian ... 43

4.1.1 Kredit Perbankan ... 43

4.1.2 Suku Bunga Kredit ... 45

4.1.3 Suku Bunga Deposito ... 48

4.1.4 BI Rate ... 50

4.1.5 Giro Wajib Minimum ... 52

4.1.6 Non Performing Loans ... 55

4.2 Hasil Analisis ... 56

4.2.1 Analisis Persamaan Biaya Transaksi Kredit ... 56

4.2.2 Analisis Persamaan Suku Bunga Kredit ... 57

4.2.3 Analisis Persamaan Penyaluran Kredit ... 59

4.2.4 Pengujian Kesesuaian Model ... 60

4.2.5 Pengujian Asumsi Klasik ... 63


(14)

4.3.1 Persamaan Biaya Transaksi Kredit ... 66

4.3.2 Persamaan Suku Bunga Kredit... 68

4.3.3 Persamaan Penyaluran Kredit ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1.1 Perkembangan Suku Bunga Kredit dan Deposito Perbankan

Sumatera Utara Tahun 2000-2010 ... 3

1.2 Perkembangan Total Kredit, NPL’s dan Giro Wajib Minimum Sumatera Utara Tahun 2000-2010 ... 6

4.1 Perkembangan Kredit Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 43

4.2 Perkembangan Bunga Kredit Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 46

4.3 Perkembangan Bunga Deposito Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 48

4.4 Perkembangan BI Rate Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 50

4.5 Perkembangan Giro Wajib Minimum Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 52

4.6 Perkembangan Non Performing Loans (NPL’s) Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 54

4.7 Koefisien Persamaan Biaya Transaksi Kredit ... 56

4.8 Koefisien Persamaan Suku Bunga Kredit ... 58

4.9 Koefisien Persamaan Penyaluran Kredit ... 59

4.10 Hasil Pengujian Normalitas... 63

4.11 Hasil Pengujian Linieritas ... 64

4.12 Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 65


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1.1 Perkembangan Suku Bunga Kredit dan Deposito Perbankan

Sumatera Utara Tahun 2000-2010 ... 4

1.2 Perkembangan Total Kredit, NPL’s dan Giro Wajib Minimum Sumatera Utara Tahun 2000-2010 ... 7

2.1 Hipotesis Kurva Penawaran untuk Sertifikat Bank Indonesia ... 20

2.2 Proses Fungsi Intermediasi Perbankan... 26

2.3 Kerangka Konseptual Fungsi Intermediasi Perbankan ... 30

4.1 Perkembangan Kredit Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 44

4.2 Perkembangan Bunga Kredit Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 47

4.3 Perkembangan Bunga Deposito Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 49

4.4 Perkembangan BI Rate Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 51

4.5 Perkembangan Giro Wajib Minimum Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 53

4.6 Perkembangan Non Performing Loans (NPL’s) Perbankan Umum Periode 2007-2010 ... 55


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian ... 79

2. Hasil Estimasi Persamaan Biaya Transaksi Kredit ... 81

3. Hasil Estimasi Persamaan Suku Bunga Kredit ... 82

4. Hasil Estimasi Persamaan Penyaluran Kredit ... 83

5. Pengujian Normalitas ... 84

6. Pengujian Linieritas ... 85

7. Pengujian Multikolinieritas ... 88


(18)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menghambat fungsi intermediasi perbankan di Sumatera Utara. Dimana faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah biaya transaksi kredit, suku bunga kredit, jumlah penyaluran kredit, suku bunga deposito, BI Rate, giro wajib minimum, non performing loan’s, suku bunga kredit periode sebelumnya dan jumlah penyaluran kredit periode sebelumnya.

Untuk tujuan analisis, penelitian ini menggunakan data time series tiga bulanan dari kuartal pertama 2000 sampai kuartal keempat 2010. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model ekonometrik. Teknik analisis akan menggunakan regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk persamaan biaya transaksi kredit sangat dipengaruhi oleh giro wajib minimum. Kemudian untuk persamaan suku bunga kredit sangat dipengaruhi oleh suku bunga kredit periode sebelumnya. Sedangkan untuk persamaan penyaluran kredit sangat dipengaruhi oleh penyaluran kredit periode sebelumnya.

Kata kunci : Penyaluran kredit, suku bunga kredit, suku bunga deposito, BI Rate, giro wajib minimum, non performing loan’s, penyaluran kredit(t-1) dan

suku bunga kredit .


(19)

ABSTRACT

This research aim to analysis the influence of factor’s intermediation of Banking in North Sumatera. Where the factors to determine are marginal cost of credit, interest rate of credit, credit, interest rate of deposit, BI Rate, reserve requirment, non performing loan’s, previous interest rate of credit and previous credit.

For the purpose of analysis, this research used data of time series quarterly of year 2000-2010. Econometric’s model is used in this research, where the method used is multiple regression.

The results show that dominan variable effect for marginal cost of credit fungtion is reserve requirment, for interest rate of credit fungtion is previous interest rate of credit and for credit fungtion is previous credit.

Key words : Marginal cost of credit, interest rate, credit, BI Rate, reserve requirment, non performing loan’s, previous interest rate of credit and previous credit.


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi antara lain bertujuan untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan ekonomi Daerah Provinsi Sumatera Utara, juga bertujuan untuk meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam jangka panjang. Salah satu cara meningkatkan PDRB adalah dengan melakukan restrukturisasi sektor keuangan khususnya dibidang perbankan.

Restrukturisasi sektor keuangan dalam Memorandum of Economic and

Financial Policies tahun 1997 terdiri dalam empat program. Pertama, mengisolasi

bank-bank yang tidak sanggup memenuhi kewajibannya, tetapi untuk bank-bank yang masih dapat aktif dilaksanakan program rehabilitasi. Kedua, menentukan prosedur yang tepat dan pelaksanaan program rehabilitasi dengan tepat waktu. Ketiga, program pemecahan masalah khusus dari bank-bank pemerintah dan pembangunan daerah.

Keempat, program perbaikan aspek kelembagaan, pengaturan kembali sistem operasi


(21)

Tiga dari empat program di atas sudah berhasil dilaksanakan oleh pemerintah, akan tetapi program keempat, yaitu program perbaikan aspek kelembagaan, pengaturan kembali sistem operasi bank dan efisiensi sistem keuangan, akan secara kontinu berjalan sesuai dengan aktifitas bank. Salah satu aktifitas bank yang paling penting adalah perantara keuangan, yaitu agen pembangunan yang mengkhususkan aktifitas transaksi beli aktiva dan jual hutang pada waktu yang sama dari kontrak keuangan dan sekuritas.

Lembaga keuangan bank sebagai agen pembangunan menghadapai masalah dalam perantara keuangan. Agen pembangunan yang mengkhususkan aktifitas perantara keuangan bank menghadapi tiga kendala utama, yaitu biaya transaksi, skala disekonomis dan diversifikasi disekonomis. Secara umum perantara keuangan bank menghadapi kendala biaya transaksi yang besar dalam monitoring dan audit. Perantara keuangan bank juga menghadapi kendala skala disekonomis, yaitu peningkatan biaya transaksi per unit akibat peningkatan jumlah transaksi. Perantara keuangan bank juga menghadapi kendala diversifikasi disekonomis, yaitu peningkatan biaya transaksi per unit akibat peningkatan diversifikasi produk atau jasa yang dihasilkan.

Persaingan yang semakin ketat dalam sektor perbankan menuntut optimalisasi peranan perbankan. Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi keuangan perlu dicermati kembali sejalan dengan perkembangan ekonomi sektor riil. Perbankan merupakan salah satu sendi utama dalam perekonomian, namun masih banyak hambatan yang terjadi sehingga perbankan tidak mampu melaksanakan fungsinya


(22)

terutama sebagai lembaga penyalur kredit bagi dunia usaha yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Lembaga keuangan bank di Provinsi Sumatera Utara tidak terlepas dari tiga kendala biaya transaksi, skala disekonomis dan diversivikasi disekonomis. Biaya transaksi tinggi dari lembaga keuangan bank ditunjukkan oleh selisih tingkat bunga kredit dengan tingkat bunga deposito masih tinggi, skala disekonomis ditunjukkan oleh semakin tingginya biaya transaksi bank, dan diversifikasi disekonomis ditunjukkan oleh peningkatan produk atau jasa bank diikuti oleh semakin tingginya biaya transaksi bank.

Adapun perkembangan suku bunga kredit dan deposito perbankan di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1. Perkembangan Suku Bunga Kredit dan Deposito Perbankan Sumatera Utara Tahun 2000-2010

Tahun

Suku Bunga Kredit

Suku Bunga Deposito

Biaya Transaksi

% % %

2000 16,02 10,90 5,12

2001 15,89 14,26 1,63

2002 16,51 11,03 5,48


(23)

2004 12,74 6,03 6,71

2005 14,71 10,63 4,08

2006 14,26 8,56 5,70

2007 11,83 6,91 4,92

2008 13,43 9,93 3,50

2009 12,60 6,65 5,95

2010 11,62 6,29 5,33

Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan, 2000-2010.

