Kiprahnya dalam Organisasi PERAN KH. HUSEIN MUHAMMAD

BAB IV PERAN KH. HUSEIN MUHAMMAD

DALAM GERAKAN KESETARAAN JENDER Pada bab ini akan dipaparkan bagaimana peran Kyai Husein atau kiprahnya dalam organisasi, kemudian bagaimana pemikirannya dalam mengkritisi sebuah wacana yang menjadi tradisi di sebuah pesantren salaf dan juga menjelaskan tentang bagaimana hermeneutika feminisme KH. Husein Muhammad

A. Kiprahnya dalam Organisasi

Berbagai pemikirannya yang cerdas menjadikan Kyai Husein sebagai tokoh yang berpengaruh dalam konstitusi serta pembelaannya terhadap perjuangan kesetaraan jender membawanya aktif dalam kegiatan berbagai organisasi, bahkan pola awal berfikirnya dimulai ketika era reformasi yang ditandai dengan digelarnya pemilihan umum pada tahun 1999 yang sempat membawa Kyai Husein terjun dalam dunia politik dan mengantarkannya menjadi anggota legislatif di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cirebon dari Partai Kebangkitan Bangsa PKB. Akan tetapi demi kesetiaannya pada perkembangan pemikiran Islam, Kyai Husein melepaskan seluruh aktivitas politik yang dianggapnya membelenggu kreativitas intelektualnya. Disamping memproduksi gagasan-gagasan pembelaan terhadap perempuan, Kyai Husein juga melakukan aktivitas atau kegiatan yang berhubungan dengan pembelaan terhadap perempuan. Sikap pembelaan Kyai 51 Peran KH. Husein Muhammad dalam Gerakan Kesetaraan Jender 52 Husein terhadap perempuan juga diwujudkan dengan membuat atau mendorong para perempuan untuk terlibat dalam organisasi-organisasi sosial dan politik. Beberapa organisasi yang dibidani oleh beliau diantaranya adalah Puan Amal Hayati, Fahmina Institute Cirebon, Yayasan Rahima, WCC Balqis Women Crisis Center yang merupakan Puan Amal Hayati Cabang Cirebon, bertempat di PP. Dar at- Tauhid Arjawinangun, dan KPPI Kaukus Perempuan Politik Indonesia Cirebon, dll. Sedangkan dalam mendorong para aktifis perempuan dan aktifis Pesantren, Kyai Husein selalu berada di belakang dan menjadi penasehat organisasi massa perempuan seperti Fatayat NU dan Muslimat NU. 1 Di LSM Fahmina Institute, selain sebagai pendiri, Kyai Husein sampai sekarang selalu berada diposisi ketua dewan kebijakan. Fahmina Institute sendiri awalnya dibidani oleh empat orang pada tahun 1999, KH Husein Muhammad, Affandi Mukhtar, Marzuki Wahid dan Faqihuddin Abdul Kodir. Selain sebagai orang yang paling sepuh dari sisi usia, Kyai Husein juga memiliki kedalaman pemahaman ilmu dalam hal keagamaan. Pendirian LSM ini Bermula dari pergumulan intelektual muda yang resah terhadap etos sosial yang tidak lagi diperankan pesantren, mereka membuat serangkaian diskusi keliling ke berbagai pesantren dengan mengusung kajian kontekstualisasi kitab kuning. Forum yang didukung oleh kyai sepuh seperti KH. Syarief Usman Yahya Kempek dan KH. Fuad Hasyim Buntet ini, kemudian memunculkan aktifitas sosial untuk melakukan pembelaan terhadap kaum marjinal. 2 1 KH. Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan,Yogyakarta: LKiS, 2004, hal. XLVII. Untuk selanjutnya akan ditulis islam agama ramah. 2 Aktifitas diskusi keliling tersebut tergabung dalam Klub Kajian Bildung dan Lakpesdam Kabupaten Cirebon. Lih. Sejarah Fahmina, http:www.fahmina.or.id Peran KH. Husein Muhammad dalam Gerakan Kesetaraan Jender 53 Para pendiri Fahmina memandang ada persoalan sangat akut yang terjadi pada masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Cirebon tempat di mana Fahmina lahir. Persoalan akut itu adalah adanya sistem kebudayaan yang telah menciptakan kehidupan masyarakat yang stagnan, tidak menyediakan ruang kritisisme bagi rakyat. 