Perkembangan Intelektual BIOGRAFI IBN ‘ARABÎ SEBAGAI SEORANG TEOLOG

BAB II BIOGRAFI IBN ‘ARABÎ SEBAGAI SEORANG TEOLOG

A. Perkembangan Intelektual

ammad bin h bin Mu î ammad bin ‘Al h Mu ‘Arabî adalah Ibn lengkap ama N Abû Ia digelari dengan . î s û l a And - al â’î Th - al î tim â H - al ‘Arabî - h al â mad bin Abdull h A alif dengan tambahan atau ‘Arabî Ibn Dîn - yi al h Mu populer dengan nama Ia . Bakr lam ; Ibn al-‘Arabî. 25 Ibn Katsîr seorang sejarawan Muslim abad ke-8 menyebutkan tanpa alif lam pada kata ‘Arabî, dan gelarnya adalah Abû ‘Abdillâh. 26 Hal ini menunjukkan bahwa penamaan Ibn ‘Arabî atau Ibn al-‘Arabî digunakan oleh para Syaykh - al lain itu ia juga dikenal sebutan Se . î ammad bin ‘Al h sejarawan terhadap Mu al-Akbar Ibn ‘Arabî al-Shûfî. Gelar kehormatan tersebut membedakannya dengan madzhab fiqh dan ts î ad H seorang ahli . H 543 Ma‘afirî - ‘Arabî al - Ibn al Qâdhî Mâlikî. Selain itu, penisbahan nama Ibn ‘Arabî mengisyaratkan bukan kepada ayahnya, tetapi kepada ‘Abdullâh al-‘Arabî empat generasi di atasnya. Ibn ‘Arabî Bani Thayy â’î Th - al tim â H mengakui bahwa dirinya masih keturunan ‘Abdullah bin dari Yaman salah seorang sahabat Nabi Saw. Ini salah satu faktor yang menyebabkan ia dan keluarganya mendapatkan strata sosial yang tinggi di Andalusia. Pengakuan ini dinilai Claude Addas tidak berlebihan, karena bisa ditinjau dari sisi historis imigran khalifah . H 172 mân I h Ra - Proses imigrasi pernah terjadi pada masa ‘Abd al . Arab Umayyah II di Andalusia. Addas menyebutkan bahwa para imigran berasal dari Syria 25 Ibn Hajr, Lisân al-Mîzân, Beirut: Muassasah al-A‘lamî, 1986, v. 5 h. 311. 26 Ibn Katsîr, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, Kairo: Dâr Ibn al-Haytsam, 2006, v. 13 h. 90. dan Yaman. Mereka membentuk kelompok-kelompok keluarga besar buyûtât di semenanjung Iberian. Sebagian mereka ada yang menetap di kota Jaén, Baza dan Tijola. Kota tersebut merupakan bagian selatan dari wilayah Murcia; kota kelahiran Ibn ‘Arabî. 27 Ibn ‘Arabî lahir pada malam Senin 17 Ramadhan tahun 560 H. 1160 M. di kota Murcia bagian selatan Spanyol. Ia dilahirkan dari seorang ayah yang ahli dalam Ayahnya . dan tasawuf , ts î ad H , fiqh seperti , pelbagai cabang ilmu keislaman di Andalusia yang berteologi âdhî mad merupakan salah seorang q h ammad bin A h Mu Selain sebagai . termasuk orang yang dihormati oleh pihak penguasa Ayahnya . Sunnî Ibn . mad juga merupakan guru pertama di keluarganya h ammad bin A h Mu , ayah ‘Arabî dididik dengan baik dan dipertemukan oleh ayahnya dengan banyak tokoh intelektual pada masa tersebut. Setelah itu, ia berpindah ke Sevilla pada tahun 568 H., lalu menetap selama 30 Sevilla dipimpin oleh Sulthân , Pada masa itu . H 598 587 sampai tahun , tahun memasuki ‘Arabî periode pertama Ibn Masa ini merupakan . ammad bin Sa‘d h Mu dunia intelektual, walaupun ia masih berumur tujuh tahun. 