Pada tabel di atas, pada tahun 2002 suku bunga kredit perbankan di Sumatera Utara paling tinggi sebesar 16,51% dibandingkan tahun-tahun lainnya, sedangkan suku bunga kredit perbankan terendah sebesar 11,62% terjadi pada tahun 2010. Untuk suku bunga deposito, pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2001 dimana suku bunga deposito perbankan di Sumatera Utara mencapai 14,26%, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2003 yang hanya sebesar 5,59%. Kemudian biaya transaksi yang merupakan selisih antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito, mencapai kisaran tertinggi pada tahun 2003 dengan biaya transaksi sebesar 8,80%, sedangkan kisaran terendah pada tahun 2001 dengan biaya transaksi sebesar 1,63%.

Adapun trend perkembangan dari suku bunga kredit dan deposito serta biaya transaksi dari data di atas ditunjukkan pada gambar berikut ini :


(24)

Gambar 1.1. Perkembangan Suku Bunga Kredit dan Deposito Perbankan Sumatera Utara Tahun 2000-2010

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwasannya suku bunga perbankan relatif mengalami penurunan pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun 2000, dimana fluktuasi suku bunga deposito lebih tinggi dibandingkan suku bunga kredit. Untuk suku bunga kredit penurunannya menunjukkan trend yang cukup stabil, walaupun pada tahun 2002, 2005 dan 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, namun hal ini tidak memberikan dampak terhadap peningkatan suku bunga kredit secara umum. Sedangkan untuk suku bunga deposito dengan tingkat fluktuasi yang cukup tinggi ditandai peningkatan yang tinggi pada tahun 2001, 2005


(25)

dan 2008 dibandingkan tahun sebelumnya yang juga disertai penurunan yang cukup signifikan pada tahun sesudahnya.

Walaupun suku bunga mengalami trend penurunan, tidak serta merta menyebabkan penurunan dalam biaya transaksi. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa biaya transaksi secara umum mengalami kecenderungan peningkatan. Hal ini disebabkan selisih antara suku bunga kredit dengan deposito masih cukup besar, walaupun kedua suku bunga tersebut menunjukkan trend penurunan.

Sebagaimana diuraikan di atas, kendala fungsi intermediasi kemungkinan muncul karena 3 (tiga) hal, yaitu: kendala biaya transaksi, kendala skala disekonomis dan kendala diversifikasi disekonomis. Biaya transaksi terdiri dari biaya monitoring dan biaya audit dana perbankan. Biaya monitoring dan biaya audit ditunjukkan oleh peningkatan biaya untuk menekan kredit macet atau nonperforming loans (NPLs) sesuai dengan regulasi Bank Indonesia, yaitu maksimal 5 persen. Regulasi ini memaksa lembaga keuangan bank untuk melakukan monitoring dan audit secara intensif sehingga biaya transaksi meningkat sejalan dengan peningkatan LDR. Akibatnya tingkat bunga pinjaman naik sejalan dengan peningkatan biaya transaksi. Kendala skala disekonomis juga menghasilkan peningkatan biaya transaksi sehingga tingkat bunga pinjaman bank naik. Demikian juga halnya diversifikasi disekonomis ikut mendorong peningkatan tingkat bunga pinjaman bank.

Lembaga keuangan bank akan lebih efisien jika secara simultan melayani pembukaan rekening deposito dan kredit atau pinjaman atau economies of scope. Jika lembaga keuangan bank meragukan debitur atau peminjam, sebaliknya deposan


(26)

meragukan nilai proyek lembaga keuangan bank maka masalah informasi asimetris muncul. Hal ini akan mengakibatkan adverse selection dan moral hazard. Masalah

adverse selection muncul sebelum transaksi kredit atau deposito terjadi, yaitu

peningkatan permintaan kredit dari debitur dan peningkatan permintaan deposito dari lembaga keuangan akibat proyek investasi berisiko tinggi. Proyek berisiko tinggi mempunyai peluang gagal yang tinggi sehingga pengembalian kredit dari debitur atau pengembalian deposito dari lembaga keuangan bank gagal, atau masalah moral

hazard muncul. Kedua masalah informasi asimetris ini mengakibatkan NPLs semakin

tinggi.

Adapun perkembangan total kredit, NPL’s dan giro wajib minimun perbankan di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2. Perkembangan Total Kredit, NPL’s dan Giro Wajib Minimum Perbankan Sumatera Utara Tahun 2000-2010


(27)

Tahun

Total Kredit NPL's GWM

Triliun Rp. % %

2000 8,55 7,24 19,43

2001 12,43 4,16 11,66

2002 17,97 3,83 7,57

2003 19,78 4,73 6,77

2004 26,25 5,30 4,54

2005 33,65 4,48 7,42

2006 39,82 8,11 6,03

2007 54,20 8,02 4,02

2008 66,72 5,55 3,22

2009 73,58 4,83 3,58

2010 88,55 4,95 3,13

Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan, 2000-2010.

Pada tabel di atas, pada tahun 2010 total kredit yang berhasil disalurkan perbankan di Sumatera Utara sebesar Rp. 88,55 triliun dimana merupakan yang tertinggi dibandingkan tahun-tahun lainnya, sedangkan total kredit perbankan terendah terjadi pada tahun 2000 yang hanya mampu menyalurkan kredit sebesar Rp. 8,55 triliun. Untuk NPL’s, pada tahun 2006 merupakan tingkat tertinggi NPL’s perbankan di Sumatera Utara yang mencapai 8,02%, sedangkan NPL’s terendah terjadi pada tahun 2002 yang hanya sebesar 3,83%. Kemudian untuk giro wajib


(28)

minimum (GWM), mencapai kisaran tertinggi pada tahun 2000 sebesar 19,43%, sedangkan kisaran terendah pada tahun 2010 dengan tingkat GWM sebesar 3,13%.

Adapun trend perkembangan dari total kredit, NPL’s dan giro wajib minimum dari data di atas ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 1.2. Perkembangan Total kredit, NPL’s dan Giro Wajib Minimum Perbankan Sumatera Utara Tahun 2000-2010

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwasannya total kredit yang berhasil disalurkan perbankan mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun, dimana total kredit perbankan tidak pernah mengalami penurunan selama periode 2000-2010. Untuk tingkat Non Performing Loans (NPL’s) relatif cukup stabil dengan trend yang sedikit menunjukkan penurunan, dimana pada tahun 2000, 2007 dan 2008 merupakan tahun dengan tingkat NPL’s tertinggi yang disebabkan adanya


(29)

dampak dari krisis ekonomi dan moneter sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah kredit macet di perbankan. Sedangkan giro wajib minimum (GWM) perbankan menunjukkan trend penurunan walaupun pada tahun 2005 sedikit mengalami peningkatan. Tingginya GWM perbankan pada tahun 2000 dan 2005 merupakan sebuah antisipasi Bank Indonesia melalui mekanisme kebijakan moneter untuk dapat meredam tingkat inflasi yang disebabkan adanya berbagai krisis ekonomi dan moneter.

Menurut Bank Indonesia Medan (2006), lembaga keuangan bank Provinsi Sumatera Utara menghasilkan rata-rata loan to deposit ratio (LDR) sebesar 68.27 persen. Jika giro wajib minimum (GWM) sebesar 2 persen, hal ini berarti lembaga keuangan bank hanya mampu menyalurkan kredit sebesar 68.27 persen dari Dana Pihak Ketiga (DPK), sedangkan sisanya sekitar 29.73 persen merupakan dana investasi pada aktiva bebas risiko. Besaran LDR ini mengindikasikan bahwa lembaga keuangan bank Provinsi Sumatera Utara masih menghadapi kendala dalam fungsi intermediasi atau transformasi aktiva.

Menurut Thakor dan Boot (2008), bentuk lain dari informasi asimetris adalah skala ekonomis. Pengumpulan informasi sebelum pembukaan rekening deposito dan kredit akan menekan biaya transaksi dan NPLs. Gorton and Pennacchi (1999) menekankan kualitas transfromasi aktiva dari bank, pembiayaan investasi berisiko dengan deposito kurang berisiko akan menekan masalah adverse selection. Penurunan masalah adverse selection ini akan menghasilkan biaya transaksi dan NPLs yang lebih rendah. Oleh sebab itu lembaga keuangan bank dalam aktifitas


(30)

monitoring terdiri dari 3 (tiga) kegiatan (Hellwig, 1999), yaitu: menyaring proyek untuk mencegah adverse selection, mencegah perilaku opportunistik selama realisasi proyek, dan menghukum debitur yang gagal memenuhi kewajiban. Ketiga aktifitas monitoring ini akan dapat menekan biaya transaksi dan NPLs.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dan menuangkannya ke dalam tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Menghambat Fungsi Intermediasi Perbankan di Sumatera Utara”.

1.2. Perumusan Masalah

Secara umum perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini ada tiga, yaitu :

1. Bagaimana pengaruh suku bunga deposito, BI Rate, Giro Wajib Minimum, dan Non Performing Loan’s terhadap biaya transaksi kredit perbankan umum di Sumatera Utara ?

2. Bagaimana pengaruh biaya transaksi kredit, Non Performing Loan’s, suku bunga deposito dan suku bunga kredit periode sebelumnya terhadap suku bunga kredit perbankan umum di Sumatera Utara ?

3. Bagaimana pengaruh suku bunga deposito, suku bunga kredit, BI rate dan penyaluran kredit periode sebelumnya terhadap penyaluran kredit perbankan umum di Sumatera Utara ?


