Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian tahu transgenik dan pengaruhnya pada industri tahu (Studi kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN

PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU

(Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

OLEH

TYAS KUMALA PUTERI H14103071

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

RINGKASAN

TYAS KUMALA PUTERI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor) (dibimbing oleh HENNY REINHARDT).

Kebutuhan manusia akan pangan selalu mengalami perkembangan baik dari kuantitas maupun variasinya. Era bioteknologi hadir sebagai cara yang dianggap mutakhir dalam peningkatan produksi tanaman maupun hewan, salah satunya yaitu transgenik. Beberapa tanaman transgenik telah di uji, dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan antara pihak yang menolak dan menerima keberadaan tanaman transgenik. Sangat sulit bagi masyarakat umum membedakan produk makanan transgenik dan yang bukan, karena perbedaan tersebut hanya bisa dilihat melalui uji laboratorium. Sedangkan pemberitaan mengenai kesimpangsiuran keberadaan dan dampak yang ditimbulkan dari produk berbahan baku transgenik semakin beredar di masyarakat. Indonesia merupakan pasar terbesar bagi produk-produk hasil rekayasa genetika atau trans genik. Dalam produk ini sering ditemukan sesuatu yang bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Salah satu produk pangan yang diisukan merupakan tanaman transgenik yaitu kacang kedelai. Untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, Indonesia mengimpor kedelai asal Amerika Serikat sekitar 70 persen, dimana separuh produksi kedelai AS berasal dari hasil rekayasa genetika.

Isu transgenik yang masih diperdebatkan di Indonesia antara keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan, dikhawatirkan pada masa akan datang menimbulkan pengaruh pada keputusan konsumen tahu yang selanjutnya akan memberikan pengaruh kepada industri tahu di Indonesia. Penelitian ini menganalisis isu bahan pangan transgenik terhadap industri tahu di Kabupaten Bogor dengan sumber responden yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Hal ini dikarenakan Kecamatan Parung merupakan daerah yang memiliki perajin tahu terbanyak di Kabupaten Bogor.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keputusan pembelian konsumen terhadap produk tahu karena isu transgenik yang beredar saat ini, serta faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut. Setelah itu dari hasil analisis keputusan konsumen, maka perajin tahu dapat memutuskan bahan baku yang akan mereka gunakan untuk membuat produk tahu.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen digunakan alat analisis regresi logistik. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Untuk mengetahui keputusan perajin Tahu, digunakan data primer dari hasil wawancara dan di analisis secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 100 orang responden, 49 orang menyatakan berhenti mengkonsumsi 18 orang mengurangi konsumsi, dan 33 orang tetap mengkonsumsi. Faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut yaitu umur, tingkat pendidikan, pendapatan rata-rata keluarga per bulan, jumlah


(3)

anggota keluarga, dan fokus membeli. Sedangkan faktor pengaruh dan manfaat tidak berpengaruh nyata. Faktor yang paling berpengaruh nyata yaitu fokus membeli.

Dari keputusan konsumen yang sudah dianalisis maka perajin tahu menyatakan tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini sebanyak 25 orang dan 5 orang berhenti menggunakan bahan baku seperti saat ini dan mengganti dengan bahan baku yang lain.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dari 100 responden, 49 orang konsumen berhenti mengkonsumsi tahu apabila mengandung bahan baku transgenik, 18 orang mengurangi, dan 33 orang tetap mengkonsumsi. Faktor yang mempengaruhi secara nyata keputusan konsumen, yaitu umur, tingkat pendidikan, pendapatan rata-rata keluarga per bulan, fokus pembelian, dan jumlah anggota keluarga. Faktor pengaruh dan manfaat tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen. Perajin tahu yang memilih tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini yang merupakan kedelai asal Amerika Serikat sebanyak 25 orang dan 5 orang lebih memilih untuk berhenti menggunakan bahan baku seperti saat ini.

Saran setelah mengetahui hasil penelitian ini adalah sebaiknya konsumen dan perajin mementingkan faktor kandungan gizi yang utama. Pemerintah juga perlu mengadakan penelitian lebih lanjut agar bisa membuat keputusan yang tepat dan jelas. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan kembali, mengingat penelitian ini dilaksanakan saat transgenik belum banyak diketahui oleh konsumen. Sehingga penelitian selanjutnya diharapkan hasil yang diperoleh lebih akurat.