28 Ibn ‘Arabî mempunyai sangat banyak guru dalam pelbagai disiplin ilmu. Ia - al h û R menyebutkan sekitar limapuluh lima tokoh di antara guru spiritual di dalam tokoh yang menjadi - ia hanya menyebutkan tokoh , h û R Di dalam kitab 29 . Quds gurunya pada periode pertama, yaitu ketika masih di Andalusia dan Maroko. Tetapi Tetapi ia menulisnya ketika melakukan . ditulis pada masa tersebut h û R bukan berarti haji yang pertama atau setelahnya. Hal ini dikarenakan ia menyebutkan beberapa 27 Claude Addas, Quest for The Red Sulphur, Cambridge: The Islamic Texs Society, 1993, h. 45. 28 Ibn al-Maqarrî al-Tilmisânî, Nafh al-Thîb min Ghishn al-Andalûs al-Thayyib, Beirut: Dâr Shader, 1997, v. 2 h. 161. 29 Ibn ‘Arabî, Rûh al-Quds, Damaskus: Muassasah al-‘Ilm, 1964, h. 84. kejadian saat berkunjung dan mengajar di Makkah. 30 Sedangkan haji yang pertama dilakukannya pada periode kedua pasca Andalusia dan Maroko tahun 599 H. 31 , sehingga mustahil ia menceritakan perihal Makkah ketika periode pertama. Di samping itu, ia menyebutkan tokoh yang berbeda sekitar tujuhpuluh nama, , ât qira Di antara mereka ada yang ahli . ketika mengijazahkan Sulthân Muzhaffar Claude Addas memperkirakan 32 . dan lainnya , sejarah , ts î ad H , teologi , fiqh pengijazahan tersebut dilakukan sekitar tahun 632 H. ketika telah menetap di Damaskus. Tetapi, Addas mengingatkan bahwa jumlah sekitar 70 tokoh tersebut bisa jadi belum mencakup semua guru Ibn ‘Arabî. Ini dikarenakan masa itu adalah setelah ia berumur tujuhpuluh, sehingga mungkin terjadi kelupaan. 33 Namun, penelitian Addas berhasil mengumpulkan jumlah guru Ibn ‘Arabî berdasarkan dua bagian selama periode Andalusia. Lebih dari enampuluh tokoh yang menjadi guru Ibn ‘Arabî pada periode 565 sampai 585 H. yang kebanyakan berdomisili di Kordoba. Sedangkan pada periode 585 sampai 610 H. terdapat seratus tokoh yang kebanyakan berdomisili di Sevilla. Addas menjelaskan bahwa semua - dan al , fiqh , adîts H jumlah itu mencakup pelbagai disiplin ilmu tradisional seperti Qur’ân, bahkan juga termasuk disiplin ilmu sastra, bahasa, dan teologi. 34 Dalam hal ini, sejarawan klasik Ibn al-Maqarrî pernah memberikan sebagian perincian daftar nama guru Ibn ‘Arabî. Sebagaimana tokoh Muslim lainnya, Ibn ‘Arabî memulai dengan mempelajari dan mendalami al-Qur’ân. Di Sevilla, Ibn ‘Arabî mendapatkan ijâzah sertifikasi dari banyak ulama dalam pelbagai cabang ilmu. 35 Di antara tokoh yang menjadi tempat Ibn ‘Arabî mendalami al-Qur’ân adalah Abû Bakr 30 Ibn ‘Arabî, Rûh, h. 9 dan 12. 31 Ibn al-Maqarrî, Nafh, v. 2 h. 263. 32 Yûsuf al-Nabhânî, Jâmi‘ Karâmât al-Awliyâ’, Beirut: Dâr al-Fikr, 2005, v. 1 h. 202. 33 Claude Addas, Quest, h. 96. 34 Claude Addas, Quest, h. 94. 35 Ibn al-Maqarrî, Nafh, v. 2 h. 161. Ra‘înî - ammad al h k dari Mu ana h asan Syuray H - Abû al , sab‘ah â’ah qir Lakhmî ahli - al penulis kitab al-Kâfî dalam ilmu qirâ’ah, dan Abû al-Qâsim al-Syarrâth. Selain kitab Muqrî dan - ammad al h karangan Abû Mu rah î Tabsh - al ia mempelajari kitab , î f â K - al kitab al-Taysîr karangan Abû ‘Amr bin Abû Sa‘îd al-Dânî. 36 Ia mempelajari fiqh 37 . h î faq ammad bin Qasûm seorang sufi dan h dengan madzhab Mâlikî kepada Mu Bahkan Claude Addas menegaskan bahwa semua guru spiritual Ibn ‘Arabî di Andalusia bermadzhab Mâlikî. Hal ini tidaklah mengherankan karena Mâlikî merupakan madzhab mayoritas di Andalusia. Tetapi hal itu tidak menghalanginya 38 . azm yang bercorak Zhâhirî H seperti fiqh Ibn , untuk mempelajari madzhab lain Isybîlî ketika masih - aqq al H - dari ‘Abd al ts î ad H Ibn ‘Arabî mempelajari aqq mengijazahkan semua karangannya dalam cabang H - ‘Abd al . bermukim di Sevilla dari Yunûs bin î r â Bukh - al h î h Sha Ia mempelajari . kepada Ibn ‘Arabî ts î ad H ilmu Tetapi 39 . arastanî H - Shamad al - Abd al dari ‘ Muslim h î h Sha âsyimî dan H - yâ al h Ya - dari tokoh lain seperti Ibn Shâ‘id al Muslim h î h Sha ia juga mempelajari , tampaknya ‘Arâwî. 40 Kekeringan spiritual Ibn ‘Arabî mulai tercerahkan nuansa spiritual karena ‘Arabî Ibn . Sevilla di î b î ‘Ar - mad al h Ja‘far A û Ab dengan pertemuannya menyebutkan bahwa al-‘Arîbî merupakan guru pertama yang ia temui dalam dunia spiritual. Dalam pandangan Ibn ‘Arabî, al-‘Arîbî merupakan sosok yang menarik. Hal ini dikarenakan al-‘Arîbî seorang yang buta huruf. Tetapi penjelasannya mengenai teologi sangat memuaskan, karena tidak kering dari nuansa spiritual. 41 36 Yûsuf al-Nabhânî, Jâmi‘, v. 1 h. 202-203. 37 Ibn ‘Arabî, Rûh, h. 55. 38 Claude Addas, Quest, h. 45. 39 Yûsuf al-Nabhânî, Jâmi‘, v. 1 h. 203. 40 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 2 h. 452. 41 Ibn ‘Arabî, Rûh, h. 46. Di antara tokoh yang sangat berpengaruh pada diri Ibn ‘Arabî selama di Andalusia adalah Abû Ya‘qûb bin Yakhlûf al-Kûmî sahabat Abû Madyan. Ia mengenal kitab Risâlah al-Qusyayrî untuk pertama kali ketika melakukan perjalanan - ammad al h Tetapi ia mendapatkan ijazah kitab ini dari Mu 42 . dengan Abû Ya‘qûb Bakrî. 43 Walaupun telah mendapatkan nuansa spiritual dari al-‘Arîbî, tetapi Ibn ‘Arabî belum mengenal literatur tasawuf kecuali setelah bertemu dengan Abû Ya‘qûb. +,-. 0123 4 015067 8 95 :;= ? A- BC DE -1,F :;GF HI2 JIK16 5 LLL -: L Di antara hal menarik yang aku temukan dari Abû Ya‘qûb adalah ketika aku belum mengenal kitab Risâlah al-Qusyayrî dan literatur lainnya, bahkan belum mengenal terminologi tasawuf... Ia berkata kepadaku bacalah kitab ini. Kitab Risâlah merupakan kitab tasawuf yang sangat populer di kalangan ulama. Kitab tasawuf tersebut ditulis oleh al-Qusyayrî 465 H. berdasarkan akidah Sunnî Asy‘ariyyah yang diyakininya. Al-Qusyayrî menulis kaedah teologi pada permulaan kitab Risâlah. 44 Hal ini yang menyebabkan al-Qusyayrî pernah diusir oleh kelompok Mujassimah antropomorfisme dengan menghasut penguasa Naisapur. Walaupun demikian, Ibn ‘Arabî menilai bahwa sikap al-Qusyayrî mengemukakan kaedah teologi di permulaan kitabnya bertujuan untuk menghindari asumsi negatif kaum teolog kapadanya dan para tokoh sufi. 45 Selain belajar dari tokoh lelaki, ia juga tidak merasa sungkan untuk belajar kepada tokoh perempuan seperti Fâthimah bint Abû al-Mutsannâ. Fâthimah merupakan tokoh sufi perempuan di Sevilla. Ibn ‘Arabî adalah murid yang paling 42 Ibn ‘Arabî, Rûh, h. 49. 43 Yûsuf al-Nabhânî, Jâmi‘, v. 1 h. 204. 44 Al-Qusyayrî, al-Risâlah al-Qusyayriyyah ed. Hânî al-Hajj, Kairo: al-Tawfîqiyyah, t.t., h. 22. 45 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 8 h. 287. disayanginya. Hal ini dikarenakan ia belajar dengan sepenuh hati kepada Fâthimah. 