(31)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga deposito, BI Rate, Giro Wajib Minimum, dan Non Performing Loan’s terhadap biaya transaksi kredit perbankan umum di Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis pengaruh biaya transaksi kredit, Non Performing Loan’s, suku bunga deposito dan suku bunga kredit periode sebelumnya terhadap suku bunga kredit perbankan umum di Sumatera Utara.

3. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga deposito, suku bunga kredit, BI rate dan penyaluran kredit periode sebelumnya terhadap penyaluran kredit perbankan umum di Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan terhadap kajian penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti : Sebagai media untuk memperdalam pengetahuan khususnya di bidang intermediasi kredit perbankan

2. Bagi Perbankan di Sumatera Utara : Sebagai informasi dalam membuat keputusan dalam meningkatkan fungsi intermediasi perbankan di Propinsi Sumatera Utara.


(32)

3. Bagi Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara : Sebagai masukan di dalam meningkatkan dan pengembangan aktivitas ekonomi dan keuangan di wilayahnya.

4. Bagi Peneliti lainnya : Sebagai bahan masukan/referensi dalam melakukan penelitian khususnya mengenai intermediasi perbankan di Sumatera Utara.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biaya Intermediasi Perbankan (Transaction Cost)

Istilah transaction cost pertama sekali diperkenalkan oleh Ronald Coase, dalam paper nya The Nature of the Firm tahun 1937, transaction cost digunakannya untuk mengembangkan sebuah kerangka teoritis (theoretical framework) untuk memprediksi ketika tugas tugas ekonomi tertentu akan dilakukan oleh perusahaan, dan ketika perusahaan tersebut ingin mempraktekkan di pasar. Dalam disiplin ilmu ekonomi dan ilmu ilmu lain yang berhubungan dengan ekonomi, transaction cost adalah cost yang timbul dari adanya pertukaran ekonomi.

Sebagai contoh, kebanyakan orang ketika dalam melakukan perdagangan saham

transaction cost dari adanya perdagangan stock tersebut. Atau contoh lain yang

sederhana ketika kita membeli pisang dari sebuah toko buah, kita tidak hanya membayar harga untuk pisang tersebut, tetapi kita juga harus mengeluarkan energi dan usaha untuk menemukan pisang mana yang akan kita beli, dimana membelinya, berapa harganya, biaya perjalanan dari rumah kita ke toko buah dan kembali kerumah, waktu antri ketika membayar dikasir toko buah, semua yang kita lakukan dan biaya yang kita keluarkan diatas untuk memperoleh pisang tersebut adalah


(34)

Dalam ilmu ekonomi Cost transaction memiliki berbagai nama lain (Dahlman, 1999) yaitu:

1.

untuk mencari barang yang mau dibeli dipasar dan harga barang mana yang paling murah.

2. Bargaining costs adalah biaya yang timbul dari agar terjadi transaksi, atau

agar ditanda tanganinya kontrak antara penjual dengan pembeli

3. Policing and enforcement costs adalah biaya yang dikeluarkan untuk

memastikan bahwa pihak lain yang terlibat dalam transaksi tetap komit terhadap kontrak yang disetujui.

2.2. Penawaran Kredit Perbankan

Sebagaimana diatur dalam UU No. 10, Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yang menjembatani kepentingan pihak yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur). Pihak-pihak yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan, ataupun deposito


(35)

berjangka sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya Suseno dan Piter A. (2003). Sementara itu pihak- pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keputusan bank umum untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat. Lebih lanjut Melitz dan Pardue dalam Insukindro (1999) merumuskan model penawaran kredit oleh sistem perbankan sebagai berikut:

SK = g(S, ic, ib, BD) ... (2.1) Keterangan:

SK = jumlah kredit yang ditawarkan oleh bank

S = kendala-kendala yang dihadapi bank seperti tingkat cadangan bank atau ketentuan mengenai nisbah cadangan wajib

ic = tingkat suku bunga kredit bank ib = biaya oportunitas meminjamkan uang BD = biaya deposito bank

Model di atas selanjutnya disempurnakan oleh Warjiyo (2004), yang memaparkan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran uang secara implisit beranggapan bahwa semua dana yang dimobilisasi perbankan dari masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1, M2) digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit perbankan. Dalam kenyataannya menurut Warjiyo (2004), anggapan seperti itu tidak selamanya benar. Selain dana


(36)

yang tersedia (DPK), perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitur dan kondisi perbankan itu sendiri, seperti permodalan (CAR), jumlah kredit macet (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).

Dengan demikian, dapat dinyatakan dalam suatu bentuk hubungan fungsi sebagai berikut:

KS = f(DPK, prospek usaha debitur, kondisi perbankan itu sendiri)

= f(DPK, prospek usaha debitur, CAR, NPL, LDR)... (2.2) Keterangan:

KS = Kredit yang ditawarkan perbankan DPK = Dana Pihak Ketiga

CAR = Capital Adequacy Ratio NPL = Non Performing Loan LDR = Loan to Deposit Ratio

Sementara menurut Suseno dan Piter A. (2003), selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam Return on

Assets (ROA) juga berpengaruh terhadap Keputusan bank untuk menyalurkan kredit


(37)

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut :

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang, dalam arti :

a. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan produksi atau usahanya.

b. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan, yang kemudian oleh lembaga-lembaga-lembaga-lembaga keuangan tersebut diusahakan dalam bentuk pemberian kredit.

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang dalam arti kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan alat pembayaran baru seperti cek, bilyet giro dan wesel sehingga apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek, bilyet giro dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Selain itu kredit perbankan yang ditarik tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula.

3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang dalam arti dengan mendapat kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.

4. Kredit dapat menjadi salah satu alat stabilisasi ekonomi dalam arti bila keadaan ekonomi kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha antara lain pengendalian inflasi, peningkatan ekspor dan pemenuhan


(38)

kebutuhan pokok rakyat dimana untuk menekan laju inflasi pemerintah melindungi usaha -usaha yang bersifat nonspekulatif.

5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat dalam arti bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi kekurangmampuan para pengusaha dibidang permodalan tersebut sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.

6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dalam arti dengan bantuan kredit dari bank para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Apabila perluasan usaha serta pendirian proyek-proyek baru telah selesai maka untuk mengelolanya diperlukan pula tenaga kerja, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.

7. Kredit dapat sebagai alat hubungan ekonomi internasional dalam arti bank bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi antar negara yang bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.

2.3. Tingkat Bunga Kredit

Seperti halnya Jumlah Uang Beredar, dalam perekonomian Indonesia, Tingkat Bunga juga memiliki peran yang sangat besar. Jika tingkat bunga tinggi, masyarakat akan tertarik untuk menyerahkan uang kas yang dimilikinya kepada bank, khususnya


(39)

dalam bentuk deposito dan sebagian mungkin dalam bentuk tabungan, akibatnya, permintaan terhadap komoditi akan berkurang, dan hal ini dapat menyebabkan harga turun. Turunnya harga akan mendorong dunia industri untuk mengurangi produksinya, akibatnya pengangguran dapat terjadi.

Di sisi lain, tingkat bunga yang tinggi akan membuat dunia industri mengurungkan niatnya untuk berinvestasi dan meningkatkan usahanya, karena biaya kredit/modal menjadi tinggi. Akibatnya produksi dan pertumbuhan ekonomi dapat terganggu. Jika tingkat bunga rendah, yang akan terjadi adalah sebaliknya.

Perubahan tingkat bunga dapat terjadi karena faktor dalam negeri dan faktor luar negeri. Dari dalam negeri, meningkatnya minat masyarakat untuk menabung atau mendepositokan uangnya akan mendorong tingkat bunga cenderung untuk turun, begitu pula sebaliknya. Perubahan tingkat pengembalian bentuk investasi lain juga dapat mempengaruhi tingkat bunga. Jika berinvestasi di surat berharga (saham misalnya) dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi, maka masyarakat akan mengalihkan dananya ke surat berharga tersebut, dan mengurangi keinginannya membuka deposito. Untuk mengembalikan minat masyarakat tentunya perbankan akan menaikkan tingkat bunga agar deposito kembali menarik masyarakat.

Tingkat bunga juga dapat berubah jika pemerintah menghendakinya. Pemerintah perlu merubah tingkat bunga, bila pemerintah melihat pertumbuhan ekonomi terlalu rendah dan perlu ditingkatkan. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah akan menurunkan tingkat bunga, agar dunia industri dapat


(40)

melakukan investasi dan ekspansi usahanya dengan kredit yang murah. Begitu pula sebaliknya.

Dari luar negeri, tingkat bunga dalam negeri juga akan berubah bila tingkat bunga di luar negeri berubah (Bank sentral Amerika merubah tingkat bunga misalnya). Perubahan karena faktor luar negeri juga bisa terjadi bila ada keinginan pemerintah untuk menarik investor asing masuk ke Indonesia. Dengan keinginan tersebut, tingkat bunga akan naik, agar investor asing tertarik menanamkan modalnya di Indonesia.

Masyarakat, atau yang sering disebut dengan pelaku ekonomi dari sektor Rumah Tangga punya kepentingan besar dengan tingkat bunga, paling tidak berkaitan dengan nilai kekayaannya yang disimpan di Bank.

Dunia industri atau Sektor riil, juka sangat perhatian dengan perubahan tingkat bunga, terutama berkaitan dengan nilai pengembalian kredit dan bunga yang harus dibayarkannya kepada pihak Bank. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin berat beban cicilan pinjaman yang harus diserahkan.