(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN

PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU

(Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

Oleh

TYAS KUMALA PUTERI H14103071

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Tyas Kumala Puteri Nomor Pokok : H14103071

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus : Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Henny Reinhardt, SP, M.Sc. NIP. 132 321 419

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D. NIP. 131 846 872


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Tyas Kumala Puteri H14103071


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Tyas Kumala Puteri lahir pada tanggal 2 Februari 1985 di Pekanbaru. Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Sarwo Kumolo dan Sri Wahyu Astuti, besar di Kota Pekanbaru kemudian pindah ke Kota Palembang, sampai menetap di Bekasi semenjak kelas satu SD, yaitu SDN Mekar Indah 01 Bekasi. Kemudian melanjutkan ke SLTPN 49 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 9 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis melanjutkan studi di Bogor. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan untuk mengembangkan diri dan menambah pengetahuan, dengan harapan dapat berguna bagi penulis dan lingkungan sekitarnya. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Hipotesa, UKM Pramuka, Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman, dan


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan dan panutan sepanjang jaman, Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan masukan, semangat, dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Alm. Bapak Sarwo Kumolo, Ibunda Sri Wahyu Astuti, Mas Febri dan Mas Ferdian yang sudah memberi semangat dan perhatian terus menerus. Seluruh keluarga Jenar dan Tangerang

2. Henny Reinhardt, SP, M.Sc, yang telah memberikan bimbingan secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik

3. Dr. Sri Mulatsih dan Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si selaku dosen penguji dan komisi pendidikan, yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi penulis

4. Teman-teman berbagi ilmu: Ningrum, Dede, Yana, Pondok Delonix. Pramuka IPB: Feri, Andari, Umen, Mbah2, Adik-adik 41-43. Teman-teman IE’40: Ade, Mimi, Heni, Sri, Winsih, Rina, Timor, Wirawan dan seluruh teman-teman angkatan 2003. Teman seperjuangan: Asih Irawan. Best: Kak Pipin, Kak Deni, Vera. Serta pihak-pihak yang telah membantu namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu


(9)

Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Agustus 2007

Tyas Kumala Puteri H14103071


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Transgenik ... 7

2.2. Kedelai ... 8

2.3. Tahu dan Industri Tahu... 8

2.4. Masalah Pangan ... 9

2.5. Konsumen ... 10

2.6. Penelitian Terdahulu ... 12

2.7. Kerangka Pemikiran... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN... 16

3.1. Metodologi Penelitian... 16

3.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.1.2. Jenis dan Sumber Data ... 16

3.1.3. Metode Pengumpulan Data ... 16

3.1.4. Metode Pengolahan Data ... 17

3.2. Metode Analisis Data... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 22

4.1. Gambaran Umum Industri Tahu Kecamatan Parung ... 22

4.1.1. Kabupaten Bogor... 22

4.1.2. Produsen Tahu Kecamatan Parung ... 22


(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN

PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU

(Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

OLEH

TYAS KUMALA PUTERI H14103071

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(12)

RINGKASAN

TYAS KUMALA PUTERI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor) (dibimbing oleh HENNY REINHARDT).

Kebutuhan manusia akan pangan selalu mengalami perkembangan baik dari kuantitas maupun variasinya. Era bioteknologi hadir sebagai cara yang dianggap mutakhir dalam peningkatan produksi tanaman maupun hewan, salah satunya yaitu transgenik. Beberapa tanaman transgenik telah di uji, dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan antara pihak yang menolak dan menerima keberadaan tanaman transgenik. Sangat sulit bagi masyarakat umum membedakan produk makanan transgenik dan yang bukan, karena perbedaan tersebut hanya bisa dilihat melalui uji laboratorium. Sedangkan pemberitaan mengenai kesimpangsiuran keberadaan dan dampak yang ditimbulkan dari produk berbahan baku transgenik semakin beredar di masyarakat. Indonesia merupakan pasar terbesar bagi produk-produk hasil rekayasa genetika atau trans genik. Dalam produk ini sering ditemukan sesuatu yang bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Salah satu produk pangan yang diisukan merupakan tanaman transgenik yaitu kacang kedelai. Untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, Indonesia mengimpor kedelai asal Amerika Serikat sekitar 70 persen, dimana separuh produksi kedelai AS berasal dari hasil rekayasa genetika.