46 Ia menuturkan, 6 MN:;GI2OP7A+957Q-1RSTAF =6ﻥ , V AW1T 0XTﺏ :CA 0XTRﺏFWI2OP7A7Q-.Z15 5 =CN 9ﺏ [ =;N \NV12]: 7 ﺏ:T +ﺏ795FW0I - _ +504 :G-HN 0IZﺏOP I2OP L Dia Fâthimah berkata: Tidak ada orang yang membuat aku kagum melainkan si fulan; maksudnya adalah saya. Ada yang bertanya mengapa ia kagum, Fâthimah menjawab: Hal ini dikarenakan kalian datang untuk belajar kepadaku, sedangkan pemikiran kalian masih di rumah dan keluarga kalian, kecuali Ibn ‘Arabî anakku dan penyejuk hatiku. Apabila belajar kepadaku, ia datang dengan sepenuh hati. 47 Pada masa ini juga, ia melakukan kunjungan ke pelbagai kota dan negara luar, walaupun belum menetap di sana. Kesempatan berkunjung tersebut ia gunakan untuk belajar kepada para ulama, seperti Ibn Basykawâl seorang pakar sejarah di Kordoba. 48 Setelah itu, pada tahun 590 H. ia berkunjung ke kota Fez salah satu kota di Maroko, sehingga bertemu dengan Abdullâh dan Ismâ‘îl bin Sawdakîn yang bakal menjadi murid setianya. Pada tahun itu juga, ia berkunjung ke Tunisia. Di sana ia bertemu dengan ‘Abd al-‘Azîz al-Qurasyî. Namun pada tahun 595, Ibn ‘Arabî kembali ke Sevilla. Tahun ini merupakan masa wafat Ibn Rusyd, salah seorang tokoh intelektual yang ia disenangi, sehingga ia menyempatkan menghadiri pemakamannya. 49 Pada tahun 598 ia berkunjung untuk kedua kalinya ke Maroko, tetapi kembali lagi pada tahun yang sama. Tidak ditemukan keterangan bahwa Ibn ‘Arabî telah menikah pada masa kunjungan. Tetapi Addas mempunyai asumsi bahwa Ibn ‘Arabî melakukan nikah kontrak. 50 46 Ibn ‘Arabî, Rûh, h. 85. 47 Ibn ‘Arabî, Rûh, h. 85. 48 Ibn al-Maqarrî, Nafh, v. 2 h. 162. 49 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 1 h. 235. 50 Claude Addas, Quest, h. 40. It is perfectly possible that Ibn ‘Arabî only contracted a merriage after his arrival in the East... Hal itu sangat memungkinan Ibn ‘Arabî melakukan nikah kontrak saja setelah sampai di Timur... 51 Asumsi ini terkesan sangat berlebihan dan keliru, karena keadaan sosiologis di sana tidak memungkinkan Ibn ‘Arabî melakukan hal itu. Hal ini dengan mempertimbangkan teologi Sunnî dan madzhab fiqh Mâlikî dan Zhâhirî yang berkembang luas di Andalusia dan Maroko. Sedangkan teologi Sunnî dan dua madzhab fiqh tersebut dengan tegas mengharamkan nikah kontrak. Setelah periode ini, tahun 598 yaitu setelah ibunya meninggal dunia, ia melanjutkan perjalanan ke Marakez salah satu kota di Andalusia. 52 Pada tahun yang sama, ia berkunjung dan menetap sementara di Maroko, lalu meneruskan ke arah Timur. Ibn al-Abbâr menginformasikan bahwa setiap kali Ibn ‘Arabî berkunjung ke suatu daerah, ia selalu belajar dari para ilmuwan setempat. 53 Oleh karena itu, di sela- , etempat dari para ulama s ijâzah banyak memperoleh ‘Arabî Ibn sela kunjungannya Hal ini 54 .î Jawz - fizh Ibn al â H - al , kir â fizh Ibn ‘As â H - al , î Salaf - fizh al â H - seperti al ts î ad H tokoh yang mendalami ilmu termasuk ‘Arabî menunjukkan bahwa Ibn langsung kepada tokoh ternama pada masanya. Di samping itu, mereka juga teolog î adalah tokoh Sunnî yang teguh dengan akidah ahli Salaf - l A . Sunnî yang beraliran kir merupakan tokoh yang paling kuat membela dan membuktikan â Ibn ‘As . adîts H n î Taby secara historis dalam kitabnya î Asy‘ar - asan al H - al û Ab teologi kebenaran Kadzb al-Muftarî . Sedangkan Ibn al-Jawzî merupakan tokoh yang sangat keras menentang teologi Mujassimah antropomorfisme dalam kitabnya Daf‘ al-Syubah. Latar belakang ini merupakan bekal bagi Ibn ‘Arabî dalam mendalami pemikiran 51 Claude Addas, Quest, h. 40. 