Islam dan Wacana Gerakan Kesetaraan Jender

Gerakan Kesetaraan Jender di Indonesia 23 gerakan perempuan masih berada pada koridor emansipasi, pada dekade 1990-an mulai berada dalam kerangka ideologi feminisme yamg menekankan kesetaraan jender. 20 Pada masa Reformasi atau pada era 2000-an, terjadi perubahan fundamental, yaitu dari wacana ke gerakan, dari gerakan sosial kegerakan politik, dari jalan ke parlemen. Koalisi dan aliansi gerakan perempuan berkembang dimana-mana dengan agenda bersama. Gerakan perempuan menjadi bagian tidak terpisahkan dari gerakan reformasi untuk demokrasi. 21 Hingga perkembangan selanjutnya dari masa Megawati Soekarno Putri sampai pada masa pemerintahan SBY-JK, tak melemahkan gerakan Jender di Indonesia. Selain kabinet Indonesia Bersatu ini memenuhi janjinya dengan mengangkat 4 kader perempuan untuk menduduki posisi menteri, juga selalu mendorong kebijakan di berbagai bidang yang responsif jender serta memberi ruang kreatif terhadap inisiatif Civil Sociey untuk selalu berkarya demi pemberdayaan perempuan. 22

B. Islam dan Wacana Gerakan Kesetaraan Jender

Pembahasan tentang gerakan kesetaraan jender bukanlah barang baru dalam pemikiran Islam, karena hampir setiap pemikir Islam di masa lalu selalu memiliki bahasan eksklusif tentang perempuan. Tetapi anehnya wacana keperempuanan atau yang kini dikenal dengan wacana feminisme menjadi 20 Dr. Umi Sumbulah, M.Ag, Spektrum Gender, Kilasan Inklusi Gender di Perguruan Tinggi, Malang: UIN Malang Press, 2008, hal. 51-52. Untuk selanjutnya akan ditulis spektrum jender. 21 Umi, Spektrum Gender, hal. 52. 22 Khalilah ed, Mengurai Kepemimpinan Perempuan, hal 125. Gerakan Kesetaraan Jender di Indonesia 24 kontroversial. Kesadaran akan ketertindasan perempuanlah yang menjadikan feminisme memiliki karakter “memihak” dan tidak jarang “menggugat”. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa keberpihakan feminisme terhadap nasib kaum perempuan ini “diterjemahkan” sebagai ancaman bagi laki-laki. Dewasa ini sudah sudah banyak feminis-feminis muslim di dunia Islam, Seperti: Riffat Hassan, Fatima Mernissi, Nawal Sadawi, Amina Wadud Muhsin, dan sebagainya. Sedangkan dalam kancah keindonesiaan diantaranya: Wardah Hafidz, Lies Marcoes Natsir, Siti Ruhaini, Nurul Agustina. 23 Kecendrungan menarik terjadi di Indonesia dimana wacana agama dan perempuan ramai dibicarakan. Tidak saja dikembangkan oleh kaum perempuan tetapi juga oleh kaum laki-laki termasuk kalangan rohaniawan, tetapi istilah teologi feminis tidak secara eksplisit digunakan. Mereka lebih cenderung menggunakan istilah persepektif perempuan dalam agama atau menggunakan analisis jender dalam agama ketimbang teologi feminis. Bukan berarti istilah jender tidak mendapat respon yang keras dari kalangan umat beragama di Indonesia tetapi reaksi terhadap feminisme nampaknya lebih keras dibandingkan dengan istilah jender. 24 Aktivitas gerakan perempuan memberikan banyak manfaat yang banyak di petiknya melalui keterlibatan dalam aktivitas pergerakan perempuan Islam. Beberap manfaat itu seperti berikut di bawah ini: 1. Menyadarkan perempuan akan nilai dan kedudukannya ditengah masyarakat. 23 Dra. Siti Ruhaini Dzuhayatin, dkk, Rekonstruksi Metodologis, hal. 34. 