Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
[18]: 9 yang sekarang menjadi koleksi Cambridge University Library.
6
Sekedar menyebut beberapa tokoh mufassir
asli orang Indonesia lainnya adalah ‗Abdu al-Raûf al-Sinkilî, Syaikh Nawaw Banten meskipun tafsirnya tidak ditulis di bumi Indonesia, H. Abdul
Karim Amrullah HAMKA, Mahmud Yunus, A. Hasan dan sederet nama lainnya. Untuk memudahkan pengkajian tradisi penulisan tafsir di Indonesia para peneliti seperti:
Howard M. Federspiel,
7
M. Yunan Yusuf,
8
telah menyusun berbagai periodisasi tafsir Indonesia.
Dari sederet nama tokoh mufassir Indonesia terselip satu nama yang nyaris terlewatkan. Dia adalah Ahmad Sanusi, ajengan kelahiran Kampung Cantayan, Cibadak,
Sukabumi pada 18 September 1888. Disebut nyaris terlewatkan, karena memang nama dan karya tafsirnya, hampir tidak disebut oleh beberapa penelitian tentang perkembangan
tafsir di Indonesia, kecuali singgungan sangat singkat dan nukilan dalam catatan kaki. Hal ini tentunya, menurut penulis, merupakan sebuah ironi.
9
Padahal, tidak kurang dari tiga hasil karya tafsir al-Quran dan sejumlah tafsir sûrah-sûrah lainnya telah
dihasilkan oleh Ahmad Sanusi.
10
Dengan tiga karya agungnya dalam bidang tafsir al- Quran, yakni:
Maljâ’ al-Tâlibîn fî Tafsîr Kalâm Rabb al-‘Âlamîn, Raudat al-‘Irfân fî Ma’rifat al-Qur’ân 30 Juz dua jilid dan Tamsyiyyat al-Muslimîn fî Tafsîr Kalâm Rabb
6
Gusmian, Khazanah Tafsir, h. 54
7
Howard M. Federspiel, Kajian al-Quran di Indonesia: dari M. Yunus hingga Quraisy Syihab, terj. Tajul, Bandung: Mizan, 1994
8
Yunan Yusuf, Karakteristik Tafsir Al- Qur’an di Indonesia Abad ke-20 , dalam Jurnal
Ulumul Qur a , No. 4, Volume III, 1992
9
Beberapa peneliti seperti Howard M. Federspiel dan M. Yunan Yusuf tidak menyinggung nama K.H. Ahmad Sanusi dan tafsir-tafsirnya. Hal ini juga terlihat dari absennya
nama K.H. Ahmad Sanusi dan karya-karya tafsirnya dalam silabus mata kuliah Perkembangan Tafsir di Indonesia di Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
10
Ahmad Sanusi 1888-1950 M termasuk salah satu ulama di Indonesia Awal abad ke- 20 M yang paling produktif menulis karya. Gunsaikanbu mencatat tidak kurang dari 101 karya
yang ditulisnya dalam berbagai bidang keagamaan. Lihat Gunsaikanbu, Orang Indonesia Yang Terkemuka di Jawa,
Yogyakarta: UGM Press, 1986, h. 442-443. Menurut penulis, ia juga berhak menyandang gelar sebagai ulama yang paling produktif dalam menulis karya tafsir.
al- ‘Âlamîn ,
11
tidaklah berlebihan jika Ahmad Sanusi dipandang sebagai salah satu ulama tafsir mufassir terpenting yang pernah dimiliki Indonesia.
Dari ketiga karya tafsir Ahmad Sanusi tersebut di atas, tafsir Tamsyiyyat al- Muslimîn fî Tafsîr Kalâm Rabb al-
‘Âlamîn Selanjutrnya ditulis: Tamsyiyyat al- Muslimîn
akan menjadi objek kajian penelitian ini. Tafsir tersebut berjudul lengkap dan bertulisan asli Tamsjijjatoel Moeslimin fie Tafsier
i Kalami Rabbil ’Alamien. Tafsir ini pada mulanya terbit secara berkala satu bulan sekali sejak 1 Oktober 1934, dicetak di
percetakan al-Ittihâd Sukabumi dan beredar di kalangan terbatas di daerah Jakarta, Bandung, Bengkulu dan Singapura. Beberapa sumber menyebutkan tidak diketahui
berapa jumlah edisi yang pernah terbit. Penulis mencatat tafsir Tamsyiyyat al-Muslimîn memiliki edisi tahun ke-1 no.1 1934 hingga tahun ke-5 no. 53 1939 yang sebagiannya
ada di tangan penulis. Tafsir ini ditulis dengan huruf latin dan bahasa melayu dengan ejaan Ch. A. van Ophuijsen. Tulisan Arabnya teks al-Quran disertai dengan transliterasi
huruf Latin. Saat ini tafsir tersebut sedang mengalami reproduksi untuk diterbitkan kembali oleh tim yang diketuai oleh Dr. K.H. Dedi Ismatullah, MA., salah seorang cucu
dan penerus Ahmad Sanusi. Pemilihan objek ini didasari dengan pertimbangan bahwa tafsir tersebut memiliki
beberapa kekhasan, di antaranya: 1 ditinjau dari aspek latar belakang, tafsir ini lahir di tengah panasnya kontroversi transliterasi alih aksara al-Quran ke dalam huruf Latin, 2
aspek penyebaran, tafsir ini ditulis sebagai edisi bulanan majalah 3 aspek teknis penulisan dan metodologis penafsiran, dan lain-lain.
11
Nashruddin baidan dalam bukunya, Perkembangan Tafsir al-Quran di Indonesia Solo: Tiga Serangkai, 2003 telah salah menyebutkan Tafsir Tamsyiyyat al-Muslimin karya
Ahmad Sanusi dengan menyebutnya dengan Tafsîr asy-Syamsiyah. Setelah ditelisik oleh penulis, ternyata Baidan mengutip dari buku tafsir Departemen Agama R.I. yang berjudul Al-
Qur’an dan Tafsîrnya
, Yogyakarta: UII, 1995 h. 61 dalam Mukaddimah.
Berpijak pada beberapa pertimbangan tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang tafsir Tamsyiyyat al-Muslimîn tersebut dalam bentuk
skripsi ini.