Anamnesis Pemeriksaan Fisik Gejala Klinis

Wina Yulinda : Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009. 2 Jalur apoptosis Iskemi menyebabkan nekrosis karena berkurangnya suplai glukosa ke neuron sehingga mitokondria gagal memproduksi energi atau ATP. Tanpa ATP pompa ion pada membran sel neuron berhenti bekerja dan terjadi depolarisasi, menyebabkan peningkatan ion kalsium intrasel dan pelepasan glutamat berlebihan di pos-sinaps. Glutamat meningkatkan influks ion kalsium neuron yang menyebabkan eksitotoksisitas. Radikal bebas dihasilkan dari degradasi lipid membran dan disfungsi mitokondria, terjadi katalisis membran sel dan kerusakan fungsi vital sel. Iskemi yang lebih ringan menyebabkan terbentuknya penumbra yang menyebabkan kematian sel secara apoptosis dalam waktu lebih lama, yaitu beberapa hari sampai minggu. Demam secara dramatis memperburuk iskemi otak, begitu pula hiperglikemi glukosa darah lebih dari 11,1 mmolL atau 200 mgdl.

2.1.5 Diagnosis Stroke

Berikut ini adalah langkah-langkah mendiagnosis penderita stroke Misbach, 1999:

2.1.5.1 Anamnesis

Pada anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini muncul mendadak saat sedang bekerja atau sewaktu istirahat. Selain itu perlu ditanyakan faktor-faktor resiko yang menyertai stroke, misalnya penyakit kencing manis, darah tinggi, dan penyakit jantung. Dicatat obat-obat yang sedang dipakai, riwayat keluarga dan penyakit lainnya. Pada kasus berat, yaitu penurunan kesadaran sampai koma, dicatat perkembangan kesadaran sejak serangan terjadi.

2.1.5.2 Pemeriksaan Fisik

Wina Yulinda : Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009. Setelah penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi vital seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika penderita sadar tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi, tetapi seandainya kesadaran menurun tentukan skor dengan Skala Koma Glasgow. Semakin dalam penurunan kesadaran semakin buruk prognosis neurologis maupun kehidupan. Setelah itu lakukan pemeriksaan refleks-refleks batang otak, yaitu a. reaksi pupil terhadap cahaya b. refleks kornea c. refleks okulo sefalik d. keadaan refleks respirasi, apakah terdapat pernafasan Cheyne Stoke, hiperventilasi neurogen, apneustik, dan ataksik. Setelah itu tentukan kelumpuhan yang terjadi pada saraf-saraf otak dan anggota gerak.

2.1.5.3 Gejala Klinis

Manifestasi klinis stroke sangat tergantung kepada daerah otak yang terganggu aliran darahnya dan fungsi otak yang menderita iskemi tersebut. Berdasarkan vaskularisasi otak, maka gejala klinik stroke dapat dibagi atas 2 golongan besar, yaitu: 1 Stroke pada sistem karotis stroke hemisferik 2 Stroke pada sistem vertebrobasiler stroke fossa posterior Timbulnya gejala stroke sangat mendadak dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam mulai dari serangan sampai mencapai maksimal. 1 Gejala Klinis Stroke Hemisferik Seperti kita ketahui, daerah otak yang mendapat darah dari arteri karotis interna terutama lobus frontalis, parietalis, basal ganglia, dan lobus temporalis. Gejala-gejalanya timbul mendadak berupa hemiparesis, hemihipestesi, bicara pelo, dll. Wina Yulinda : Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009. Kesadaran biasanya kompos mentis kecuali pada stroke yang luas karena struktur anatomi yang menjadi substrat kesadaran formasio reticularis di garis tengah dan sebagian besar terletak dalam fossa posterior. Tekanan darah biasanya tinggi karena hipertensi merupakan faktor resiko stroke pada lebih dari 70 penderita. Fungsi vital lain umumnya baik. Gangguan saraf otak yang sering adalah paresis nervus fasialis mulut mencong dan nervus hipoglosus bicara pelo disertai deviasi lidah bila dikeluarkan dari mulut. Bisa dijumpai gangguan lapangan pandang tgergantung letak lesi dalam jaras perjalanan visual, hemianopia kongruen atau tidak. Hampir selalu terjadi kelumpuhan sebelah anggota badan hemiparesis. Jika ada perbedaan kelumpuhan yang nyata antara lengan dan tungkai hampir dapat dipastikan bahwa kelainan aliran darah otak berasal dari daerah kortikal, sedangkan jika kelumpuhan sama berat maka gangguan aliran darah terjadi di subkortikal atau daerah vertebro-basiler. Karena bangunan anatomik yang terpisah, gangguan motorik berat dapat disertai gangguan sensorik ringan atau sebaliknya hemisensoris tubuh. Pada fase akut refleks fisiologis pada sisi tubuh yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis. Kelainan fungsi luhur berupa disfungsi parietal baik sisi dominan maupun nondominan. Kelaianan yang sering tampak adalah disfasia campuran, agnosia, apraksia, dll. 2 Gejala Klinik Stroke Vertebrobasiler Secara anatomik percabangan arteri basilaris digolongkan tiga bagian: a. Cabang-cabang panjang, misalnya aateri serebelar inferior posterior yang jika tersumbat akan memberikan gejala-gejala sindrom Wallenberg, yaitu infark di daerah bagian dorsolateral tegmentum medula oblongata. b. Cabang-cabang paramedian, menimbulkan sindrom Weber, hemiparesis alternans dari berbagai saraf kranial dari mesensepfalon atau pons. c. Cabang-cabang tembus perforating branches memberi gejala-gejala sangat fokal seperti internuclear ophtalmoplegie. Wina Yulinda : Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia Di RSUP H.Adam Malik Medan, 2009. Cara mendiagnosis kelainan sistem vertebrobasiler adalah: a. Penurunan kesadaran yang cukup berat. b. Kombinasi berbagai saraf otak yang terganggu disertai vertigo, diplopia, dan gangguan bulbar. c. Kombinasi beberapa gangguan saraf otak dan gangguan long-tract signs: vertigo, parestesi keempat anggota gerak ujung-ujung distal. Jika ditemukan long tract signs kedua sisi hampir pasti stroke vertebro-basiler. d. Gangguan bulbar juga hampir pasti disebabkan stroke vertebro-basiler.

2.1.5.4 Pemeriksaan Penunjang