24 Siti, Rekonstruksi Metodologis, hal. 3-5. Gerakan Kesetaraan Jender di Indonesia 25 2. Perempuan tidak akan dapat memperoleh wawasan yang cukup memadai dan terpilih secara ideal kecuali melalui pergerakan. 3. Aktivitas ditengah jamaah akan menggerakan kaum perempuan yang biasa malas, pasif dan bergantung pada orang lain dalam mewujudkan tujuan- tujuan umum. 4. Membersihkan kabut kebusukan yang menutupi pemikiran akibat kemandekan berfikir karena sikap individualis, egois materialis, apatisme sosial, politik dan agama. 5. Aktivitas dalam pergerakan dapat menghindarkan kejenuhan pada perempuan. 6. Pada umumnya perempuan tidak melakukan shalat jamaah di Mesjid, bahkan beberapa hari dalam setiap bulan tidak melakukan shalat, hal itu dapat melemahkan rohani dalam dirinya. 7. Aktivitas dalam jamaah perempuan akan mendidik perempuan untuk suka bekerja sama dalan hal-hal yang bermanfaat. 8. Aktivitas perempuan didalam pergerakan akan menjauhkannya dari hal-hal yang kurang berarti. 9. Gerakan perempuan Islam menumbuhkan keberanian dalam diri perempuan untuk memerangi adat dan tradisi usang yang bertentangan dengan tujuan pergerakan. 10. Ketika memasuki medan aktivitas pergerakan perempuan Islam, ia akan berkenalan dengan saudara-saudaranya seiman yang terdidik dengan pendidikan yang islami dan berfokus. Gerakan Kesetaraan Jender di Indonesia 26 11. Sejauhmana muslimah aktivitas belajar dan terdidik untuk bersikap malu di jalan, pasar, dan di tempat-tempat umum, sejauh itu pula ia belajar berani melawan kemungkaran dan kezaliman yang menimpanya atau masyarakatnya. 12. Aktivitas haraki mengajarkan agar perempuan teratur dalam segala urusan hidupnya. 13. Tanzhim haraki akan menyingkap kemampuan kreativitas berfikir, intelektual. 14. Aktivitas pergerakan akan mempertajam sikap kemandirian dalam diri perempuan dalam koridor umum Islam tanpa intervensi dari siapapun kecuali dalam rangka penyampaian pandangan dan musyawarah. 25 Tentang berbagai manfaat aktivitas pergerakan perempuan di atas, dapat di simpulkan bahwa aktivitas pergerakan bagi perempuan merupakan suatu keharusan demi terwujudnya sasaran-sasaran utama Islam, demi mencapai tujuan berubahnya kepribadian perempuan, dan merupakan kemestian untuk merealisasikan kehadiran perempuan dipentas masyarakat agar ia berpartisipasi dalam proses reformasi total. Untuk memahami posisi perempuan dalam Islam harus tetap mengacu kapada sumber-sumber Islam yang utama, yakni al-Qur’an dan Sunnah. Hanya saja pemahaman terhadap dua sumber tadi tidak semata didasarkan kepada pemaknaan tekstual, melainkan memperhatikan juga segi kontekstualnya. 26 25 Shalah Qazan, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan, Solo: Intermedia, 2001, hal. 104-108. Untuk Selanjutnya akan ditulis membangun gerakan. 26 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender, Yogyakarta: Kibar Press, 2006, hal. 6. Untuk selanjutnya akan ditulis islam dan inspirasi. Gerakan Kesetaraan Jender di Indonesia 27 Prinsip-prinsip kesetaraan jender dalam al-Qur’an antara lain mempersamakan kedudukan laki-laki dan perempuan sebagai hamba. Tuhan dan sebagai wakil tuhan di bumi, laki-laki dan perempuan di ciptakan dari unsur yang sama, lalu keduanya terlibat dalam drama kosmis, ketika Adam dan Hawa sama- sama bersalah yang menyebabkannya