yang akan ditelitinya”
2
2
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Prenada Media, Jakarta, 2005, hal. 53.
, yang mencakup antara lain: 1.penelitian sesuai dengan minat peneliti; 2. penguasaan teori seputar masalah; 3. sesuai dengan disiplin
ilmu yang dipelajari; 4. cukup banyak penelitian sebelimnya tentang masalah tersebut; 5. berdasarkan pertimbangan waktu; 6. pertimbangan biaya;
7. situasional masyarakat menyambut baik masalah tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi politiknya, bagaimana masyarakat menggeluti politik ditengah- tengah kemelut pemenuhan kebutuhan
hidupnya. Adapun judul penelitian ini adalah: “Status sosial ekonomi dan Partisipasi Politik ”. Dimana penelitian ini merupakan suatu penelitian penjelasan
explanatory atau confirmatory research pada Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana status sosial ekonomi mempengaruhi partisipasi politik masyarakat Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara?
Universitas Sumatera Utara
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran, sejauh manakah pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat
di Desa Hutauruk Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.
1.3.2. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah sebagai
pengambil kebijaksanaan, bagi organisasi politik seperti Partai Politik maupun Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, tentang bagaimana upaya-
upaya yang harus dilakukan guna meningkatkan partisipasi politik masyarakat.
2. Bagi Peneliti Akademis lain, sebagai masukan ilmu pengetahuan,
tekhnologi dan seni IPTEKS, jika melakukan penelitian yang berhubungan.
3. Bagi masyarakat, dapat menambah masukan tentang pentingnya
partisipasinya dalam berpolitik.
1.4. KERANGKA TEORI
Untuk memudahkan penelitian, diperlukan pedoman dasar berpikir yaitu Kerangka Teori. “Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut, seorang
Universitas Sumatera Utara
peneliti perlu menyususun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.”
3
“Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep dan konstruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antara konsep Ringkasnya, teori adalah hubungan satu konsep dengan konsep lainnya untuk menjelaskan gejala tertentu. “
Selanjutnya Singarimbun menyebutkan bahwa
4
Berdasarkan buku Samuel P. Huntington dan Joan Nelson
1.4.1. Partisipasi Politik
Partisipasi yang meluas merupakan ciri khas modernisasi politik. Istilah Partisipasi politik telah diartikan dalam berbagai arti, apakah partisipasi politik itu
hanya prilaku atau mencakup pula sikap- sikap dan persepsi yang merupakan syarat mutlak bagi perilaku partisipasi.
5
Kedua, yang diperhatikan dari partisipasi politik adalah kegiatan politik warganegara preman, atau lebih tepat lagi, perorangan- perorangan dalam peranan
mereka sebagai warganegara preman. Dengan demikian ada hubungan antara partisipasi- partisipasi politik dan orang- orang professional di bidang politik.
, penulis merangkum defenisi inti yang perlu dicatat dalam Partisipasi Politik, yakni
sebagai berikut: Pertama, ia mencakup kegiatan- kegiatan akan tetapi tidak sikap- sikap. Dimana
kegiatan politik adalah yang objektif dan sikap- sikap politik yang subyektif.
3
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Sosial, Gajah Mada University Press, Yokyakarta,1987,
hal. 40.
4
Masri Singarimbun; Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survai, Penerbit LP3ES, Jakarta, 1982,
hal. 40.
5
Samuel P. Huntington; Joan M. Nelson, op cit, hal. 6-7.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, yang menjadi pokok perhatian dalam partisipasi politik adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah.
