Pelaksanaan Terapi Latihan pada Stadium Lanjut Pemulihan

Wina Yulinda : Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009. c. Perubahan posisi telentang ke miring, dari kiri ke kanan, dan sebaliknya. d. Bergeser ke atas dan ke bawah. e. Bergeser ke kiri dan ke kanan. f. Bangkit duduk di tepi tempat tidur. g. Latihan keseimbangan duduk. h. Latihan pindah dari tempat tidur ke kursi, dan sebaliknya. i. Latihan berdiri, dilanjutkan latihan keseimbangan berdiri. Latihan di atas sangat berguna jika diberikan setiap hari, dua atau tiga kali. Setiap latihan sepuluh menit dan progresivitas latihan disesuaikan dengan kondisi penderita Soeparman, 2004.

2.2.5.2 Pelaksanaan Terapi Latihan pada Stadium Lanjut Pemulihan

Pada stadium ini, kondisinya sudah lebih stabil, tekanan darah sudah tidak naik-turun, serta peningkatan tonus otot sudah mulai tampak. Menurut Soeparman 2004, ada beberapa metode yang dapat diterapkan: 1 Metode Bobath Metode ini berasumsi bahwa penderita stroke seolah-olah kembali pada usia bayi sehingga pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan pertumbuhan bayi normal. Oleh karena itu, pasien stroke harus dilatih mulai dari posisi berbaring, miring, tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan secara berurutan. Di samping itu untuk mengatasi tonus otot yang yang berlebihan, berikan posisi inhibisi menghambat reaksi postural abnormal, fasilitasi reaksi postural yang normal, dan melatih kembali relearning gerakan- gerakan terkoordinasi dan terarah. 2 Metode Brunnstrom Metode ini dilandasi dengan gerakan asosiasi dan refleks-refleks primitif yang ada pada bayi. Misalnya, gerak asosiasi yang paling sederhana pada lengan dan gerak fleksi lebih mudah dilakukan bersama-sama dengan adduksi, dan Wina Yulinda : Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009. sebaliknya. Contoh gerak refleks primitif, seperti kepala menunduk diikuti kedua siku fleksi, dan sebaliknya. 3 Metode Janet Roberta S. Metode ini dilandasi dengan teori bahwa otak mempunyai kemampuan mengungkap kembali kejadian yang pernah dialami jika diberikan latihan gerak yang berulang-ulang. Dengan latihan akan timbul saluran-saluran baru di dalam sel-sel otak. Oleh karena itu, metode latihan dilakukan dengan cara melakukan aktivitas tertentu. Selanjutnya, komponen yang salah pada aktivitas itu dianalisis. Setelah diketahui harus dikoreksi sampai hilang atau berkurang. Soeparman 2004 menggunakan latihan “Senam stroke” pada penderita stroke stadium lanjut pemulihan. Senam stroke didasari oleh perpaduan ketiga metode latihan di atas. Implikasinya dapat dilihat dari pengaturan posisi, berbaring, merangkak, berlutut, berdiri, berjalan, gerakan lengan maupun tungkai yang simetris asimetris, dan memanfaatkan gravitasi dalam mengembangkan reaksi sensasi yang ada pada sendi dan otot proprioseptif. Tahap-tahap senam stroke dikelompokkan dalam tiga kelas yang disesuaikan dengan kondisi penderita. Hal ini bertujuan agar penderita dapat mengikuti setiap gerakan senam berdasarkan kemampuan fisiknya. Berikut pembagian tiga kelas tersebut: Kelas 1: bagi penderita yang belum mampu duduk stabil. Kelas 2: bagi penderita yang mampu duduk stabil di kursi dengan sandaran. Kelas 3: bagi penderita yang mampu berdiri stabil tanpa alat bantu. Bagi yang sudah dapat berjalan, tidak tertutup kemungkinan untuk mengikuti program senam dari kelas satu. Hal ini baik dilakukan agar: Wina Yulinda : Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009. 1 Penderita stroke yang sudah berjalan mendapat program latihan sejak dini dengan posisi maupun pola gerak yang benar. 2 Dapat membantu proses pengembalian aktivitas motorik atau relearning motor activity. 3 Memotivasi penderita yang ingin mengejar ketinggalan dari rekan-rekan yang sudah lebih maju. 4 Mudah melakukan pengawasan. BAB 3 Wina Yulinda : Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Gambar 3.1 Kerangka konsep Variabel independen penelitian ini adalah kemampuan motorik awal penderita stroke iskemia, sedangkan variabel dependen adalah outcome kemampuan motorik setelah empat minggu terapi latihan penderita stroke iskemia.

3.2 Definisi Operasional

Stroke adalah penderita dengan gambaran klinis berupa gangguan fungsi serebral fokal maupun global yang timbul tiba-tiba dan berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian. Pada stroke iskemia tampak gambaran hipodens pada CT scan otak Ritarwan, 2002. Hemiparesis adalah kelemahan pada sebelah badan Wilbert, 2008. Kemampuan motorik awal Outcome kemampuan motorik setelah 4 minggu Terapi latihan Hemiparesis Stroke Iskemia