jatuh ke bumi. Dan sama-sama berpotensi untuk mencapai ridha Tuhan, di dunia dan di akhirat. Meskipun ditemukan sejumlah ayat yang kelihatannya lebih memihak kepada laki-laki, seperti dalam soal kewarisan, persaksian, poligami, dan hak- haknya sebagai suami atau sebagai ayah, ayat-ayat yang berbicara tentang hal tersebut semuanya turun untuk menanggapi suatu sebab khusus, meskipun redaksinya menggunakan lafadz umum. Jumhur ulama dan kebanyakan mufasir berpegang kepada konsep lafadz umum, yakni menerapkan petunjuk ayat bedasarkan bunyi lafadz. Adapun segolongan kecil ulama berpegang kepada konsep sebab khusus, yakni mempertimbangkan kualitas peristiwa, pelaku, dan kondisi khusus yang menyebabkan ayat itu turun. Akibat penerapan metodologi yang berbeda maka pendapat jumhur ulama terhadap ayat-ayat jender cenderung lebih tekstual, sementara ulama minoritas cenderung lebih kontekstual. 27 Dalam kenyataan sejarah, kondisi obyektif sosial-budaya tempat kitab suci tersebut diturunkan menjadi referensi penting di dalam memahami teks-teks tersebut. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih, maka nuansa budaya yang melingkupi kitab suci itu perlu diidentifikasi nilai-nilai universal dan tujuan umum yang terkandung di dalam kitab suci itu. 27 DR. Nadaruddin Umar, MA. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al- Qur’an, Jakarta: Paramadina, 2001, hal. 306-307. Untuk selanjutnya akan ditulis argumen kesetaraan. Gerakan Kesetaraan Jender di Indonesia 28 Jika dibaca dan direnungkan, ternyata banyak ajaran al-Qur’an yang secara langsung ataupun tidak langsung, menuju kepada terwujudnya akan kesetaraan jender. Pesan-pesan kesetaraan tersebut mencakup berbagai jenis peran dan kegiatan, baik yang berkaitan dengan eksistensi maupun prestasi dan kualitasnya dihadapan tuhan, juga di dalam masyarakatnya. Agak berbeda dengan al-Qur’an, yang nampak dalam hadits selama ini, posisi perempuan terpinggirkan, sekalipun ada juga ditemui hadits-hadits yang memandang respek terhadap perempuan. Banyak sekali teks hadits yang memojokkan perempuan, seperti: penghuni neraka kebanyakan perempuan, perempuan kurang akalnya, perempuan kurang agamanya, setiap bepergian wajib izin suaminya, jika menolak ajakan suami di tempat tidur akan dilaknat sampai pagi. Dalam fiqh, asumsi dan opini terhadap perempuan nampaknya mendominasi, sehingga rumusan fiqh seringkali memposisikan perempuan dalam the second class. Ironisnya, fiqh yang sebenarnya merupakan hasil pemahaman para ulama, yang melibatkan penalaran, dipengaruhi oleh subjektivitas mujtahidnya, sarat dengan pertimbangan kultural, dan bertujuan untuk kemaslahatan umat tersebut, seringkali diyakini sebagai agama itu sendiri. Sehingga ia dianggap sebagai barang paten, dan tidak boleh dirubah sesuai dengan tuntutan zaman. Keyakinan semacam ini yang harus direvisi atau bahkan dibongkar. 28 Sehingga, rumusan-rumusan fiqh, baik yang secara langsung mengacu pada bunyi teks al-Qur’an dan hadits maupun hasil istinbat para 28 Fadilah Suralaga, dkk, Pengantar Kajian Gender, Jakarta: PSW UIN Jakarta, 2003, hal. 222. Gerakan Kesetaraan Jender di Indonesia 29 mujtahid, pada dasarnya sama-sama dapat dikaji ulang, dan mungkin menumbuhkan rumusan baru.

C. Jender, Ulama dan KH. Husein Muhammad