Hasil Penelitian .1 Data Demografi

Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupaka domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan responden tentang hemodialisa di RSUD Rantauprapat secara keseluruhan belum dikatakan baik peneliti berasumsi bahwa responden belum berpengetahuan baik dimana lebih banyak responden yang berpengetahuan cukup dan kurang.

5.5.2 Sikap Pasien Rawat Jalan Hemodialisa

Sikap merupakan semacam kesiapan untuk beraksi terhadap suatu objek dengan cara- cara tertentu. Kesiapan tersebut merupakan kecendrungan potensial untuk beraksi dengan cara- cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya respon Azwar, 2007. Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Dengan memahami atau menhgetahui sikap individu, dapat diperkirakan respon atau perilaku yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan. Kecendrungan bertindak dari individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu adalah suatu sikap Sunaryo, 2004 Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 21 atau 77,8 responden menunjukkan sikap yang baik 6 atau 22,2 responden menunjukkan sikap sangat baik. Sikap terhadap hemodialisa yang didukung pengetahuan yang memadai tentunya akan menunjang keberhasilan upaya terapi hemodialisa yang dijalani tingkat pengetahuan merupakan faktor predisposisi dalam perilaku yang baik, karena dengan pengetahuan seseorang akan mengenal dan mencoba atau melaukan suatu tindakan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan penelitian yang dilakukan Septian pada tahun 2013 di Rumah Sakit Muhammadiyah Ponorogo dari 47 responden diperoleh sikap positif 61,7 , dan negatif sebesar 38.3 . Pada pernyataan “pasien harus patuh terhadap jadwal hemodialisa” sebanyak 17 atau 63 responden menjawab sangat setuju, 8 atau 29,6 menjawab setuju. Hal ini menunjukkan bahwa responden bersikap kooperatif. Pada pernyataan “gatal pada kulit merupakan komplikasi pada cuci darah” sebanyak 13 atau 48,1 responden menjawab sangat setuju, 5 atau 18,5 menjawab setuju. Hal ini menunjukkan bahwa responden menyadari dan menerima komplikasi yang mungkin terjadi dari terapi hemodialisa. Hal ini berarti bahwa tingkat pengetahuan yang baik tentang hemodialisa dapat dijadikan indikator pendukung sikap yang baik. Melihat hasil penelitian di atas peneliti berasumsi bahwa sikap responden terhadap tindakan hemodialisa di RSUD Rantauprapat sudah baik karena 21 atau 77,8 menunjukkan sikap baik

5.5.3 Tingkat Stres Pasien Rawat Jalan Hemodialisa

Pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa, membutuhkan waktu 12-15 jam untuk dialisa setiap minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya Bare Smeltzer, 2002. Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidupnya serta penyesuaian diri terhadap kondisi sakit mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan pasien. Perubahan dalam kehidupan, merupakan salah satu pemicu terjadinya stres. Perubahan tersebut dapat menjadi variabel yang diidentifikasikan sebagai stressor Rasmun, 2004. Pasien biasanya menghadapi masalah keuangan, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, khawatir terhadap perkawinan dan ketakutan terhadap kematian Bare Smeltzer, 2002. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Cecilia pada tahun 2011 di RSUP DR. M Djamil Padang dari 50 responden 40 mengalami stres berat, 30 pasien HD mengalami stres ringan dan 30 pasien HD mengalami stres sedang. Pada pernyataan “saya merasa sulit untuk memulai tidur” sebanyak 13 atau 48,1 responden menjawab sangat setuju dan 9 atau 33,3 responden menjawab setuju. Hal ini dirasakan pasien sejak mendapat terapi hemodialisa. Mayoritas responden mengalami gangguan tidur Pada pernyataan “saya merasa jantung berdebar saat akan memulai tindakan cuci darah” sebanyak 10 atau 37 responden menjawab sangat setuju dan 12 atau 44,4 responden menjawab setuju ini merupakan salah satu tanda dan gejala seseorang mengalami stres. Hal ini juga dialami pasien saat akan memulai tindakan hemodialisa. Menurut Alimul Aziz, 2009 tanda dan gejala stres, seseorang akan mengalami situasi seperti gangguan lambung dan usus gastritis atau maag, diare, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur, atau bangun terlalu pagi dan tidak dapat tidur kembali, tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga, timbulnya rasa panik dan takut mati yang menyebabkan jantung berdetak semakin cepat, kesulitan untuk bernapas, tubuh gemetar dan berkeringat, dan adanya kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan. Hal ini berarti bahwa tingkat stres pasien berada dalam kategori stres berat karena responden sudah mengalai tanda dan gejala stres . Melihat hasil penelitian di atas peneliti berasumsi bahwa tingkat stres responden yang menjalani tindakan hemodialisa di RSUD Rantauprapat adalah stres berat 18 atau 66,7