peningkatan ATMs akan meningkat perbedaan antara tingkat bunga bank sentral dengan tingkat bunga deposit, sehingga laba bank incompatible turun dengan
peningkatan jumlah ATMs. Hasil studi Berger and Young 2006 menunjukkan hubungan kualitas,
efisiensi biaya dan modal bank. Studi ini mendukung hipotesis “bad luck”, bahwa peningkatan jumlah ATMs akan meningkatkan pengeluaran untuk monitoring.
Mereka juga menemukan bahwa penurunan rasio modal bank secara umum menghasilkan peningkatan NPLs. Hal ini berarti keputusan peningkatan portofolio
berisiko dari kapitalisasi bank mungkin dapat merespons insentif moral hazard.
2.10. Penelitian Terdahulu
Manurung 2006, menyatakan bahwa regulasi rasio modal bank atas dasar risiko menghasilkan rentabilitas aset yang lebih baik dibandingkan tanpa regulasi
rasio modal bank atas dasar risiko. Model regulasi rasio modal atas dasar risiko menjamin eksistensi kepemilikan bank dan stabilitas sistem keuangan dalam jangka
panjang. Regulasi rasio modal bank atas dasar risiko akan menekan aktifitas bank di luar neraca, sehingga efisiensi perbankan semakin tinggi dan tingkat bunga kredit
semakin rendah. Penurunan tingkat bunga kredit secara kontiniu akan memperlancar fungsi intermediasi perbankan sehingga jumlah kredit untuk pembiayaan bisnis
semakin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tetty M. Sihotang 2008, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi intermediasi perbankan di Sumatera Utara ditinjau dari sisi penerimaan dana
dimana variabel yang diteliti adalah dana pihak ketiga, PDRB perkapita dan laju inflasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB perkapita berdampak positif dan
inflasi berdampak negatif terhadap penghimpunan dana pihak ketiga. Lilik Suhariningsih 2010, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
penghimpunan dana pihak ketiga serta fungsi intermediasi bank di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel suku bunga secara tidak signifikan
berpengaruh positif terhadap dana pihak ketiga sedangkan biaya promosi, status kepemilikan dan jumlah kantor cabang secara signifikan berpengaruh positif terhadap
dana pihak ketiga. Masitha Akbar dan Ida Mentayani 2010, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi intermediasi pada bank umum swasta Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan SBI berpengaruh negatif terhadap LDR, inflasi tidak
berpengaruh terhadap LDR dan NPL merupakan variabel paling dominan mempengaruhi LDR.
2.12. Kerangka Konseptual
Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka kerangka konseptual untuk menciptakan fungsi intermediasi perbankan yang efisien di Sumatera Utara perlu
penurunan biaya intermediasi marginal, tingkat bunga dan NPLs pada sektor perbankan. Dari 6 enam variabel terdapat 2 dua variabel endogen, yaitu jumlah
Universitas Sumatera Utara
kredit perbankan dan tingkat bunga kredit, serta 4 empat variabel bebas, yaitu tingkat bunga deposit, tingkat bunga bank sentral, biaya intermediasi marginal
transaksi kredit dan NPLs. Asosiasi keenam variabel tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Analisis Faktor-Faktor Yang Menghambat Fungsi Intermediasi Perbankan di Sumatera Utara
2.11. Hipotesis