Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena pengalaman traumatik pada diri individu yang dapat menimbulkan sikap negatif
terhadap semua hal yang sejenis
2.4 Pengukuran sikap
Menurut Gayatri, 2004 mengukur sikap tidak lain adalah mencoba menentukan peringkat sikap seseorang menurut ciri- ciri yang sudah ditetapkan.
Pada umumnya pengukuran sikap dapat dibagi dalam tiga cara, yaitu wawancara, observasi dan kuisioner. Setiap cara memiliki keuntungan dan keterbatasan
sehingga peneliti perlu mempertimbangkan cara yang sesuai dengan tujuan penelitian sikap. Skala yang digunakan dapat berupa skala nominal, ordinal
maupun interval. Skala sikap yang sering digunakan adalah skala model Thrustone, dengan skala ini responden diminta untuk menyatakan setuju atau
tidak setuju terhadap deretan pernyataan mengenai objek sikap. Selanjutnya skala Likert, dengan skala ini responden diminta untuk membubuhkan pada salah satu
dari lima kemungkinan jawaban yang tersedia “sangat setuju”, “setuju”, “tidak tentu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Peneliti dapat menyingkatnya
menjadi empat tingkatan sesuai dengan keinginan dan kepentingan peneliti yang menciptakan instrumen tersebut , seperti selalu, sering, kadang- kadang, tidak
pernah. Kemudian adalah semantic differensial perbedaan semantik. Dengan instrumen ini responden diminta untuk menentukan peringkat terhadap objek
sikap diantara dua kutub. Kata sifat yang berlawanan misalnya: “baik- tidak baik”, “berharga- tidak berharga”, dan sebagainya. Selanjutnya adalah skala Gutman,
merupakan semacam pedoman wawancara kuisioner terbuka yang dimaksud untuk membuka sikap. Yang terakhir adalah skala Inkeles, merupakan jenis
kuisioner tertutup seperti tes prestasi belajar bentuk pilihan ganda Arikunto, 2005.
2.3 Stres 2.3.1 Pengertian Sters
Sters adalah segala siruasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan. Respon atau tindakan ini
termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stres dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam
kesejahteraan emosional. Sters dapat menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum, dan hubungan seseorang
dan rasa memiliki. Selain itu stres dapat menganggu pandangan umum seseorang terhadap hidup, sikap yang ditunjukkan pada orang yang disayangi dan status
kesehatan.Potter Perry, 2005 2.3.2 Situasi Stres
Menurut Potter Perry, 2005 situasi stres sebagai berikut : 1.
Situasi Stres ringan : adalah sters yang dihadapi orang secara teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi seperti
ini biasanya berlangsung dalam beberapa menit atau jam 2.
Situasi Stres sedang : berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. misalnya, perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan
kerja, anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga merupakan stres sedang
3. Situasi Stres berat adalah kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus menerus,
kesulitan finansial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan makin lama situasi stres, makin tinggi resiko kesehatan yang
ditimbulkan.
2.3.3 Tahapan Stres
Menurut Alimul Aziz, 2009 tahapan stres sebagai berikut 1.
Tahap pertama : tahap ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya ditandai dengan munculnya semangat yang berlebihan, penglihatan
lebih tajam dari biasanya, dan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan dan timbulnya
rasa gugup yang berlebihan 2.
Tahap kedua : pada tahap ini, dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan karena habisnya cadangan energi.
Keluhan-keluhan yang sering dikeluhkan antara lain merasa letih sewaktu bangun pagi dalam kondisi normal, badan seharusnya terasa segar, mudah
lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot punggung dan tengkuk
terasa tegang, dan tidak bisa santai. 3.
Tahap ketiga : jika tahap stres sebelumnya tidak ditanggapi dengan memadai, maka keluhan akan semakin nyata, seperti gangguan lambung dan usus
gastritis atau maag, diare, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur, atau bangun terlalu pagi dan tidak dapat tidur
kembali, tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga 4.
Tahap keempat :orang yang mengalami tahap-tahap stres diatas ketika memeriksakan diri ke dokter sering kali dinyatakan tidak sakit karena tidak
ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Namun pada kondisi berkelanjutan, akan muncul gejala seperti ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas rutin karena perasaan bosan, kehilangan semangat, terlalu lelah karena gangguan pola tidur, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun, serta
muncul rasa takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya. 5.
Tahap kelima : tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan pada sistem
pencernaan semakin berat, serta semakin meningkatnya rasa takut dan cemas 6.
Tahap keenam : tahap ini merupakan tahap puncak, biasanya ditandai dengan timbulnya rasa panik dan takut mati yang menyebabkan jantung berdetak
semakin cepat, kesulitan untuk bernapas, tubuh gemetar dan berkeringat, dan adanya kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
2.3.4 Jenis stres
Ditinjau dari penyebabnya, menurut Alimul Aziz, 2009 stres dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis berikut :
1. Stres fisik, merupakan stres yang disebabkan oleh keadaan fisik, seperti suhu
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising, sinar matahari yang terlalu menyengat, dan lain-lain
2. Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimia
yang terdapat pada obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas, dan lain-lain
3. Stres mikrobiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh kuman, seperti
virus, bakteri, atau parasit