Pemerintah juga sangat berkepentingan dengan tingkat bunga. Pemerintah dapat mencapai tujuan kebijakannya dengan memanfaatkan variabel tingkat bunga ini. Sebagai contoh, bila dipandang Jumlah Uang yang Beredar terlalu sedikit, sehingga berdampak pada rendahnya daya beli dan permintaan, maka pemerintah akan menurunkan tingkat bunga Bank dan juga tingkat bunga diskonto. Pemerintah juga dapat menggunakan tingkat bunga untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Bila Rupiah terus melemah, pemerintah melalui Bank Indonesia sebagai Bank Sentral,


(41)

akan menaikkan tingkat bunga, dengan harapan pihak asing akan menanamkan Dollarnya ke Indonesia, sehingga Dollar melimpah, sehingga nilainya akan turun, yang berarti Rupiah akan menguat.

2.4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutangnya. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Untuk pengendalian moneter.

b. Sebagai alternatif penanaman dana bagi lembaga keuangan dalam hal ini adalah bank.

c. Untuk mengembangkan pasar uang dan pasar sekunder.

Untuk saat ini, industri perbankan cenderung lebih menyukai untuk mengalokasikan dananya kedalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI), hal ini dikarenakan tingkat suku bunga yang ditawarkan lebih menarik sehingga tidak ada satu bank pun yang tidak mengalokasikan dananya kedalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Di samping itu Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen surat berharga yang paling besar pasarnya karena luasnya tidak dibatasi oleh permintaannya ataupun kelebihan likuiditas sementara perbankan, tetapi dikaitkan dengan target moneter pemerintah.


(42)

Begitu pula dengan tingkat diskontonya yang tidak dapat dipengaruhi oleh satu bank manapun yang ikut lelang. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang paling likuid yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank yang memilikinya. Menurut Sihombing (2000), kurva penawaran Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah elastis sempurna seperti dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1. Hipotesis Kurva Penawaran untuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Ada beberapa alasan mengapa portfolio Sertifikat Bank Indonesia (SBI) lebih disenangi oleh industri perbankan sebagai alternatif investasi dana yang bersifat sementara, yaitu :

a. Bebas dari default risk. b. Marketable.

c. Dapat dijaminkan.

d. Merupakan sekuritas utama untuk jaminan memperoleh discount window. e. Dapat diperjualbelikan sebagai instrumen repo.


(43)

Khusus untuk jual beli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) cara perhitungan bunganya menggunakan sistem diskonto dengan menganut rumus true discount yaitu :

) ( 360

360

txi Nx p

+ = Dimana :

p = nilai tunai N = nilai nominal

t = tenor, yaitu sisa jangka waktu

i = tingkat diskonto yang disepakati antara pembeli dengan penjual

2.5. Tingkat bunga Deposito

Setifikat deposito atau time deposit, adalah sebuah produk finansial yang ditawarkan oleh bank kepada konsumen. Sertifikat deposito sama dengan rekening tabungan karena deposito sudah diasuransikan dan bebas dari resiko. Rekening tabungan dengan deposito berbeda dalam waktu penarikan, tabungan bisa ditarik kapan saja sedangkan deposito hanya bisa ditarik dengan waktu tertentu saja (tiga bulan, enam bulan, satu atau lima tahun), dan juga memiliki fixed interest rate, hal ini dimaksudkan agar deposito ditarik pada masa jatuh temponya, dan ditambah dengan


(44)

Sebagai balasan bagi deposan yang telah mendepositokan uangnya untuk periode yang disetujui dengan bank, bank biasanya memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi dari pada tabungan, tetapi hal ini terkadang bisa terbalik tergantung pada situasi perkenomian negara tersebut.

Berikut ini beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pemberian bunga deposito:

a. Semakin besar dana ditanam semakin besar bunga, tetapi tidak selalu. b. Semakin lama dana di depositokan akan semakin besar bunga, tetapi tidak

selalu.

c. Bank kecil cenderung memberikan bunga yang lebih besar dari bunga yang lebih besar dari bank yang besar.

d. Deposito pribadi umumnya menerima bunga yang lebih besar dari Deposito Bisnis.

Ada berbagai variasi terms and conditions dalam deposito:

a. Deposito yang bersifat callable. Terminologi ini berarti bahwa bank dapat menutup deposito sebelum berakhirnya masa atau jatuh tempo deposito tersebut.

b. Payment of interest. Interest dibayar bank secara langsung atau

diakumulasikan terhadap jumlah deposito.

c. Interest calculation. Deposito mulai memperoleh bunga dari sejak tanggal


(45)

d. Right to delay withdrawals. Bank mempunyai hak untuk menunda

penarikan dana pada periode tertentu yang dapat menggangu operasional bank.

e. Withdrawal of principal. Penarikan seluruh dana deposito memperoleh

perlakuan yang berbeda bagi setiap bank. Ada bank yang memperbolehkan penarikan deposito pada jumlah minimum tertentu, sedangkan bank lain beranggapan penarikan dana deposito dalam jumlah minimum sama artinya dengan berhenti menjadi deposan di bank tersebut yang menimbulkan adanya penalty.

f. Withdrawal of interest. Penarikan bunga deposito juga tergantung pada

kebijakan bank, ada bank yang memperbolehkan untuk menarik semua bunga dari deposito tetapi ada juga bank yang mengharuskan penarikan bunga boleh dilakukan setelah dana di depositokan untuk sebuah periode tertentu terlebih dahulu baru bisa dilakukan dengan berbagai tahapan. g. Penalty for early withdrawal. Penalty bisa diukur dari berapa bulan bunga,

bisa juga diukur dengan berapa besar current cost yang dikeluarkan bank untuk membayar dana yang ditarik tersebut, atau memakai formula yang lain.

h. Fees. Fee harus dibayar deposan kepada bank untuk hal hal withdrawal, closure, ataupun untuk menyediakan check atas deposito tersebut.

i. Automatic renewal. Bank biasanya memberi pemberitahuan terlebih


(46)

langsung memperbaharui atau memperpanjang deposito tersebut secara otomatis.

2.6. Giro Wajib Minimum (Reserve requirement)

Reserve requirement (required reserve ratio) adalah sebuah regulasi dari bank

untuk menetapkan cadangan minimum yang harus dimiliki setiap bank atas semua deposito dan tabungan nasabah bank tersebut. Reserves ini di disain untuk memuaskan semua permintaan penarikan, dan biasanya dalam bentuk fiat currency yang disimpan dalam brankas sebuah bank, atau biasanya pada bank sentral.

Reserve ratio terkadang digunakan sebagai alat dalam kebijakan moneter yang

dapat mempengaruhi ekonomi suatu negara, dari segi peminjaman uang dan suku bunga.

Bank bank sentral di negara maju jarang yang mewajibkan adanya giro wajib minimum karena hal ini bisa menyebabkan adanya masalah likuiditas bagi bank bank yang memiliki cadangan yang sedikit; bank bank sentral di negara maju tersebut lebih menyukai menggunakan open market operations untuk mengimplementasikan kebijakan moneter mereka.

Bank sentral China menggunakan perubahan dalam reserve requirements sebagai alat untuk mengatasi inflasi, dan menaikkan reserve requirement sebanyak sembilan kali pada tahun 2007. Pada tahun 2006 required reserve ratio di United States adalah 10% atas transaction deposits (komponen dari money supply "M1"), dan nol persen untuk time deposits dan deposit lainnya.


(47)

Sebuah bank yang memiliki kelebihan cadangan minimumdisebut juga dengan excess reserves. Excess Reserve dapat mempengaruhi money supply, sebagai contoh jika reserve requirement adalah 10%, sebuah bank yang menerima deposito sebesar $100 bisa meminjamkan $90 dari deposito tersebut kepada orang lain, kemudian peminjam tersebut menuliskan sebuah check kepada orang lain lagi yang kebetulan juga mempunyai deposito sebesar $90 di bank, bank yang menerima deposito tersebut dapat meminjamkan uang sebesar $81. Ketika proses ini terus berlanjut, banking system dapat berkembang menjadi adanya excess reserves dari $90 menjadi maximum $1,000 ($100+$90+81+$72.90+...=$1,000), atau kita ringkas uang $100 dengan GWM 10% dapat menjadi $1000 ($100/0.10=$1000). Sebaliknya dengan reserve requirement 20%, banking system akan dapat berkembang dari deposito $100 hingga maximum ($100+$80+$64+$51.20+...=$500), atau $100/0.20=$500. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi reserve

requirements akan menghasilkan berkurangnya money creation dan akibatnya

semakin berkurang economic activity.

2.7. Non-performing loan

Sebuah non-performing loan adalah sebuah loan yang berada dalam keadaan

default atau mendekati default atau sering disebut juga kredit macet. Banyak loans

menjadi non-performing setelah berada dalam posisi default selama 3 bulan, tetapi tegantung pada terminologi kontrak pinjaman masing masing.


(48)

Sebuah loan dikatakan non-performing bila pembayaran bunga dan pokok hutang lewat dari 90 hari atau lebih, atau setidaknya 90 hari pembayaran bunga sudah di capitalized, refinanced atau di delayed melalui agreement, atau pembayaran minimum hutang sudah melewati 90 hari, dan adanya kesangsian bank bahwa nasabah tersebut akan mampu melunasi hutangnya.