Isu transgenik yang masih diperdebatkan di Indonesia antara keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan, dikhawatirkan pada masa akan datang menimbulkan pengaruh pada keputusan konsumen tahu yang selanjutnya akan memberikan pengaruh kepada industri tahu di Indonesia. Penelitian ini menganalisis isu bahan pangan transgenik terhadap industri tahu di Kabupaten Bogor dengan sumber responden yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Hal ini dikarenakan Kecamatan Parung merupakan daerah yang memiliki perajin tahu terbanyak di Kabupaten Bogor.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keputusan pembelian konsumen terhadap produk tahu karena isu transgenik yang beredar saat ini, serta faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut. Setelah itu dari hasil analisis keputusan konsumen, maka perajin tahu dapat memutuskan bahan baku yang akan mereka gunakan untuk membuat produk tahu.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen digunakan alat analisis regresi logistik. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Untuk mengetahui keputusan perajin Tahu, digunakan data primer dari hasil wawancara dan di analisis secara deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 100 orang responden, 49 orang menyatakan berhenti mengkonsumsi 18 orang mengurangi konsumsi, dan 33 orang tetap mengkonsumsi. Faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut yaitu umur, tingkat pendidikan, pendapatan rata-rata keluarga per bulan, jumlah


(13)

anggota keluarga, dan fokus membeli. Sedangkan faktor pengaruh dan manfaat tidak berpengaruh nyata. Faktor yang paling berpengaruh nyata yaitu fokus membeli.

Dari keputusan konsumen yang sudah dianalisis maka perajin tahu menyatakan tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini sebanyak 25 orang dan 5 orang berhenti menggunakan bahan baku seperti saat ini dan mengganti dengan bahan baku yang lain.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dari 100 responden, 49 orang konsumen berhenti mengkonsumsi tahu apabila mengandung bahan baku transgenik, 18 orang mengurangi, dan 33 orang tetap mengkonsumsi. Faktor yang mempengaruhi secara nyata keputusan konsumen, yaitu umur, tingkat pendidikan, pendapatan rata-rata keluarga per bulan, fokus pembelian, dan jumlah anggota keluarga. Faktor pengaruh dan manfaat tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen. Perajin tahu yang memilih tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini yang merupakan kedelai asal Amerika Serikat sebanyak 25 orang dan 5 orang lebih memilih untuk berhenti menggunakan bahan baku seperti saat ini.

Saran setelah mengetahui hasil penelitian ini adalah sebaiknya konsumen dan perajin mementingkan faktor kandungan gizi yang utama. Pemerintah juga perlu mengadakan penelitian lebih lanjut agar bisa membuat keputusan yang tepat dan jelas. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan kembali, mengingat penelitian ini dilaksanakan saat transgenik belum banyak diketahui oleh konsumen. Sehingga penelitian selanjutnya diharapkan hasil yang diperoleh lebih akurat.


(14)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN

PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU

(Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

Oleh

TYAS KUMALA PUTERI H14103071

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Tyas Kumala Puteri Nomor Pokok : H14103071

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus : Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Henny Reinhardt, SP, M.Sc. NIP. 132 321 419

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D. NIP. 131 846 872


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Tyas Kumala Puteri H14103071


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Tyas Kumala Puteri lahir pada tanggal 2 Februari 1985 di Pekanbaru. Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Sarwo Kumolo dan Sri Wahyu Astuti, besar di Kota Pekanbaru kemudian pindah ke Kota Palembang, sampai menetap di Bekasi semenjak kelas satu SD, yaitu SDN Mekar Indah 01 Bekasi. Kemudian melanjutkan ke SLTPN 49 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 9 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis melanjutkan studi di Bogor. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan untuk mengembangkan diri dan menambah pengetahuan, dengan harapan dapat berguna bagi penulis dan lingkungan sekitarnya. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Hipotesa, UKM Pramuka, Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman, dan


(18)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan dan panutan sepanjang jaman, Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan masukan, semangat, dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Alm. Bapak Sarwo Kumolo, Ibunda Sri Wahyu Astuti, Mas Febri dan Mas Ferdian yang sudah memberi semangat dan perhatian terus menerus. Seluruh keluarga Jenar dan Tangerang

2. Henny Reinhardt, SP, M.Sc, yang telah memberikan bimbingan secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik

3. Dr. Sri Mulatsih dan Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si selaku dosen penguji dan komisi pendidikan, yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi penulis

4. Teman-teman berbagi ilmu: Ningrum, Dede, Yana, Pondok Delonix. Pramuka IPB: Feri, Andari, Umen, Mbah2, Adik-adik 41-43. Teman-teman IE’40: Ade, Mimi, Heni, Sri, Winsih, Rina, Timor, Wirawan dan seluruh teman-teman angkatan 2003. Teman seperjuangan: Asih Irawan. Best: Kak Pipin, Kak Deni, Vera. Serta pihak-pihak yang telah membantu namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu


(19)

Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Agustus 2007

Tyas Kumala Puteri H14103071


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Transgenik ... 7

2.2. Kedelai ... 8

2.3. Tahu dan Industri Tahu... 8

2.4. Masalah Pangan ... 9

2.5. Konsumen ... 10

2.6. Penelitian Terdahulu ... 12

2.7. Kerangka Pemikiran... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN... 16

3.1. Metodologi Penelitian... 16

3.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.1.2. Jenis dan Sumber Data ... 16

3.1.3. Metode Pengumpulan Data ... 16

3.1.4. Metode Pengolahan Data ... 17

3.2. Metode Analisis Data... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 22

4.1. Gambaran Umum Industri Tahu Kecamatan Parung ... 22

4.1.1. Kabupaten Bogor... 22

4.1.2. Produsen Tahu Kecamatan Parung ... 22


(21)

ii

4.2.1. Umur... 26

4.2.2. Tingkat Pendidikan... 26

4.2.3. Pendapatan Rata-rata Keluarga per Bulan... 27

4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga ... 27

4.2.5. Pengaruh ... 27

4.2.6. Fokus Pembelian ... 28

4.2.7. Manfaat ... 29

4.3. Hasil Analisis Deskriptif Konsumen ... 29

4.4. Hasil Analisis Deskriptif Produsen... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 33

5.1. Kesimpulan ... 33

5.2. Saran... 33

DAFTAR PUSTAKA... 35


(22)

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Jumlah Ekspor Impor Kedelai Segar dan Kedelai Olahan Indonesia . 3 1.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai tahun 1990-2005 di

Indonesia ………. ... 4 4.1. Hasil Olahan Keputusan Konsumen dengan Regresi Logistik ... 24 4.2. Hasil Olahan Variabel Berpengaruh dengan Regresi Logistik ... 24 4.3. Karakteristik Umum Responden Konsumen ... 25 4.4. Data Responden Variabel Pengaruh ... 28 4.5. Data Responden Variabel Fokus Pembelian... 28 4.6. Data responden Variabel Manfaat... 29 4.7. Perolehan Jawaban Keputusan Pembelian Konsumen ... 30 4.8. Persentase Penurunan Pembelian Tahu ... 30 4.9. Produk Pengganti Tahu Apabila Mengandung Transgenik ... 31 4.10. Keputusan Perajin Tahu... 31


(23)

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 2.1. Pandangan Umum Terhadap Model Perilaku

Pengambilan Keputusan Konsumen dan Pengaruh-Pengaruh

Terhadapnya... 11 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian... 15


(24)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Daftar Anggota Perajin Tahu ... 38 2. Kuesioner Pene litian Konsumen Tahu... 41 3. Kuesioner Penelitian Perajin Tahu... 43 4. Peta Kecamatan Parung ... 44 5. Perolehan Data Primer ... 45


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan manusia akan pangan selalu mengalami perkembangan baik dari kuantitas maupun variasinya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang semakin bertambah tersebut adalah dengan marginalisasi lahan dengan pembukaan hutan untuk ditanami komoditi pangan yang pada akhirnya menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem. Cara lain yang telah dilaksanakan yaitu revolusi hijau yang diterapkan dalam sistem pertanian di Indonesia, yang dalam kondisi nyata ternyata hanya meningkatkan produk tivitas pertanian tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhan makanan untuk masyarakat. Hal tersebut terlihat dari banyaknya kasus kelaparan dan ketidakmampuan masyarakat Indonesia membeli bahan makanan di banyak daerah.

Era bioteknologi hadir sebagai cara yang dianggap mutakhir dalam peningkatan produksi tanaman. Salah satunya yaitu rekayasa genetika yang menghasilkan tanaman transgenik dengan sifat baru seperti tanaman tahan terhadap hama, misalnya tanaman kedelai yang tahan terhadap herbisida. Tanaman transgenik sebagai tanaman yang telah di rekayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu dibuat untuk pengembangan teknik transformasi baru, studi dasar mengenai peranan atau fungsi suatu gen, dan perbaikan tanaman untuk tujuan khusus, salah satunya memenuhi kebutuhan pasar.