52 Ibn ‘Arabî, Rûh, h. 117. 53 Ibn al-Maqarrî, Nafh, v. 2 h. 263. 54 Ibn al-Maqarrî, Nafh, v. 2 h. 162. kitab - tidak hanya mengajarkan kitab para ulama tersebut Ini dikarenakan . teologi . kitab yang bernuansa teologis - tetapi juga kitab , dan hukum ts î ad H Selain tiga tokoh di atas, Ibn ‘Arabî sempat melakukan perdebatan teologis di Fez dengan Abû ‘Abdillâh al-Kannânî teolog Asy‘ariyyah kenamaan di Maroko. Mereka berdiskusi mengenai sifat Allah; apakah sebagai nisbah atau afiliasi ziyâdah pada zat-Nya. Tukar pikiran tersebut mengarah kepada perbedaan yang tidak bisa dikompromikan. Al-Kannânî bertahan dengan konsep teologi tersebut, tetapi ia juga menyalahkan konsep Ibn ‘Arabî. 55 Selain bertemu dengan para teolog Asy‘ariyyah, persentuhan pemikiran Ibn ‘Arabî dengan Mu‘tazilah juga terlihat sangat menarik. Dalam salah satu penuturannya, ia menyebutkan pertemuan dengan Abû ‘Abdillâh bin Junayd seorang tokoh Mu‘tazilah dari Qabrfîq satu wilayah dari kota Randah. Sebagaimana dalam doktrin Mu‘tazilah, Abû ‘Abdillâh meyakini bahwa makhluk menciptakan perbuatannya sendiri. Sedangkan dalam pandangan Ibn ‘Arabî, doktrin tersebut sangat keliru. Oleh karena itu, ia mengajak Abû ‘Abdillâh berdiskusi agar meninggalkan kekeliruan teologi yang dianutnya. Ibn ‘Arabî mampu mempengaruhinya dengan menjelaskan interpretasi ayat al-rijâl qawwâmûn ‘alâ al-nisâ. 56 0ﺏ ﺹ-a;9ﺝ 06 :N_7IﺏN06 A HW;5_7IﺏHWaﺝ 9IN c HI23 :ZN TNd JIPN0R e5+2 L Maka setelah ia Abû ‘Abdillâh kembali ke negerinya Randa, aku pergi berkunjung ke sana. Setelah sampai di sana, aku kembali berdiskusi dengannya dan para pengikutnya agar meninggalkan madzhab teologi mu‘tazilah mengenai konsep penciptaan perbuatan. Ia bersyukur kepada Allah terhadap penjelasanku tersebut. 57 Hal ini mengindikasikan bahwa Ibn ‘Arabî telah mempelajari perdebatan teologis antara Asy‘ariyyah dan Mu‘tazilah sebelum bertemu dengan Abû ‘Abdillâh 55 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 7 h. 33. 56 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 2 h. 372. 57 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 2 h. 372. bin Junayd, sehingga dengan mudah memahami kekeliruan rekannya. Bahkan hal di atas menunjukkan penguasaan Ibn ‘Arabî dalam memahami tema-tema penting teologi Islam. Setelah pelbagai kunjungan dilakukan pada periode ini, Ibn ‘Arabî berniat melanjutkan perjalanan ke ia 598 pada tahun , Oleh karena itu . untuk menunaikan haji dan tidak . H 601 m pada tahun â Sy , . H 598 terutama Makkah tahun z â ij H , Mesir pernah kembali lagi ke Andalusia. 