Usaha- usaha untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dapat melibatkan usaha membujuk atau menekan pejabat- pejabat untuk bertindak atau
tidak bertindak dengan cara- cara tertentu. Keempat, menurutnya bahwa partisipasi politik mencakup semua kegiatan yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah, tak peduli apakah kegiatan itu benar- benar mempunyai efek. Seorang partisipan politik dapat berhasil atau tidak
akan dapat berkuasa atau tidak. Dalam pengertian ini, maka kebanyakan partisipan politik mempunyai kekuasaan yang kecil saja, dan hanya beberapa
partisipan saja yang mencapai sukses yang cukup besar dalam politik. Pada penelitian ini partisipasi politik yang dimaksud adalah partisipasi
politik dalam ruang lingkup desa atau sering disebut dengan “masyarakat tradisional”, menurut Daniel Lerner pada tahun 1958 masyarakat tradisional
merupakan non partisipan dan masyarakat modern partisipan, hal ini dulunya diterima, karena secara umum bahwa perbedaan politik yang utama antara
masyarakat tradisional pedesaan dan masyarakat modern perkotaan adalah lingkup, intensitas, dan landasan partisipasi politiknya. Namun pada era saat ini
kita dapat melihat bahwa tingkat partisipasi masyarakat tidak lagi dipengaruhi dimana ia tinggal atau dalam artian pedesaan ataupun perkotaan. “Kesemuanya
bergantung pada tingkat perekonomian setiap daerah apabila kita mengetahui
Universitas Sumatera Utara
bahwa tingkat partisipasi politik di suatu Negara bervariasi sejalan dengan tingkat pembangunan ekonominya”
6
Partisipasi politik itu hanya perilaku, atau mencakup sikap- sikap dan persepsi- persepsi misalnya persepsi seseorang tentang relevansi politik bagi
urusannya sendiri. Jika ditelusuri lagi secara spesifik, di dalam bukunya akhirnya didefenisikan bahwa partisipasi politik tidak hanya mencakup
kegiatan yang oleh pelakunya sendiri dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah, akan tetapi juga kegiatan yang oleh orang
lain di luar si pelaku dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Yang pertama dapat dinamakan partisipasi otonom,
yang terakhir partisipasi yang dimobilisasikan. Masalah niat, dan persoalan yang berkaitan dengannya, yakni motivasi- motivasi partisipasi politik
merupakan hal yang kompleks dan kontroversial. Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam bukunya menuliskan
lebih lanjut, bahwa partisipasi politik telah digunakan dalam berbagai arti, adapun pengertian tersebut adalah sebagai berikut:
7
Banyak orang bertindak, seperti: memberikan, demonstrasi yang merupakan jenis partisipasi tidak merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan
keinginan sendiri melainkan dikarenakan adanya perintah orang lain yang disebut istialh “Ward Boss”, istilah ini digunakan untuk orang- orang yang dengan
menggunakan paksaan, persuasi, atau rangsangan- rangsangan materi mereka yang digunakan untuk memobilisasi orang- orang lain dalam usaha mengejar
sasaran mereka. Dalam beberapa studi secara eksplisif tidak menganggap tindakan yang dimobilisasi atau yang dimanipulasikan sebagai partisipasi politik.
Contohnya: memberikan suara dalam pemilihan- pemilihan dimana
6
Samuel P. Huntington, Ibid, hal. 59.
7
Samuel P. Huntington, Ibid, hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
warganegaranya tidak dapat memilih diantara calon- calon karena hanya ada satu calon tunggal.
Banyak tanggapan mengenai apa itu partipasi politik, jadi jelaslah, bahwa banyak partisipasi di dalam sistem- sistem politik yang demokratis dan kompetitif
mengandung suatu unsur tekanan dan manipulasi. Dalam penelitian ini, partisipasi yang dimobilisasi dan yang otonom bukan merupakan kategori- kategori
dikotomis yang dapat dibedakan dengan satu tujuan satu sama lain. Yang benar keduanya adalah satu spectrum, terdapat perbedaan yang bersifat arbiter dan
batas- batasnya tidak jelas. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan melihat partisipasi politik masyarakat yang terlihat atau yang dilakukan baik secara
otonom maupun dimobilisasi yang ukurannya dapat dilihat dari bentuk partisipasi politik itu sendiri.
