BAB V KRITIK TEOLOGIS TERHADAP IBN ‘ARABÎ
A. Kritik Ibn Taymiyyah terhadap Status Keimanan Fir‘Awn dalam
Pandangan Ibn ‘Arabî
Salah satu tema penting yang membuat sebagian ulama Sunnî keberatan dengan status teologi yang dianut Ibn ‘Arabî adalah mengenai keimanan Fir‘awn. Di
dalam Jâmi‘ al-Rasâ’il fî Radd ‘alâ Ibn ‘Arabî, Ibn Taymiyyah mengritisi Ibn ‘Arabî dengan sangat tajam dan berujung kepada pengafiran.
Kecaman tersebut diakibatkan karena pernyataan-pernyataan kontroversial yang dinisbahkan kepada Ibn ‘Arabî. Ini dikarenakan para ulama telah sepakat
mengenai kekufuran Fir‘awn berdasarkan ayat-ayat yang jelas dan Hadîts-hadîts shahih. Oleh karenanya, Ibn Taymiyyah mengatakan bahwa Fir‘awn adalah seorang
yang kafir dan mati dalam kekafirannya. Ia juga menegaskan bahwa tidak hanya Islam yang menegaskan kekafirannya, bahkan agama Yahudi dan Nashrani juga
sepakat mengenai kekafirannya.
241
Lebih lanjut, Ibn Taymiyyah menegaskan bahwa siapa yang mengatakan bahwa Fir‘awn mati dalam keimanan, maka orang tersebut wajib diistitâbah dimintai
pertobatannya jika ia mau bertobat, dan jika tidak maka ia wajib dibunuh sebagai orang kafir dan murtad. Bahkan ia menegaskan bahwa skeptis terhadap kekafiran
Fir‘awn merupakan kekufuran yang besar.
242
Kritikan yang sama juga dikemukakan al-Baqâ‘î di dalam kitabnya Tanbîh al- Ghabî
disebutkan bahwa Ibn `Arabî meyakini keimanan Fir‘awn ketika
241
Ibn Taymiyyah, Jamî‘ al-Rasâ’il Risâlah fi Radd ‘alâ Ibn ‘Arabî, Mishr: t.p., t.t. h. 203.
242
Ibn Taymiyyah, Jamî‘, h. 204.
ditenggalamkan di Laut Merah.
243
Namun kutipan yang dikemukakan al-Baqâ‘î tidak begitu sempurna, sehingga ada kemungkinan menimbulkan pemahaman yang keliru
terhadap teks Ibn ‘Arabî. Ibn ‘Arabî mengemukakan keimanan Fir‘awn ketika tenggelam sebagaimana berikut.
e 9Z ﺏ [1;2 :0RNc +;2]: 2:N]-:5 [OXQ
7123 _ K2- e 9Aj ﺏ 2:E+;2]: , 1I 9, :x
L 7120XR0ﻥdiRf +5 80;Nz; :[K5 : t0XR=N
ﺙ~ +5 |;8glCZA -OR0ﻥ 9AW L
HI2A•0ITﺝ V0IR 5gSA M?j 3 9Q +5z|;AFHCQ 8+90ﻥ R?0CA 12
v +5z|;AF0ﻥW
:N Z = FW3 w
9Aj HW ﺏ 5 h;A+95 2:N ,IN L
Isteri Fir‘awn berkata mengenai bayi Mûsâ kepada Fir‘awn, Bayi Mûsâ adalah penyejuk mata bagiku dan bagimu Fir‘awn
Q. S. Al- Qashash: 9. Ibn ‘Arabî berkata: dengan keberadaan Mûsâ maka isteri
Fir‘awn menjadi terhibur, karena kesempurnaan yang ditimbulkannya sebagaimana kami Ibn ‘Arabî sebutkan sebelumya. Adapun kesejukan mata
qurrah ‘ayn bagi Fir‘awn adalah dengan keimanan yang diberikan Allah
kepadanya ketika tenggelam. Kematiannya merupakan kematian yang suci tanpa terdapat padanya kekejian. Ini dikarenakan Allah mecabut nyawanya
ketika ia beriman sebelum ia berusaha melakukan satu dosa pun. Dan keislaman menghilangkan dosa sebelumnya. Kemudian menjadikan kematian
Fir‘awn sebagai tanda ayat pertolongan-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki, sehingga tidak ada seorang pun berputus asa dari rahmat Allah,
Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang- orang kafir.
Q. S. Yûsuf: 86. Seandainya Fir‘awn termasuk orang yang berputus asa tentu ia tidak akan segera beriman ketika ditenggelamkan.
244
Kutipan di atas tidaklah cukup untuk menilai Ibn ‘Arabî sebagai seorang kafir sebagaimana klaim Ibn Taymiyyah dan al-Baqâ‘î. Namun krtitikan tajam yang
dilontarkan oleh kedua tokoh ini, besar kemungkinan karena mereka mendapatkan naskah yang telah diberi sisipan madsûs atau tidak melakukan komparasi terhadap
literatur Ibn ‘Arabî. Hal ini dikarenakan banyak faktor, di antaranya masa antara Ibn Taymiyyah dan al-Baqâ‘î yang berbeda. Ibn Taymiyyah baru lahir setelah 30 tahun
kematian Ibn ‘Arabî, dan al-Baqâ‘î baru lahir setelah hampir satu abad, karena Ibn
243
Al-Baqâ‘î, Tanbîh al-Ghabî, h. 118.
244
Ibn ‘Arabî, Fushûsh al-Hikam, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003, h. 187, bandingkan al-Baqâ`i, h. 118
‘Arabî wafat pada tahun 638 H., sedangkan Ibn Taymiyyah baru lahir tahun 666 H., dan al-Baqâ‘î lahir pada tahun 805 H. Di samping itu, al-Dzahabî seorang sejarawan
Muslim yang cenderung kepada pendapat Ibn Taymiyyah, mengungkapkan bahwa kitab-kitab Ibn ‘Arabî baru dikenal setelah kematiannya.
Oleh karena itu, penulis mencoba membandingkan pernyataan kontroversial yang dinisbahkan kepada Ibn ‘Arabî tersebut dengan dua karyanya; al-Futûhât al-
Makkiyyah dan Fusûsh al-Hikam.
B. Kontoversi Teks Karya Ibn ‘Arabî mengenai Keimanan Fir‘awn