58 Sebelum menuju Syâm, ia berkunjung ke Makkah 598-599 H. untuk melaksanakan haji, Ibn ‘Arabî menyempatkan belajar dari beberapa tokoh seperti Abû - Sunan al Ia mempelajari . aram H - Isfahânî seorang imam di Maqâm al - Syujâ‘ al Tirmidzî dari Abû Syujâ‘. Adapun Sunan Abû Dâwud dipelajarinya dari al-Burhân Masa ini sangat 59 . anâbilah H - seorang imam Maqâm al h Futû - Nahsr bin Abû al berpengaruh kepada Ibn ‘Arabi dalam kecenderungannya terhadap metode mayoritas y ra adîts daripada H teolog Sunnî yang lebih memprioritaskan kedudukan pemikiran. Ia mengatakan seandainya ray lebih utama, maka pemikiran Nabi Saw tentu lebih utama. Tetapi hal itu akan menyebabkan Nabi Saw tidak ma‘shûm, sehingga rentan terhadap kesalahan. Ia menukil sebuah anekdot dari Qâdhî Abd al- Wahhâb - Qâdhî Abd al . adîts H huran Azdî yang menunjukkan kelu - Wahhâb al menceritakan bahwa ia melihat dalam mimpinya ada kitab-kitab yang ditinggikan dan direndahkan tempatnya, lalu ia bertemu dengan seorang yang saleh yang telah meninggal. Ia menanyakan tentang kitab yang ditinggikan dan direndahkan tersebut. Orang yang saleh tersebut menjawab bahwa kitab yang ditinggikan adalah kitab 60 . y ra sedangkan yang direndahkan adalah kitab , adîts H 58 Ibn al-Maqarrî, Nafh, v. 2 h. 263. 59 Yûsuf al-Nabhânî, Jâmi‘, v. 1 h. 203. 60 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v 5 h. 101. Setelah melaksanakan haji, ia kembali melakukan perjalanan pada tahun 600 H., dari Makkah menuju Mosil salah satu kota di Syâm tahun 601 H., Baghdâd, Kairo pada tahun 603 H., lalu ia kembali melaksanakan haji untuk kedua kalinya pada tahun 604 H. Ia juga melakukan haji lagi pada tahun 611, lalu berkunjung ke Konya pada tahun 612 H. lalu pegi ke Damaskus untuk pertama kali pada tahun 620. Setelah itu menetap di Aleppo tahun 628. Namun kemudian, ia kembali ke Damaskus pada tahun 629. Di kota ini ia menyebarkan ajarannya secara utuh sampai akhir hayatnya Zakî yang - Dîn Ibn al - yi al h Aktivitas Ibn ‘Arabî disokong oleh Qâdhî Mu . 638 bermadzhab al-Syâfi‘î dan berteologi Asy‘ariyyah. Ia wafat di rumah Qâdhî pada malam Jum‘at 28 Rabî‘ al-Akhîr, dan dimakamkan di pemakaman Banî Zakî. 61 Adapun mengenai kecerdasannya, potensi Ibn ‘Arabî telah terlihat ketika masa kecilnya. Hal ini diakui oleh Ibn Rusyd filosof Muslim Peripatetik. Ia sendiri juga Saat itu Ibn Rusyd . t â h û Fut - al menceritakan pertemuannya dengan Ibn Rusyd dalam merupakan Qâdhî di kota Kordoba. Ia menuturkan bahwa Ibn Rusyd terlihat senang dengan pertemuan tersebut, terutama ketika mendengarkan penjelasan menarik yang menunjukkan ketajaman paham yang dianugerahkan Allah kepada Ibn ‘Arabî. Pada saat itu Ibn Rusyd sedang bersama para sahabatnya, sedangkan Ibn ‘Arabî masih belum dewasa. Pada kesempatan lain, terkadang Ibn Rusyd meminta bertemu Ibn ‘Arabî dan ayahnya, dan terkadang sebaliknya. Ia juga menuturkan bahwa Ibn Rusyd sangat bersyukur bisa bertemu dengannya, karena merasa mendapatkan pencerahan spiritual. Tetapi ia sendiri memuji Ibn Rusyd dengan menyebutkannya sebagai golongan arbâb al-fikr wa al-nazhr al-‘aqlî tokoh pemikir logis sebuah sanjungan 61 Muhammad bin Syâkir al-Katbî, Fawât al-Wafâyât, Beirut: Dâr Shâder, t.t., v. 3 h. 345. bagi seorang ilmuwan. Ibn Rusyd wafat saat Ibn ‘Arabî telah dewasa, yaitu tahun 595 M. ketika kembali dari Maroko. 