1.4.1.1. Pengertian Partisipasi Politik
Sebagai defenisi yang umum, sesuai dengan yang diartikan oleh Miriam Budiarjo
8
8
Miriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politik, PT Gramedia, Jakarta, 1982, hal. 12.
, bahwa partisipasi politik adalah Kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan cara jalan
memilih pimpinan Negara secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara
dalam Pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah
atau anggota parlemen. Partisipasi politik juga, senantiasa mengacu kepada semua bentuk kegiatan yang dilakukan dengan cara terorganisir maupun tidak, yang
Universitas Sumatera Utara
ditujukan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah memilih penguasa Negara atau para pemimpin politik dan pemerintahan.
Partisipasi Politik masyarakat berkaitan erat dengan demokrasi suatu Negara.
9
“Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan
secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum”
Demokrasi adalah tatanan politik yang memiliki liberalisasi dan partisipasi yang tinggi. Karya Moore 1940-an menjelaskan inti dari transformasi
yang lebih dikenal dengan istilah “modernisasi” adalah industrialisasi kapitalis dan komersialisasi pertanian. Kelas sosial utama yang diperhatikan Moore adalah
kelas Priyayi, pemilik tanah, petani dan borjuis kota. Tesis yang diajukan Moore adalah bahwa proses demokratisasi suatu bangsa sangat dipengaruhi ketiga kelas
sosial itu, dengan Negara pada masa berlangsungnya proses modernisasi. Selain itu, menurut Herbert Mc.Closky dalam international encyclopedia
of the sosial science.
10
“Partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat- pejabat Negara
dan atau tindakan- tindakan yang diambil oleh mereka.” Menurut Norman H. Nie dan Sidney Verba dalam Handbook of political science:
11
9
Mohtar Mas’oed, Negara, Kapital dan Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yokyakarta, 2003, hal. 43.
10
Miriam Budiarjo, op cit, hal. 183. yang dikutipnya dari Herbert Mc. Closky, “Political
Participation” Internasional Encylopedia of the science, The Macmillan Company and the Free Press, New York, 1972, hal. 252.
11
Norman H.Nie, Political Participation, Handbook og Political Science, Fred 1, Reading Mass:
Addison- Wesley Publishing Company, Jakarta, 1975, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
1.4.1.2. Bentuk- Bentuk Partisipasi Politik
Bentuk partisipasi politik masyarakat menurut Miriam Budiarjo adalah:
Partisipasi Politik dapat bersifat aktif dan pasif, bentuk yang paling sederhana dari partisipasi politik aktif adalah ikut memberikan suara dalam pemilu, turut
serta dalam demonstrasi dan memberikan dukungan keuangan dengan memberikan dukungan keuangan dengan memberikan sumbangan. Sedangkan
bentuk partisipasi pasif adalah bentuk partisipasi yang sebentar- sebentar. Misalnya bentuk diskusi, politik informal oleh individu- individu dalam
keluarga masing- masing, di tempat kerja, atau diantara sahabat- sahabatnya.
12
• Partisipasi politik aktif mencakup kegiatan warganegara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum
yang berbeda kepada pemerintah, mengajukan saran perbaikan untuk meluruskan kerjasama, membayar pajak, dan ikut dalam kegiatan
pemilihan pimpinan pemerintah. Menurut Ramlan Surbakti, bentuk partisipasi dibedakan menjadi
partisipasi aktif dan partisipasi pasif.
• Sedangkan Partisipasi pasif antara lain berupa kegiatan menaati peraturan pemerintah, memahami dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan
pemerintah.
13
1.4.1.3. Jenis- Jenis Perilaku dalam Partisipasi Politik
Menurut Milbrath dan Goel, membedakan partisipasi politik menjadi beberapa kategori prilaku:
• Apatis, adalah orang yang menarik diri dari proses politik • Spektator, yaitu berupa orang- orang yang setidaknya pernah ikut dalam
Pemilu.
12
Miriam Budiarjo, op.cit, hal. 10.
13
Ramlan Surbakti, Memahami Politik, Grasindo, Jakarta, 2003, hal. 74.