2.8. Proses Fungsi Intermediasi

Fungsi intermediasi bank dapat dijelaskan dengan hubungan empat neraca, yaitu: (1) neraca pemerintah, (2) neraca rumah tangga, (3) neraca perusahaan, dan (4) neraca bank. Neraca pemerintah dibiayai penerbitan sekuritas dan cadangan kas atau uang inti. Sekuritas pemerintah dan deposit merupakan aktiva rumahtangga. Deposit merupakan kewajiban lembaga keuangan bank dan ditransformasi menjadi aktiva dengan portofolio cadangan kas dan kredit. Cadangan kas merupakan giro wajib minimum yang dapat digunakan membiayai defisit pemerintah, dan kredit digunakan untuk membiayai investasi perusahaan. Proses fungsi intermediasi perbankan ditunjukkan pada Gambar 2.1.


(49)

Gambar 2.2. Proses Fungsi Intermediasi Perbankan 2.9. Pendekatan Intermediasi Bank

Pendekatan intermediasi didasarkan pada manajemen risiko dan proses informasi. Pendekatan ini diperkenalkan oleh Mester (2000), yang menemukan fakta inefisiensi-N dalam tabungan reksa dana dan pinjaman pada tahun 1999 di California Amerika Serikat. Idenya adalah pemisahan antara pemilik dan manajer yang dirumuskan dalam dua tahap permainan, dimana bank memutuskan apakah ATMs akan compatible dan compete dengan tingkat deposit. Misalkan jumlah bank ada tiga, laba bank pada kasus dimana keputusan ATMs incompatible dan compete masing-masing adalah

) (

32 BIR TCS

DEP

PRO = + dan PRO DEP2 BIR

3

= ... (2.17)

Pemerintah atau Otoritas Moneter

Defisit [DEF]

Sekuritas [∆BON]

Rumahtangga

Sekuritas [∆BON]

Tabungan

Perusahaan

Pinjaman Bank Investasi [INV]

Uang Inti [∆M0]

Deposit


(50)

dimana TCS = parameter biaya transportasi. Persamaan (2.17) menjelaskan bahwa bank compatible selalu mendominasi bank incompatible jika TCS > 0. Deposan akan menerima manfaat (BTM) dengan adanya ATMs pada waktu penarikan kas. Jika dua bank compatible dan satu bank lagi incompatible maka laba dua bank compatible masing-masing adalah     − + − × = 3 1 2 )

( 1 2

1 1 GWM RDE RDE RDE BIR DEP PRO      + + − − × + ) ( 2 )

( 1 3

1 TCS GWM BTM RDE RDE RDE BIR

DEP ... (2.18A)

      + + − − − × = 3 1 ) ( 2 ) ( 2 )

( 3 1 2

3 3 TCS GWM RDE RDE RDE RDE BIR DEP PRO      + − × − ) ( 2 2 ) ( 3 TCS GWM BTM RDE BIR

DEP ... (2.18B)

Keseimbangan Nash (1999), dimana bank ke-1 dan bank ke-2 adalah simetris, masing-masing adalah ] 2 5 [ 3 )] ( 5 3 [ 2 1 TCS BIR BTM TCS BIR BTM RDE BIR RDE BIR ++ × + = − =

− (2.19A)

] 2 5 [ 3 ) 2 ( 3 ) 5 )( ( 3 TCS BIR TCS BIR BTM TCS BIR TCS BIR RDE BIR + − + + + =

− (2.19B)

Persamaan (2.19A) menjelaskan bahwa bank compatible dengan keputusan peningkatan jumlah ATMs (BTM) akan meningkatkan perbedaan antara tingkat bunga bank sentral dengan tingkat bunga deposit, sehingga laba bank compatible naik dengan peningkatan jumlah ATMs. Sebaliknya bank incompatible, keputusan


(51)

peningkatan ATMs akan meningkat perbedaan antara tingkat bunga bank sentral dengan tingkat bunga deposit, sehingga laba bank incompatible turun dengan peningkatan jumlah ATMs.

Hasil studi Berger and Young (2006) menunjukkan hubungan kualitas, efisiensi biaya dan modal bank. Studi ini mendukung hipotesis “bad luck”, bahwa peningkatan jumlah ATMs akan meningkatkan pengeluaran untuk monitoring. Mereka juga menemukan bahwa penurunan rasio modal bank secara umum menghasilkan peningkatan NPLs. Hal ini berarti keputusan peningkatan portofolio berisiko dari kapitalisasi bank mungkin dapat merespons insentif moral hazard.

2.10. Penelitian Terdahulu

Manurung (2006), menyatakan bahwa regulasi rasio modal bank atas dasar risiko menghasilkan rentabilitas aset yang lebih baik dibandingkan tanpa regulasi rasio modal bank atas dasar risiko. Model regulasi rasio modal atas dasar risiko menjamin eksistensi kepemilikan bank dan stabilitas sistem keuangan dalam jangka panjang. Regulasi rasio modal bank atas dasar risiko akan menekan aktifitas bank di luar neraca, sehingga efisiensi perbankan semakin tinggi dan tingkat bunga kredit semakin rendah. Penurunan tingkat bunga kredit secara kontiniu akan memperlancar fungsi intermediasi perbankan sehingga jumlah kredit untuk pembiayaan bisnis semakin tinggi.


(52)

Tetty M. Sihotang (2008), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi intermediasi perbankan di Sumatera Utara (ditinjau dari sisi penerimaan dana) dimana variabel yang diteliti adalah dana pihak ketiga, PDRB perkapita dan laju inflasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB perkapita berdampak positif dan inflasi berdampak negatif terhadap penghimpunan dana pihak ketiga.

Lilik Suhariningsih (2010), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana pihak ketiga serta fungsi intermediasi bank di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel suku bunga secara tidak signifikan berpengaruh positif terhadap dana pihak ketiga sedangkan biaya promosi, status kepemilikan dan jumlah kantor cabang secara signifikan berpengaruh positif terhadap dana pihak ketiga.

Masitha Akbar dan Ida Mentayani (2010), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi intermediasi pada bank umum swasta Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan SBI berpengaruh negatif terhadap LDR, inflasi tidak berpengaruh terhadap LDR dan NPL merupakan variabel paling dominan mempengaruhi LDR.

2.12. Kerangka Konseptual

Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka kerangka konseptual untuk menciptakan fungsi intermediasi perbankan yang efisien di Sumatera Utara perlu penurunan biaya intermediasi marginal, tingkat bunga dan NPLs pada sektor perbankan. Dari 6 (enam) variabel terdapat 2 (dua) variabel endogen, yaitu jumlah


(53)

kredit perbankan dan tingkat bunga kredit, serta 4 (empat) variabel bebas, yaitu tingkat bunga deposit, tingkat bunga bank sentral, biaya intermediasi marginal transaksi kredit dan NPLs. Asosiasi keenam variabel tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Analisis Faktor-Faktor Yang Menghambat Fungsi Intermediasi Perbankan di Sumatera Utara

2.11. Hipotesis

Proses intermediasi transformasi kewajiban menjadi aktiva atau jumlah kredit perbankan menghadapi kendala atau penghambat, yaitu tingkat bunga kredit, tingkat bunga deposit, tingkat bunga bank sentral, biaya intermediasi marginal transaksi kredit, giro wajib minimum dan NPLs. Secara teoritis, ketujuh variabel ini saling berinterkasi dalam penentuan jumlah kredit dan tingkat bunga kredit di Sumatera

PENYALURAN KREDIT (CRE) SUKU BUNGA BIAYA TRANSAKSI

KREDIT (TRC)

CRE(-1) RCR(-1) NPL GWM

RDE BIR


(54)

Utara. Berdasarkan tinjauan pustaka terdahulu maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Suku bunga deposito berpengaruh positif dimana BI Rate, Non Performing

Loan’s dan Giro Wajib Minimum berpengaruh negatif terhadap biaya

transaksi kredit, ceteris paribus.

2. Biaya transaksi kredit, Non Performing Loan’s, suku bunga deposito dan suku bunga kredit periode sebelumnya berpengaruh positif terhadap suku bunga kredit, ceteris paribus.

3. Suku bunga deposito, suku bunga kredit dan BI Rate berpengaruh negatif dimana penyaluran kredit periode sebelumnya berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit, ceteris paribus.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini memfokuskan terhadap faktor-faktor yang menghambat fungsi intermediasi perbankan di Sumatera Utara. Fungsi intermediasi perbankan merupakan transformasi kewajiban bank menjadi aktiva bank, yaitu bagaimana transformasi permintaan deposito bank menjadi penawaran kredit bank. Analisis terhadap faktor-faktor penghambat fungsi intermediasi terdiri dari biaya transaksi kredit, penentuan suku bunga kredit dan penyaluran kredit. Dimana faktor-faktor penghambat ketiga fungsi intermediasi tersebut adalah BI Rate, giro wajib minimum, non performing loan’s, suku bunga deposito, suku bunga kredit periode sebelumnya dan penyaluran kredit periode sebelumnya.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang sifatnya runtun waktu atau time series. Jenis data dimaksud adalah total kredit atau pinjaman perbankan, BI Rate, suku bunga kredit perbankan, suku bunga deposito perbankan, biaya transaksi kredit, giro wajib minimum dan NPL’s.