62 Pertemuannya dengan Ibn Rusyd, sangat berarti bagi Ibn ‘Arabî dalam memahami pemikiran filsafat dan teologi. Namun tidak ditemukan pengaruh Ibn Justeru . ‘Arabî pada karangan Ibn îl â Ghaz - mid al â H Abû mengritisi Rusyd dalam sebaliknya, Ibn ‘Arabî termasuk orang yang melakukan pembelaan terhadap al- ‘Arabî Ibn . â bun â h h as atau kasyf - ib al h â sh sehingga menyebutnya sebagai , Ghazâlî sebagai tokoh yang ât h Futû - al kali dalam kitabnya 18 lebih dari Ghazâlî - al menyebut Adapun sanggahannya terhadap . ia bela dan terima konsep pemikirannya cenderung Hal ini karena . r Ahlihi y Gha â n ‘al û Madhn ditujukan pada isi kitab , m â Isl - ujjah al H al-Ghazâlî mencoba memahami Allah melalui pendekatan logika. 63 Besar kemungkinan kitab tersebut dikarang al-Ghazâlî sebelum menjadi sufi. Sedangkan, di Ghazâlî - ia merasa keberatan dengan pandangan teologi al ikam H - al h s û Fush dalam yang berpendapat bahwa Allah bisa dikenal tanpa memikirkan alam semesta. 64 Dua kritikan ini terkesan kontradiktif, tetapi hal tersebut merupakan bukti bahwa Ibn ‘Arabî sangat tertarik pada permasalahan teologi. Namun demikian, ketokohan al-Ghazâlî terlihat berpengaruh pada pemikiran teologis Ibn ‘Arabî. Hal menarik dari sikap Ibn ‘Arabî dalam hal ini adalah ketika memandang al-Ghazâlî bukan sebagai seorang tokoh Asy‘ariyyah, tetapi sebagai pembangun teologi sufi. Ide-ide al-Ghazâlî sangat berpengaruh pada ‘Arabî dalam beberapa tema teologi, di antaranya mengenai konsep tajsîm dan tanzîh, kritikan terhadap kelompok kebatinan, dan kenabian. Dalam tema-tema kesufian, Ibn ‘Arabî sering mengutip dan mengembangkan pandangan al-Ghazâlî, seperti pembahasan Adapun . asi penciptaan Âdam dan kontempl , zuhud , ayrah h mengenai maqâm 62 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 1 h. 235. 63 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 6 h. 248. 64 Ibn ‘Arabî, Fushûsh al-Hikam, Beirut: Dâr al-Kutub al-Islâmiyyah, 2003 h. 67. pernah dilakukannya ketika yâ h I seperti Ghazâlî - pembacaannya terhadap karya al 65 . Tilmisânî - Shadafî al - ammad bin Khâlid al h di Makkah melalui bimbingan Mu Selain al-Ghazâlî, karya-karya al-Juwaynî dan al-Isfaraynî yang berteologi Asy‘ariyyah tampak mempengaruhi Ibn ‘Arabî. Pembacaan terhadap karya-karya tersebut bisa dipastikan pernah dilakukan Ibn ‘Arabî, karena teologi Asy‘ariyyah merupakan aliran yang paling populer di Andalusia pada saat itu dan karya-karya mereka merupakan rujukan utama dalam teologi Asy‘ariyyah. 66 Hal ini terbukti dengan penukilan pemikiran mereka yang sering menghiasi kajian teologis Ibn ‘Arabî . mereka mengritisi ya untuk hal ini tidak menghalangin , Namun . ât h Futû - al dalam Selain tokoh klasik, Ibn ‘Arabî pernah menulis Risâlah yang berisi nasehat untuk tokoh semasa, yaitu Fakhr al-Râzî w. 606 seorang teolog Asy‘ariyyah ulung dan interpretator terkenal pada masa tersebut. Di dalam Risâlah ia menyatakan telah membaca banyak karangan Fakhr al-Râzî, terutama dalam masalah teologis. 