Universitas Sumatera Utara
• Gladiator, yaitu orang yang selalu aktif terlibat dalam proses politik • Pengkritik, yaitu orang- orang yang berpartisipasi dalam bentuk
konvensional.
14
Skema suatu jenis partisipasi politik menurut Michael Rush dan Philip Althof dari yang tertinggi sampai terendah:
Menduduki jabatan politik atau administratif. Mencari jabatan politik administratif
Keanggotaan aktif suatu organisasi politik Keanggotaan pasif suatu organisasi politik
Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik quasi political Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik quasi political
Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya Partisipasi dalam diskusi politik informal, minat umum dalam politik
Votting pemberian suara
Apathi total
Sumber: Adaptasi dari buku Michael Rush; Philip Adolf, Pengantar Sosiologi Politik;1993;124
Menurut Samuel P. Huntington, jenis- jenis prilaku politik antara lain sebagai berikut:
• Kegiatan Pemilihan, mencakup suara, akan tetapi juga sumbangan- sumbangan dalam kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari
dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempenagruhi hasil proses pemilihan.
• Lobbying, mencakup upaya- upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat- pejabat pemerintahan dan pemimpin- pemimpin
14
Ramlan Surbakti, Ibid, hal. 78.
Universitas Sumatera Utara
politik dengan maksud mempengaruhi keputusan- keputusan mereka mengenai persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang.
• Kegiatan organisasi, menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi yang tujuannya yang utama dan eksplisit adalah
mempengaruhi keputusan pemerintah. • Mencari koneksi contacting, merupakan tindakan perorangan yang
ditujukan terhadap pejabat- pejabat pemerintahan dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu atau segelintir orang.
• Tindakan kekerasan violence, juga dapat berupa partisipasi politik yakni upaya untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan jalan
menimbulkan kerugian fisik terhadap orang- orang atau harta benda. Kekerasan dapat ditujukan untuk mengubah pimpinan politik kudeta,
pembunuhan, mempengaruhi kebijaksanaan- kebijaksanaan pemerintah huru-hara, pemberontakan, atau mengubah seluruh system politik
revolusi.
15
1.4.1.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat
Faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat
16
1. Faktor Sosial ekonomi. Status sosial ekonomi meliputi tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan dan pekerjaan. , antara
lain :
2.
Faktor Politik, yang meliputi: a. Komunikasi Politik, komunikasi politik
adalah suatu komunikasi yang mempunyai konsekuensi politik baik secara aktual maupun potensial, yang mengatur kelakuan manusia dalam
keberadaan suatu konflik. b. Kesadaran Politik, kesadaran politik
menyangkut pengetahuan, minat dan perhatian seseorang terhadap
lingkungan masyarkat dan politik. c. Pengetahuan Masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan. d. Kontrol masyrakat terhadap kebijakan
15
Samuel P. Huntington, op. cit, hal.16-18.
16
http:www. google. compublik. brawijaya Merupakan penelitian yang dilakukan tentang
partisipasi politik oleh Anisa.
Universitas Sumatera Utara
public yakni masyarakat menguasai kebijakan public dan memiliki kewenangan untuk mengelola suatu objek kebijakan tertentu.
3. Faktor fisik individu dan lingkungan faktor fisik individu sebagai sumber
kehidupan termasuk fasilitas serta ketersediaan pelayanan umum. Faktor lingkungan adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya,keadaan,
kondisi dan makhluk hidup, yang berlangsungnya berbagai kegiatan interaksi sosial antar berbagai kelompok beserta lembaga dan pranatanya.
4. Faktor nilai Budaya, nilai budaya politik atau civic culture merupakan
basis yang membentuk demokrasi, hakekatnya adalah politik baik ketika politik maupun teknik atau peradaban masyarakat. Faktor nilai budaya
menyangkut persepsi, pengetahuan, dikap dan kepercayaan politik. Kebijakan, Implementasi dan evaluasi dampaknya. Kebijakan adalah
bagian keputusan politik yakni program prilaku untuk mencapai tujuan pemerintah- masyarakat.