(56)

Semua jenis data di atas termasuk kategori data skala rasio yang bersifat rasio, jarak dan natural ordering [Zikmund, 1997]. Data perbankan di Sumatera Utara bersumber dari Laporan Bulanan dan Laporan Tahunan Bank Indonesia Medan sebagai sumber resmi tentang data dan informasi perbankan.

Dalam studi ilmiah, keandalan, kesahihan dan signifikansi penelitian sangat diperlukan. Untuk mencapai tujuan realibilitas, validasi dan signifikansi maka populasi penelitian merupakan agregasi aktifitas perbankan komersial di Sumatera Utara. Jumlah sampel atau pengamatan ditentukan sebanyak 44 observasi, yaitu data per triwulan selama tahun 2000-2010. Penentuan jumlah sampel atau pengamatan didasarkan pada pertimbangan sesudah krisis perekonomian Indonesia tahun 1998. Faktor lain sebagai dasar penetuan jumlah sampel atau pengamatan adalah uji signifikansi, dimana jumlah sampel atau pengamatan yang lebih banyak akan meningkatkan signifikansi parameter populasi perbankan di Sumatera Utara.

3.3. Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer Eviews 6 dalam mengolah dan menganalisis data penelitian di dalam tesis ini.

3.4. Metode Analisis

Model analisis yang akan digunakan merupakan model ekonometrik dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Adapun model persamaan penelitian ini dapat difungsikan sebagai berikut :


(57)

Biaya transaksi kredit = f (bunga deposito, BI rate, GWM dan NPL’s) (3.1) Suku bunga kredit = f (biaya transaksi kredit, NPL’s, bunga deposito dan

bunga kredit periode sebelumnya) (3.2) Penyaluran Kredit = f (bunga deposito, bunga kredit, BI rate dan

penyaluran kredit periode sebelumnya) (3.3)

Adapun model persamaan dari analisis faktor-faktor penghambat fungsi intermediasi perbankan terdiri dari 3 (tiga) sistem persamaan, yaitu:

t NPL d GWM d BIR d RDE d TRC

d( )=γ0+γ1 ( )+γ2 ( )+γ3 ( )+γ4 ( )+ε3 (3.4)

t

RCR RDE

NPL TRC

RCR01234 (−1)+ε2 (3.5)

t CRE

BIR RCR

RDE

CRE01234 (−1)+ε1 (3.6) Variabel TRC diperoleh melalui rumus sebagai berikut :

RDE GWM

BIR BIR RCR

TRC = − + ×(1− )− (3.7)

dimana:

ε1t, ε2t dan ε3t β

= Stochastic term error dari masing-masing persamaan,

0, α0 dan γ0 β

= Konstanta dari masing-masing persamaan,

1, β2, β3, dan β4 α

= Parameter persamaan penyaluran kredit

1, α2, α3 dan α4 γ

= Parameter persamaan suku bunga kredit

1, γ 2, γ 3 dan γ 4

CRE = Total kredit atau pinjaman perbankan di Sumatera Utara (Milyar Rp)


(58)

RCR = Rata-rata tertimbang suku bunga kredit perbankan di Sumatera Utara (Persen)

RDE = Rata-rata tertimbang suku bunga deposito perbankan di Sumatera Utara (Persen)

BIR = Suku bunga Bank Indonesia (Persen), GWM = Tingkat Giro Wajib Minimum (Persen), TRC = Biaya marginal dari transaksi kredit (persen)

NPL = Rata-rata tertimbang tingkat NPLs, yaitu persentase kredit bermasalah dan macet terhadap total nilai kredit perbankan di Sumatera Utara (Persen).

3.5. Uji Kesesuaian Model

3.5.1. Koefisien Determinan (R Square)

Koefisien determinan dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel bebas memberikan penjelasan mengenai variabel-variabel terikat. Dimana jika R2 = 0, artinya variabel-variabel bebas tidak dapat menerangkan hubungan terhadap variabel terikat. Sedangkan jika R2

3.5.2. Uji t

= 1, artinya variabel-variabel bebas mampu menerangkan hubungan terhadap variabel terikat.

Merupakan suatu pengujian untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Pengaruh variabel independen


(59)

dilakukan pada tingkat kepercayaan 95 %. Nilai t hitung

(

)

1 1

Sb b b

thitung = −

dapat diperoleh melalui rumus berikut ini :

dimana : b1

b = Nilai hipotesis nol

= Koefisien variabel bebas ke 1

Sb1

Berdasarkan Uji t, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : = Simpangan baku dari variabel bebas ke 1

Ho: βi

H

= 0

a : βi

Dengan kriteria sebagai berikut :

≠ 0

Ho diterima jika t hitung < t

Artinya ada variabel bebas yang tidak secara nyata mempengaruhi variabel terikat.

tabel

Ho ditolak jika t hitung > t

Artinya ada variabel bebas yang secara nyata mempengaruhi variabel terikat.

tabel

3.5.3. Uji F

Merupakan pengujian untuk melihat seberapa besar variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Pengujian ini juga dilakukan pada tingkat kepercayaan 95 %. Nilai F hitung dapat diperoleh melalui rumus berikut


(60)

( )

(

)

(

)

k n R k R Fhitung − − − = 2 2 1 1 dimana : R2

k = Jumlah variabel bebas = Koefisien determinan

n = Jumlah sampel

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut : Ho: β1 = β2= β3= β4

H

= 0

a : β1 = β2 = β3 = β4

Dengan kriteria sebagai berikut :

≠ 0 (paling sedikit satu variabel)

Ho diterima jika F hitung≤ F

Artinya seluruh variabel bebas tidak secara nyata mempengaruhi variabel terikat.

tabel

Ho ditolak jika F hitung > F

Artinya seluruh variabel bebas secara nyata mempengaruhi variabel terikat.

tabel

3.6. Uji Asumsi Klasik 3.6.1. Uji Normalitas

Pendugaan persamaan dengan menggunakan metode OLS harus memenuhi sifat kenormalan, karena jika tidak normal dapat menyebabkan varians infinitif (ragam tidak hingga atau ragam yang sangat besar). Hasil pendugaan yang memiliki varians infinitif menyebabkan pendugaan dengan metode OLS akan menghasilkan


(61)

nilai dugaan yang not meaningful (tidak berarti). Hal ini mengindikasikan bahwa uji F dan t terhadap parameter pendugaan tidak mempunyai nilai. Hasil Penelitian yang memiliki ragam yang besar membuat hasil pendugaan tidak efektif, namun hasil uji F dan t terhadap parameter penduga masih memiliki nilai (Verbeek et. al, 2000 dan Thomas, 1997). Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menguji Normalitas adalah Jarque-Bera test. Uji statistik ini dapat dihitung dengan rumus berikut:

                − + = 24 3 6 2 2 4 3 2 2 3 µ µ µ µ n JB dimana:

n = jumlah sampel µ2 µ = varians 3 µ = skewness 4

Jarque-Bera test mempunyai distribusi chi square dengan derajat bebas dua.

Jika hasil Jarque-Bera test lebih besar dari nilai chi square pada α = 5%, maka tolak hipotesis nul yang berarti tidak berdistribusi normal. Jika hasil Jarque-Bera test lebih kecil dari nilai chi square pada α = 5%, maka terima hipotesis nul yang berarti error

term berdistribusi normal.


(62)

3.6.2. Uji Linieritas

RESET test pertama kali diperkenalkan oleh Ramsey pada 1969 yang berawal dari ide bahwa jika tidak terdapat nonlinearitas maka berbagai transformasi nonlinear dari ft =

( )

X~t'

θ

ˆ tidak memberikan manfaat untuk menyatakan yt

(i) Regresikan y

(Kim, et.al., 2004). Prosedur uji pada RESET test dapat dijelaskan sebagai berikut :

t '

~ t

X

pada sehingga diperoleh model linear

t t

t f e

y = + ˆ , dimana ft = X~t'

θ

ˆ (ii) Tambahkan model linear dalam bentuk

t k t k t

t a f a f

eˆ = 2 2 +...+ +

ν

untuk suatu k ≥2 sehingga diperoleh model alternatif

t k t k t t

t X a f a f

y =

θ

~' + 2 2 +...+ +

ν

untuk suatu k ≥2

(iii) Test dilakukan dengan menguji hipotesis H0 :a2 ==ak =0. Jika

(

e en

)

eˆ= ˆ1,,ˆ adalah nilai-nilai residual prediksi dari model linear pada (6) dan

ν

ˆ =

(

vˆ1,,vˆn

)

adalah residual dari model alternatif pada (7) maka statistik ujinya adalah

RESET =

[

(

[

( ) ( )) ( )

]

]

k n v v k v v e e − − − / ˆ ' ˆ 1 / ˆ ' ˆ ˆ ' ˆ


(63)

Untuk uji ini nilai k ditentukan lebih dahulu. Model pada (7) dapat menimbulkan kolinearitas pada variabel-variabel independennya sehingga dihindari dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

(i) Bentuk komponen-komponen utama dari

(

ft2,, ftk

)

(ii) Pilih p* < (k-1) yang terbesar, kecuali komponen utama pertama sedemikian hingga sudah tidak kolinear dengan X~t'

(iii) Regresikan yt '

~ t

X

pada dan hasil dari (i) dan (ii) sehingga menghasilkan residual t. Statistik ujinya adalah

RESET1 =

[

(

[

( ) ( ))

]

]

k n u u p u u e e − − / ˆ ' ˆ * / ˆ ' ˆ ˆ ' ˆ H0

3.6.3. Uji Multikolinieritas

ditolak jika RESET1 > F(p*,n-k).