67 Selain , banyak menulis karya yang bernuansa teologis Râzî - al , Ghayb - al h î t â Maf tafsir seperti Asâs al-Taqdîs. Kitab tersebut merupakan kritikan teologis al-Râzî terhadap Mujassimah yang mengabaikan aspek tanzîh pada sifat Allah. Selain itu, al-Râzî sangat aktif mengritisi teologi Râfidhah kolompok Syî‘ah yang menghina khalifah sebelum ‘Alî bin Abî Thâlib. Pembacaan terhadap karangan al-Râzî, mendorong Ibn . Khathîb - dengan sebutan Ibn al ât h Futû - al ‘Arabî untuk menukil pemikirannya dalam Penyebutan tersebut sering ditemui ketika ia membicarakan konsep ilmu; salah satu tema teologis yang menjadi objek kritikan Ibn ‘Arabî terhadap para teolog dan filosof. 68 65 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 8 h. 386. 66 Claude Addas, Quest, h. 103. 67 Ibn ‘Arabî, Risâlah al-Syaykh al-Akbar ilâ Fakhr al-Râzî ed. Abd al-Rahmân Hasan Mahmûd, Kairo: ‘Âlam al-Fikr, t.t., h. 10. 68 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 1 h. 247, 383, v 4 h. 480. Dalam menanggapi hal ini, Claude Addas lebih cenderung menilai bahwa tidak ada alasan untuk menyangkal hubungan antara al-Râzî dan Ibn ‘Arabî. Hal ini dikarenakan isi Risâlah yang ditulis Ibn ‘Arabî memang diperuntukkan bagi al-Râzî. Namun Addas belum berani memastikan seratus persen. 69 Apabila diperhatikan masa hidup mereka, maka sangat mungkin terjadi interaksi, walaupun tidak ada keterangan mereka bertemu. Dalam hal ini, penulis menemukan dua petunjuk mengenai interaksi Risâlah Ibn ‘Arabî memang mengakui bahwa , Pertama . ât h û Fut - al mereka dalam tersebut diperuntukkan untuk al-Râzi. Tetapi ia menyebutnya dengan Risâlah al- h â Risal menyebutnya â y h n Ya â Sedangkan Addas dengan mengutip ‘Utsm 70 . q â Akhl fi Wujûh al-Qalb . 71 Ia tentu menulisnya ketika al-Râzi masih hidup, karena tidak mungkin seseorang menyurati yang telah mati. Ia menuturkan sebagaimana berikut. +ﺏ:92+ﺏ795:fEI [ﺏ 1RC,C MPd ? N_ 1;NC? 3 09Q : g;KP L Kami menyempurnakan pembahasan tentang etika di dalam Risâlah ammad bin ‘Umar bin Khathîb h Fakhr Mu - yang kami tulis untuk al Akhlâq - al dari kota Rayy Persia. 72 Kedua, ia pernah bertemu dengan al-Rasyîd al-Farghânî murid al-Râzi. 73 Besar kemungkinan Ibn ‘Arabî menulis Risâlah tersebut setelah haji yang pertama 599 H., karena ia sebelumnya tidak pernah ke daratan Syâm kecuali setelah masa itu. Sedangkan interaksinya dengan al-Râzi, hanya mungkin terjadi setelah kunjungannya ke Syâm 601, yaitu lima tahun sebelum al-Râzi wafat. Interaksi tersebut tentu memberi pengaruh yang besar pada pandangan teologi Ibn ‘Arabî. Terlepas dari hal di atas, perjalanan ilmiah Ibn ‘Arabî tersebut menunjukkan , baik yang berkaitan dengan teologi , bahwa ia sangat akrab dengan dunia intelektual 69 Claude Addas, Quest, h. 104. 70 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 1 h. 365. 71 Claude Addas, Quest, h. 104. 72 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 1 h. 365. 73 Ibn ‘Arabî, al-Futûhât, v. 1 h. 191, fashl fî shalâh al-Istisqâ. Hal ini terlihat dari sekian banyak tokoh yang . sastra dan tasawuf , adîts H , hukum menjadi guru dan sahabat Ibn ‘Arabî. Mayoritas mereka adalah berteologi Sunnî. Hal ini terlihat dari kitab-kitab yang mereka ajarkan dan ijazahkan. Ini tentu mempengaruhi konsep teologis yang diterapkan Ibn ‘Arabî dalam pelbagai karangannya.

B. Karya Tulis Ibn ‘Arabî