1.4.2. Status Sosial Ekonomi
“Status ekonomi sosial adalah kedudukan seorang warga Negara dalam pelapisan sosial yang disebabkan oleh pemilikan kekayaan. Pemilikan kekayaan
di dalam masyarakat sebagai dasar di dalam menentukan tinggi rendahnya status sosial ekonomi individu dalam masyarakat.”
17
Minat politik bertambah bersamaan dengan bertambahnya kondisi sosial ekonomi. Hal ini diungkapkan Samuel- Nelson dalam bukunya. Semakin tinggi
faktor sosial ekonomi, maka ia pun semakin tertarik terlibat dalam politik
17
Sastroatmodjo Sudijono, Perilaku Politik, RIKIP Press, Semarang, 1995, hal. 67.
Universitas Sumatera Utara
pembangunan desa seara motorik, dan perhatian yang lebih besar dalam pembangunan desa serta lebih banyak untuk mempengaruhi keputusan program
pembangunan yang diambil oleh pemerintah desa. Hubungan yang erat dan pengaruh yang positif, kuat dan signifikan antara
faktor sosial ekonomi dengan partisipasi politik masyarakat terutama di desa pada khususnya sesuai dengan apa yang dibahas nantinya dalam skripsi ini. Indikator
pendapatan tentu berkaitan langsung dengan pekerjaan yang mempengaruhi pola partisipasi masyarakat dan ini mempengaruhi pola pikir secara tidak langsung
demikian juga pendidikan. Di kebanyakan Negara, pendidikan tinggi sangat mempengaruhi partisipasi politik, karena pendidikan lebih tinggi dapat
memberikan informasi tentang politik dan persoalan politik, bisa mengembangkan kecakapan menganalisis dan menciptakan minat dan kemampuan berpolitik juga
di banyak Negara, lembaga pendidikan dan kurikulumnya sengaja berusaha mempengaruhi proses sosialisasi politik kaum muda. Di samping itu orang yang
berpendapatan dan mempunyai pekerjaan yang tinggi lebih aktif daripada yang berstatus rendah.
Contoh dari Negara yang mengutamakan status sosial ekonomi karena mempengaruhi partisipasi politik adalah Amerika. Sesuai dengan penelitian dalam
buku Samuel- Nelson, sikap umum orang Amerika terhadap partisipasi politik tercermin dalam model pembangunan yang liberal, yang secara implisit atau
eksplisit diutarakan di dalam banyak tulisan Amerika dan tulisan- tulisan lainnya mengenai soal itu. Di dalam model itu diasumsikan bahwa sebab- sebab
ketimpangan sosio- ekonomi, kekerasan politik, dan ketiadaan partisipasi politik
Universitas Sumatera Utara
yang demokratis terletak dalam keterbelakangan sosio- ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu penting pembangunan sosio- ekonomi yang cepat,
yang akan menaikkan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan dalam masyarakat itu dan dengan begitu memungkinkan suatu distribusi kekayaan yang
lebih adil, memajukan kestabilan politik, dan meletakkan landasan bagi partisipasi politik yang lebih luas dan sistem pemerintahan yang lebih demokratis.
1.5. HIPOTESIS
Ternyata memang ada asumsi bahwa status sosial ekonomi mempengaruhi partisipasi politik masyarakat, hal ini tercermin dalam tingkah laku
pola hidup masyarakat yang cenderung kepada penentuan kebutuhan pribadi dibandingkan dengan partisipasinya dalam berpolitik.