Merupakan pengujian untuk mengetahui apakah adanya hubungan linier yang kuat diantara beberapa atau semua variabel bebas dari model regresi. Multikolinieritas akan mempengaruhi interpretasi hasil regresi model yang diuji. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinier adalah dengan cara membandingkan nilai r2 (nilai R square parsial) dengan nilai R2 (nilai R square awal). Jika nilai r2 > R2, maka model regresi tersebut menunjukkan adanya multikolinier. Sedangkan jika nilai r2 < R2, maka model regresi tersebut telah terbebas dari masalah multikolinieritas.


(64)

3.6.4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan hubungan yang terjadi antara variabel-variabel dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu. Dengan kata lain, autokorelasi akan menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama. Autokorelasi dapat terjadi apabila kesalahan pengganggu suatu periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Adapun alat penguji yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah :

1. Durbin-Watson test (D-W test)

DW test dapat dirumuskan sebagai berikut :

(

)

= = − − = n t t n t t t e e e d 1 2 2 2 1

Di dalam pengujian autokorelasi ini, maka terlebih dahulu harus ditentukan besarnya nilai kritis dari dU dan dL

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

berdasarkan jumlah pengamatan dan variabel bebasnya.

H0

H

: ρ = 0, tidak ada gejala autokorelasi a : ρ

Dengan kriteria sebagai berikut :

≠ 0, ada gejala autokorelasi


(65)

Artinya data pengamatan tidak terdapat gejala autokorelasi. H0 ditolak jika (d < dL) atau (d > 4 – dL

Artinya data pengamatan memiliki gejala autokorelasi. ),

Tidak ada kesimpulan jika (dL ≤ d ≤ dU) atau (4 – dU≤ d ≤ 4 – dL

Artinya Uji Durbin-Watson tidak dapat memberikan kesimpulan yang pasti terhadap ada atau tidaknya gejala autokorelasi pada data pengamatan.

),

Jika di dalam model penelitian terdapat unsur time lag, maka sebaiknya pengujian ini tidak dilakukan dan menggunakan pengujian LM Test karena akan menimbulkan kebiasan terhadap hasil pengujian.

2. Lagrange Multiplier Test (LM Test)

Uji ini dikembangkan oleh Breusch-Godfrey, sehingga dikenal juga dengan sebutan The Breusch-Godfrey (BG) Test. Perhatikan model persamaan berikut ini :

t 1 1 0

t X

Y =β +β +µ

Pada uji ini diasumsikan bahwa μt mengikuti model otoregresif ordo p(AR(P))1 t t 3 t 3 2 t 2 1 t 1

t ρ µ ρ µ ρ µ ... ρ µ ε

µ = − + − + − + + ρ −ρ +

, dengan bentuk sebagai berikut :

Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : H0: ρ1= ρ2 = … = ρρ

H

= 0

a

Dengan demikian apabila kita tidak memiliki cukup bukti untuk menolak hipotesis, maka gejala autokorelasi tidak ada.


(66)

3.7. Definisi Operasional

1. Penawaran Kredit Perbankan (CRE) adalah agregasi dari jumlah kredit atau pinjaman masing-masing bank komersial di Sumatera Utara dalam satuan milyar rupiah.

2. Tingkat Bunga Kredit (RCR) adalah rata-rata tertimbang tingkat bunga kredit masing-masing bank komersial di Sumatera Utara dalam satuan persen.

3. Biaya Intermediasi Perbankan (TRC) adalah rata-rata tertimbang tingkat bunga kredit masing-masing bank komersial dikurang tingkat bunga Bank Indonesia ditambah selisih BIR × (1 - GWM) dengan rata-rata tertimbang tingkat bunga deposito masing-masing bank komersial di Sumatera Utara dalam satuan persen.

4. Tingkat Bunga Bank Indonesia (BIR) adalah tingkat bunga instrumen operasi pasar terbuka dari otoritas moneter atau Bank Indonesia dalam satuan persen. 5. Tingkat Bunga Deposito (RDE) adalah rata-rata tertimbang dari tingkat bunga

deposito masing-masing bank komersial di Sumatera Utara dalam satuan persen.

6. Giro Wajib Minimum (GWM) adalah persentase cadangan wajib terhadap total nilai deposito sistem perbankan di Sumatera Utara dalam satuan persen.


(67)

7. Non Performing Loans (NPL) adalah rata-rata tertimbang dari persentase

kredit bermasalah dan macet terhadap total nilai kredit masing-masing bank komersial di Sumatera Utara dalam satuan persen.


(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

4.1. Hasil Penelitian

Secara umum seluruh variabel penelitian cukup stabil pergerakannya secara nominal, tetapi jika dilihat secara pertumbuhannya, hanya penyaluran kredit yang menunjukkan trend positif dibandingkan variabel lainnya yang cukup berfluktuatif. 4.1.1. Kredit Perbankan

Perkembangan jumlah kredit yang berhasil disalurkan perbankan umum selama periode 2007-2010 menunjukkan trend peningkatan di setiap kuartalnya secara nominal. Adapun perkembangan kredit perbankan umum yang berhasil disalurkan selama periode 2007-2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Perkembangan Kredit Perbankan Umum Periode 2007-2010

Periode Kredit Pertumbuhan Periode Kredit Pertumbuhan

Triliun Rp. % Triliun Rp. %

2007

Q1 41,57 4,39

2009

Q1 65,79 -1,39

Q2 44,90 8,01 Q2 67,18 2,11

Q3 49,11 9,38 Q3 69,41 3,32

Q4 54,20 10,36 Q4 73,58 6,01

2008

Q1 54,78 1,07

2010

Q1 75,64 2,80

Q2 62,34 13,80 Q2 80,70 6,69

Q3 65,87 5,66 Q3 84,49 4,70

Q4 66,72 1,29 Q4 88,55 4,81


(69)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah kredit perbankan umum yang berhasil disalurkan mengalami peningkatan disetiap kurtal dari tahun ke tahun kecuali pada kuartal pertama tahun 2009 yang sedikit mengalami penurunan dibandingkan kuartal terakhir tahun 2008. Perkembangan positif penyaluran kredit disebabkan faktor membaiknya perekonomian di Sumatera Utara pada tahun 2010, terlihat dari tren pertumbuhan kredit yang terus berlanjut. Kredit perbankan tumbuh 4,81% dari Rp. 84,49 triliun menjadi Rp. 88,55 triliun. Pertumbuhan kredit didorong oleh peningkatan kredit investasi yang mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan peningkatan kredit modal kerja maupun kredit konsumsi. Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian membuat pelaku usaha mulai melakukan ekspansi kapasitas usaha dengan meningkatnya kredit investasi tersebut.

Adapun pertumbuhan kredit perbankan umum yang berhasil disalurkan selama periode 2007-2010 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.1. Perkembangan Kredit Perbankan Umum Periode 2007-2010


(70)

Dari gambar di atas, terlihat pertumbuhan kredit perbankan umum yang berhasil disalurkan periode 2007-2010 menunjukkan trend peningkatan yang stabil disetiap kuartalnya dari tahun ke tahun. Walaupun pada kuartal pertama tahun 2008 dan 2009 sedikit mengalami koreksi yang disebabkan adanya sedikit kekuatiran pasar terhadap perekonomian Indonesia yang dipengaruhi krisis global sehingga perbankan sedikit mengalami kesulitan dalam menyalurkan kredit perbankan.

Pada tahun 2007 di kuartal ke empat pertumbuhan kredit sangat tinggi di tahun tersebut yang sebesar 10,36%, sedangkan pada kuartal pertama pertumbuhan kredit berada pada titik terendah yaitu sebesar 4,39%. Pada tahun 2008 di kuartal ke dua pertumbuhan kredit tertinggi pada tahun tersebut dan tahun-tahun lainnya yang sebesar 13,8%, sedangkan dikuartal pertama pertumbuhan kredit sangat rendah yaitu sebesar 1,07%. Pada tahun 2009 di kuartal ke empat pertumbuhan kredit sangat tinggi di tahun tersebut yang sebesar 6,01%, sedangkan pada kuartal pertama pertumbuhan kredit berada pada titik terendah yaitu sebesar -1,39%. Pada tahun 2010 di kuartal ke dua pertumbuhan kredit tertinggi pada tahun tersebut sebesar 6,29%, sedangkan dikuartal pertama pertumbuhan kredit sangat rendah yaitu sebesar 2,28%.

4.1.2. Suku Bunga Kredit

Perkembangan suku bunga kredit perbankan umum selama periode 2007-2010 menunjukkan trend penurunan yang cukup stabil di setiap kuartalnya, walaupun pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009 sedikit mengalami gejolak peningkatan yang lebih disebabkan pengaruh dari berbagai krisis global yang melanda hampir seluruh


(71)

dunia. Adapun perkembangan kredit perbankan umum yang berhasil disalurkan selama periode 2007-2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2. Perkembangan Bunga Kredit Perbankan Umum Periode 2007-2010

Periode

Bunga

Kredit Pertumbuhan Periode

Bunga

Kredit Pertumbuhan

% % % %

2007

Q1 13,22 -7,29

2009

Q1 13,33 -0,74

Q2 12,94 -2,12 Q2 13,20 -0,98

Q3 11,80 -8,81 Q3 12,90 -2,27

Q4 11,83 0,25 Q4 12,60 -2,33

2008

Q1 11,75 -0,68

2010

Q1 12,15 -3,57

Q2 11,50 -2,13 Q2 11,93 -1,81

Q3 12,27 6,70 Q3 11,82 -0,92

Q4 13,43 9,45 Q4 11,62 -1,69

Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan (data diolah).