3 Kita mengakui Kyai Husein yang paling dalam pemahaman agamanya meskipun kita berempat dari Pesantren. Dalam konteks ini kita sangat menghargai Kyai Husein sebagai Ideolog, pemikir, inspirator dan juga motivator bagi teman-teman, karena di Fahmina keberadaannya selain menjadi ”good father” juga beliau menjadi simbol kewibawaan bagi Fahmina karena di masyarakat Cirebon Kyai menjadi sangat penting di Fahmina dan Kyai Husein menjadi simbol itu. 4 Selain itu Kyai Husein juga menjadi inspirator bagi Fahmina institute, karena setiap kali diskusi selalu ada saja pemikiran-pemikiran beliau yang cerdas dan inovatif, dan itu membuat teman-teman senang. Posisi Kyai Husein sejak Fahmina berdiri hingga sampai sekarang beliau menjadi Ketua Dewan Kebijakan Fahmina dan menjadi Ketua Pembina Yayasan yang itu menjadi sangat strategis di Fahmina. Sejak awal berdiri beliau selalu menemani teman-teman di Fahmina untuk berdiskusi dalam meningkatkan kapasitasnya dan menjadi nara sumber di berbagai kegiatan yang berhubungan dengan isu-isu perempuan dan juga dengan isu-isu keislaman, baik di pesantren maupun di masyarakat. Meskipun sejak Komnas Perempuan berdiri dan Kyai Husein masuk di dalamnya, intensitas beliau di Fahmina institute memang relatif berkurang, karena kesibukan beliau di lembaga tersebut. Tetapi beliau masih punya perhatian yang tinggi di Fahmina. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Marzuki Wahid sebagai 3 Fahmina; Dari Pemahaman ke Pembelaan, Swara Rahima, No. 24Th. VIII April 2008, hal. 34 4 Marzuki Wahid, Wawancara Pribadi, Jakarta, 6 Agustus 2010. Peran KH. Husein Muhammad dalam Gerakan Kesetaraan Jender 54 ketua Fahmina bahwa:”...setiap beliau pulang ke Cirebon, mampir ke Fahmina untuk bertemu, berdiskusi dan juga terus menerus melakukan pendampingan terhadap aktifis Fahmina yang masih junior.” 5 Sedangkan di Rahima, menurut Ibu Kusumaningtyas, kiprah Kyai Husein itu tidak terlepas dari peran struktur. Di awal-awal secara struktural beliau sebagai Direktur Pengembangan Wacana. Tapi kemudian struktur berubah dan akhirnya hanya ada satu orang Direktur, yaitu Farha Ciciek, tapi Kyai Husein tetap merupakan salah satu anggota dari yayasan Rahima dan concern beliau masih di seputar wacana Islam dan Jender. Kita sendiri banyak belajar dari Kyai Husein, terutama dari metodologi kajian-kajian teks-teks klasik Islam. Bagi para anggota yang ada di Yayasan Rahima, Kyai Husein banyak menjadi teman belajar. Seperti di Pesantren, Kyai Husein juga banyak memperkenalkan metodologi membaca teks klasik. Pertama yang diperkenalkan adalah prinsip-prinsip universal agama dan kemudian metodologi membaca teks dengan menggunakan perspektif itu, dan hal itu yang penting. 6 Yang ditekankan oleh Kyai Husein, ujar Mba AD –sapaan akrabnya–, bahwa pihak yang diajarkan oleh beliau bukan mendapatkan jawaban instan dari pertanyaannya. Jawaban-jawaban ataupun kajian tematis yang disampaikan oleh beliau pada prinsipnya adalah menggunakan metodologi yang tepat dan memiliki keberpihakan untuk menolong pihak yang selama ini banyak terlemahkan. Dalam konteks relasi gender yang selama ini menjadi pihak yang terlemahkan adalah perempuan, karena relasi gender sendiri tidak setara. Misalnya, ketika menganalisa suatu hukum, beliau mengajak kita untuk tidak menjawab secara 5 Marzuki Wahid, Wawancara Pribadi, Jakarta, 6 Agustus 2010. 6 Alifatud Darojati Kusumaningtyas, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Juli 2010. Peran KH. Husein Muhammad dalam Gerakan Kesetaraan Jender 55 instan, tapi yang dijelaskan, prinsipnya dan konteksnya, setelah itu kita diajak berfikir untuk mengikuti pendapat yang mana. Beliau juga menjadi sumber pengetahuan, baik buat publik di Rahima para partisipan Rahima maupun pembaca Rahima. Karena kita sediakan satu rubrik khusus untuk Kyai Husein di Majalah Swara Rahima, yaitu Rubrik tafsir Al-Qur’an. 7 Pada prinsipnya yang ingin diajarkan oleh beliau, adalah mengajak kita agar