Dengan bertitik tolak dari anggapan dasar tersebut maka dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai hipotesis yaitu:
“Adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap partisipasi politik masyarakat, dimana semakin rendah tingkat sosial ekonomi maka akan semakin rendah pula
partisipasinya dalam berpolitik” Hipotesis tersebut di atas dapat dirumuskan dalam bentuk geometrik
sebagai berikut:
Variabel Bebas x Variabel terikat y
STATUS SOSIAL EKONOMI
PARTISIPASI POLITIK
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Indikator- indikator yang perlu diperhatikan dari setiap variable adalah:
Indikator- indikator dari status sosial ekonomi, antara lain: -
Pekerjaan -
Tingkat Pendapatan -
Tingkat Pendidikan Indikator- indikator dari partisipasi politik, dilihat dari hirarki partisipasi politik
yang paling terendah antara lain: -
Kegiatan Pemilihan -
Lobbying -
Kegiatan organisasi -
Mencari koneksi -
Tindakan kekerasan
1.6. DEFENISI KONSEP
“Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan defenisi yang dipakai para ahli untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena
sosial ataupun alami.”
18
Kedudukan yang dimiliki oleh masyarakat individu di tengah- tengah masyarakat itu atau dengan pengertian lain Sistem Sosial Ekonomi adalah
1.6.1. Status Sosial Ekonomi
18
Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia, Penerbit SIC, Jakarta, 2002, hal. 133.
Universitas Sumatera Utara
merupakan seperangkat nilai yang menempatkan seseorang pada kedudukan tertentu, yaitu
- Pekerjaan
- Pendapatan
- Pendidikan
Status sosial ekonomi dimaknai sebagai kondisi seseorang dalam lingkungan sosial masyarakat tentang bagaimana kesempatan – kesempatan yang
dimilikinya dalam pelapisan sosial, yaitu yang diukur dari tingkat pendapatan, pekerjaan dan pendidikannya.
1.6.2. Partisipasi Politik
Partisipasi Politik dimaknai sebagai tingkat keikutsertaan seseorang dalam kegiatan untuk mempengaruhi ataupun juga dipengaruhi dalam kebijakan politik
Negara.
1.7. DEFENISI OPERASIONAL
Defenisi operasional yaitu unsur yang sangat membantu komunikasi antar penelitian, yang merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur.
Dengan membaca defenisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran variabel, sehingga dapat mengetahui baik
buruknya pengukuran tersebut.
19
19
Masri Singarimbun; Sofyan Efendi, op. cit, hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
Adapun defenisi operasional yang diuraikan adalah sebagai berikut: 1.Status sosial ekonomi, dengan indikatornya, antara lain:
a. Tingkat pendidikan, jenjang pendidikan formal meliputi: - Jenjang pendidikan dasar meliputi Sekolah Dasar SD, sekolah
luar biasa SLB tingkat dasar, dan sekolah menengah pertama SMP.
- Jenjang pendidikan menengah meliputi sekolah menengah atas SMA, sekolah menengah kejuruan a.l. SMEA, STM, SMIP,
SPG, SGA, termasuk sekolah kejuruan yang dikelolah oleh Departemen selain Depdiknas.
- Jenjang Pendidikan Tinggi meliputi, program gelar mencakup pendidikan Sarjana dan program non-gelar mencakup pendidikan
Diploma. b. Tingkat Pendapatan yaitu jumlah penghasilan yang diperoleh atas
pekerjaan yang dilakukan. c. Pekerjaan yang dimiliki,yaitu dilihat dari bagaimana kedudukan
pekerjaan itu dihargai di masyarakat. 2. Partisipasi politik merupakan tindakankegiatan yang dilakukan seseorang
maupun sekolompok untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik. Indikatornya, adalah sebagai berikut:
a. Ikut serta dalam kegiatan pemilihan. Pemilihan dalam hal ini
termasuk di dalamnya Pemilihan legislatif, eksekutif dan juga pemilihan kepala desa yang ada di desa ini.
Universitas Sumatera Utara
b. Partisipasi dalam perumusan kebijakan Pemerintah
c. Mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi untuk mempengaruhi
pembuat kebijakan dalam perumusan kebijakan. d.
Melakukan tekanan terhadap Pembuatan kebijakan.
1.8. METODOLOGI PENELITIAN 1.8.1. Jenis Desain Penelitian