Dari tabel di atas terlihat bahwa perkembangan suku bunga kredit pada tahun 2010 terdapat kecenderungan yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana masih terjadi pertumbuhan long aset dalam jangka panjang yang diindikasikan meningkatnya kredit seiring dengan tren suku bunga kredit yang menurun. Namun, pada tahun 2008 terjadi kecenderungan peningkatan suku bunga kredit akibat tekanan inflasi pada akhir tahun 2008 yang pada akhirnya akan mendorong perbankan meningkatkan suku bunga kredit untuk menjaga tingkat net interest margin yang diharapkan.


(1)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5.748400 2.579846 -2.228195 0.0317

TRC -0.055544 0.014036 -3.957255 0.0003

NPL -0.067077 0.066923 -1.002299 0.3224

RCR(-1) 0.846259 0.194395 4.353303 0.0001

R-squared 0.641087 Mean dependent var 8.690465 Adjusted R-squared 0.613478 S.D. dependent var 2.576110 S.E. of regression 1.601590 Akaike info criterion 3.868279 Sum squared resid 100.0386 Schwarz criterion 4.032112 Log likelihood -79.16801 Hannan-Quinn criter. 3.928696 F-statistic 23.22046 Durbin-Watson stat 0.356610 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: RCR(-1) Method: Least Squares Date: 11/02/11 Time: 11:31 Sample (adjusted): 2000Q2 2010Q4 Included observations: 43 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.91596 0.608883 17.92786 0.0000

TRC 0.025895 0.010435 2.481564 0.0175

NPL 0.154405 0.038555 4.004766 0.0003

RDE 0.386431 0.088767 4.353303 0.0001

R-squared 0.617141 Mean dependent var 14.13209 Adjusted R-squared 0.587690 S.D. dependent var 1.685481 S.E. of regression 1.082270 Akaike info criterion 3.084406 Sum squared resid 45.68102 Schwarz criterion 3.248239 Log likelihood -62.31474 Hannan-Quinn criter. 3.144823 F-statistic 20.95505 Durbin-Watson stat 0.292777 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

Persamaan Penyaluran Kredit

Dependent Variable: RDE Method: Least Squares Date: 11/02/11 Time: 11:21 Sample (adjusted): 2000Q2 2010Q4 Included observations: 43 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -8.524686 1.256265 -6.785738 0.0000

RCR 0.612272 0.091246 6.710105 0.0000

BIR 0.687838 0.037814 18.18988 0.0000

CRE(-1) 0.044523 0.005464 8.148110 0.0000

R-squared 0.964841 Mean dependent var 8.690465 Adjusted R-squared 0.962136 S.D. dependent var 2.576110 S.E. of regression 0.501276 Akaike info criterion 1.545087 Sum squared resid 9.799812 Schwarz criterion 1.708919 Log likelihood -29.21936 Hannan-Quinn criter. 1.605503 F-statistic 356.7462 Durbin-Watson stat 0.855448 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: RCR Method: Least Squares Date: 11/02/11 Time: 11:23 Sample (adjusted): 2000Q2 2010Q4 Included observations: 43 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.41922 0.549612 24.41580 0.0000

RDE 0.875191 0.130429 6.710105 0.0000

BIR -0.494253 0.114547 -4.314863 0.0001

CRE(-1) -0.054569 0.006243 -8.740459 0.0000 R-squared 0.882937 Mean dependent var 14.01953 Adjusted R-squared 0.873932 S.D. dependent var 1.687928 S.E. of regression 0.599316 Akaike info criterion 1.902352 Sum squared resid 14.00800 Schwarz criterion 2.066185 Log likelihood -36.90057 Hannan-Quinn criter. 1.962769 F-statistic 98.05142 Durbin-Watson stat 0.545461 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: BIR Method: Least Squares Date: 11/02/11 Time: 11:23 Sample (adjusted): 2000Q2 2010Q4 Included observations: 43 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


(3)

C 10.25525 1.952037 5.253616 0.0000

RDE 1.300535 0.071498 18.18988 0.0000

RCR -0.653772 0.151516 -4.314863 0.0001

CRE(-1) -0.060326 0.007697 -7.837927 0.0000 R-squared 0.962151 Mean dependent var 10.24535 Adjusted R-squared 0.959240 S.D. dependent var 3.414106 S.E. of regression 0.689278 Akaike info criterion 2.182064 Sum squared resid 18.52906 Schwarz criterion 2.345896 Log likelihood -42.91437 Hannan-Quinn criter. 2.242480 F-statistic 330.4736 Durbin-Watson stat 0.838722 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: CRE(-1) Method: Least Squares Date: 11/02/11 Time: 11:23 Sample (adjusted): 2000Q2 2010Q4 Included observations: 43 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 186.5899 14.17726 13.16121 0.0000

RDE 14.14906 1.736484 8.148110 0.0000

RCR -12.13205 1.388034 -8.740459 0.0000

BIR -10.13956 1.293653 -7.837927 0.0000

R-squared 0.867445 Mean dependent var 35.58279 Adjusted R-squared 0.857248 S.D. dependent var 23.65156 S.E. of regression 8.936153 Akaike info criterion 7.306495 Sum squared resid 3114.338 Schwarz criterion 7.470328 Log likelihood -153.0897 Hannan-Quinn criter. 7.366912 F-statistic 85.07235 Durbin-Watson stat 0.588230 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

ampiran 8. Hasil Pengujian Autokorelasi

Persamaan Biaya Transaksi Kredit

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.002325 Prob. F(2,36) 0.9977

Obs*R-squared 0.005553 Prob. Chi-Square(2) 0.9972

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 11/02/11 Time: 11:08 Sample: 2000Q2 2010Q4 Included observations: 43

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.007236 0.576392 0.012554 0.9901

D(RDE) -0.010530 0.908109 -0.011595 0.9908

D(BIR) 0.012147 0.853003 0.014241 0.9887

D(GWM) -0.007990 0.864715 -0.009240 0.9927

D(NPL) 0.008393 0.344561 0.024359 0.9807

RESID(-1) -0.009731 0.183241 -0.053108 0.9579 RESID(-2) 0.009126 0.185089 0.049305 0.9609 R-squared 0.000129 Mean dependent var -4.54E-16 Adjusted R-squared -0.166516 S.D. dependent var 3.074097 S.E. of regression 3.320190 Akaike info criterion 5.385821 Sum squared resid 396.8518 Schwarz criterion 5.672528 Log likelihood -108.7952 Hannan-Quinn criter. 5.491550 F-statistic 0.000775 Durbin-Watson stat 1.888848 Prob(F-statistic) 1.000000


(5)

Persamaan Suku Bunga Kredit

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.293599 Prob. F(2,36) 0.2867

Obs*R-squared 2.883068 Prob. Chi-Square(2) 0.2366

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 11/02/11 Time: 11:29 Sample: 2000Q2 2010Q4 Included observations: 43

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.301911 0.583703 0.517234 0.6082

TRC 0.001867 0.003541 0.527303 0.6012

NPL 0.006485 0.014239 0.455467 0.6515

RDE 0.013803 0.033377 0.413561 0.6816

RCR(-1) -0.026704 0.050570 -0.528062 0.6007 RESID(-1) 0.128919 0.169202 0.761924 0.4511 RESID(-2) 0.241588 0.174889 1.381381 0.1757 R-squared 0.067048 Mean dependent var -2.34E-15 Adjusted R-squared -0.088444 S.D. dependent var 0.309059 S.E. of regression 0.322436 Akaike info criterion 0.722077 Sum squared resid 3.742743 Schwarz criterion 1.008784 Log likelihood -8.524659 Hannan-Quinn criter. 0.827806 F-statistic 0.431200 Durbin-Watson stat 2.013848 Prob(F-statistic) 0.853177


(6)

Persamaan Penyaluran Kredit

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.461636 Prob. F(2,36) 0.2453

Obs*R-squared 3.229447 Prob. Chi-Square(2) 0.1989

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 11/02/11 Time: 11:20 Sample: 2000Q2 2010Q4 Included observations: 43

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.577635 5.045229 -0.312698 0.7563

RDE -0.070249 0.425483 -0.165104 0.8698

RCR 0.109800 0.364443 0.301282 0.7649

BIR 0.039426 0.308671 0.127727 0.8991

CRE(-1) 0.006838 0.024202 0.282552 0.7791

RESID(-1) -0.289214 0.170253 -1.698729 0.0980 RESID(-2) -0.055124 0.170968 -0.322422 0.7490 R-squared 0.075103 Mean dependent var -2.71E-15 Adjusted R-squared -0.079046 S.D. dependent var 1.275475 S.E. of regression 1.324927 Akaike info criterion 3.548491 Sum squared resid 63.19549 Schwarz criterion 3.835198 Log likelihood -69.29256 Hannan-Quinn criter. 3.654220 F-statistic 0.487212 Durbin-Watson stat 1.989694 Prob(F-statistic) 0.813472