menggunakan metodologi yang tepat dan memiliki keberpihakan untuk menolong pihak yang selama ini banyak terlemahkan. Dalam konteks relasi gender yang selama ini menjadi pihak yang terlemahkan adalah perempuan, karena relasi jender sendiri tidak setara. Peran penting Kyai Husein dalam pemikiran keislaman adalah karena beliau membangun kembali pemikiran-pemikiraan keislaman dan menawarkan pemikiran-pemikiran baru yang lebih adil, lebih humanis dan lebih menjanjikan kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan. 8 Dan bagaimana pengaruhnya di Indonesia terkait dengan perjuangan Kyai Husein dalam gerakan kesetaraan jender melalui organisasi-organisasi yang di gelutinya itu sudah sangat terlihat terutama dari beberapa kyai yang tadinya antipati dengan isu-isu keadilan dan kesetaraan jender lalu dengan penjelasan Kyai Husein yang cukup bagus. Dan pengaruh yang kuat adalah di kalangan pesantren untuk sebagian kyai-kyai yang antipati terhadap isu-isu keadilan dan kesetaraan jender kemudian belum mengaku kesetaraan laki-laki dan perempuan, dengan hadirnya Kyai Husein yang cukup fasih menjelaskan argumen-argumen 7 Alifatud Darojati Kusumaningtyas, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Juli 2010. 8 Marzuki Wahid, Wawancara Pribadi, Jakarta, 6 Agustus, 2010 . Peran KH. Husein Muhammad dalam Gerakan Kesetaraan Jender 56 keagamaannya dengan berbasis kitab kuning ini maka tentu saja sudah banyak kyai yang mengakui dan bersama dengan Kyai Husein, misalnya ada Kiai Muhyidin Abdus Somad di Jember, lalu ada juga Kyai Hanafi di Solo, Kyai Muhaimin di Jogja, juga ada beberapa Ibu Nyai yang sering diskusi dengan Kyai Husein, kemudian ada Hindun Annisa di Krapyak yang sekarang di Jepara, dan seterusnya. Itu bagian dari hasil yang diperoleh dari kalangan pesantren dan juga dari kalangan santri juga banyak yang kemudian mereka yakin dengan penjelasan- penjelasan Kyai Husein yang sebagian mereka tidak dapat didekati dengan penjelasan-penjelasan yang semata-mata sosiologis, antropologis atau sosial, yang harus didekati dengan pendekatan agama pendekatan teologi dan melalui pendekatan kitab kuning. Dalam konteks itu peran Kyai Husein jadi sangat penting, ketika kalangan aktifis muslim atau aktifis perempuan muslim yang kurang mendalami agama selama ini merasa ada kontradiksi antara perjuangan mereka yang mendorong keadilan dan kesetaran jender ajaran agama yang umumnya difahami. Dengan hadirnya Kyai Husein, itu semua menjadi teratasi. Misalnya satu contoh Fahmina ini mempunyai pelatihan Kursus Islam dan jender yang sekarang sudah delapan angkatan bahkan sekarang masih dibuka dan kursus Islam dan jender ini diminati oleh aktifis perempuan yang berlatar belakang non agama dan mereka selau mencitrakan bahwa terjadi kontradiksi diantara perjuangan mereka untuk menegakkan keadilan dan kesetaraan jender dengan beberapa ajaran Islam yang mereka fahami lalu kemudian ketika di lapangan mereka disoal oleh agama dan mereka tidak dapat menjawabnya dan dengan kehadiran KH. Husein Muhammad dan juga Fahmina ini mereka merasa terbantu, dengan perspektif Fahmina untuk menjelaskan kepada mereka bahwa sesungguhnya Islam itu adil dan setara jender, juga Islam itu humanis lalu kemudian kita jelaskan bagaimana dengan ajaran-ajaran yang terkesan kontradisi, kita katakan bahwa itu adalah konstruksi di masa lalu dan itu adalah bias jender, patriarkis dan seterusnya. Karena itu perlu dibaca Peran KH. Husein Muhammad dalam Gerakan Kesetaraan Jender 57 ulang, ditafsirkan ulang, menjadi ajaran yang adil jender. Karena kalau kita menelusuri al-Qur’an dan as-Sunnah itu maka intinya adalah keadilan, kesetaraan, kemaslahatan, kerohmatan dan kebijaksanaan, itu adalah beberapa hasil yang diperoleh. 9

B. Kritik Wacana Terhadap Tradisi Pesantren