Beberapa tanaman transgenik telah di uji dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan antara pihak yang menolak dan menerima keberadaan


(26)

2

tanaman transgenik (TOZ, 2006). Negara-negara yang tidak setuju terhadap tanaman transgenik adalah Uni Eropa. Menurut masyarakat Uni Eropa, buah dan hasil pertanian sayuran organik yang sudah sejak lama mereka konsumsi lebih sehat dan tidak membuat kekhawatiran terserang kanker. Tidak hanya masyarakat yang menolak kehadiran tanaman transgenik, tetapi perusahaan multinasional seperti Unilever dan Nestle yang mengolah kedelai dalam bentuk makanan bubuk kalengan melakukan penolakan yang sama. Hal tersebut membuat pemerintah beberapa negara Uni Eropa menindaklanjuti demonstrasi rakyatnya yang menolak mengkonsumsi kedelai transgenik Amerika, yaitu dengan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang agar kedelai transgenik yang diimpor diberi label yang jelas. Salah satu eksportir kedelai terbesar adalah Amerika. Bila hal tersebut tidak dilakukan, maka kedelai Amerika dilarang beredar di Eropa (Soeseno, 2000).

Selain itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melakukan pengujian terhadap beberapa produk turunan kedelai, jagung dan kentang yang masuk ke Indonesia hasilnya positif mengandung rekayasa genetik. Penelitian yang dilakukan bukan hanya dala m produk tidak bermerk seperti tahu dan tempe, tetapi pada sejumlah produk pangan bermerk. Menurut YLKI keberadaan produk pangan rekayasa genetik ini tentu benar-benar melanggar hak konsumen, yaitu hak atas keamanan, hak atas informasi (karena sama sekali tanpa label di kemasan produk), hak untuk memilih dan hak untuk mendapatkan ganti rugi (YLKI, 2006).

Namun pertentangan dari beberapa pihak tersebut tidak berlaku pada sebagian pihak yang lainnya. Seperti ya ng ditegaskan Menteri Pertanian bahwa tidak ada


(27)

3

bukti kedelai merupakan produk transgenik yang membahayakan kesehatan (Antara, 2006).

Sangat sulit bagi masyarakat umum membedakan produk makanan transgenik dan yang bukan, karena perbedaan tersebut hanya bisa dilihat melalui uji laboratorium. Sedangkan pemberitaan mengenai kesimpangsiuran keberadaan dan dampak yang ditimbulkan dari produk berbahan baku transgenik semakin beredar di masyarakat. Dalam produk ini sering ditemukan sesuatu yang bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia.

Salah satu bahan pangan transgenik yang diimpor dari Amerika ke Indonesia adalah kacang kedelai, karena pemenuhan kacang kedelai dalam negeri belum tercukupi. Hal tersebut dapat dilihat dari data impor kacang kedelai yang tinggi pada Tabel 1.1., walaupun sebenarnya Indonesia masih bisa mengirim produk kacang kedelainya meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Jenis kedelai yang diekspor adalah biji kedelai (kedelai kuning, hijau, coklat, hitam, campuran, dan pecah) dan olahan kedelai (bungkil kedelai, tepung, dan minyak kedelai).

Tabel 1.1. Jumlah Ekspor Impor Kedelai Segar dan Kedelai Olahan Indonesia.

Sumber : Departemen Pertanian, 2007

Ket : * Data kumulatif sampai bulan September 2006

2003 2004 2005 2005*

Ekspor Volume (ton) Volume (ton) Volume (ton) Volume (ton)

Kedelai segar 169 1.300,4 875,6 747,2

Kedelai

olahan 13.454,9 17.080,4 8.275,8 6.100,9

Impor Volume

(ton) Volume (ton) Volume (ton) Volume (ton) Kedelai segar 1.192.716,9 1.115.792,8 1.086.178,2 806.688,3 Kedelai


(28)

4

Dari 70 persen impor kedelai yang dilakukan Indonesia berasal dari AS, yang separuh produksi kedelai AS berasal dari hasil rekayasa genetika (Antara, 2006). Data yang ditampilkan dalam Tabel 1.2., menggambarkan kondisi ketersediaan kedelai yang tidak mencukupi karena produksi dan produktivitas yang menurun. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam negeri harus dicukupi dari impor, yang harganya terjangkau dan kualitas kacangnya baik.

Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai tahun 1990-2005 di Indonesia.

Tahun Luas panen

(Ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (Kw/Ha)

1990 1 334 100 1 487 433 11,15

1991 1 368 199 1 555 453 11,37

1992 1 665 706 1 869 713 11,22

1993 1 470 206 1 708 528 11,62

1994 1 406 918 1 564 847 11,12

1995 1 447 432 1 680 007 11,37

1996 1 279 286 1 517 181 11,86

1997 1 119 079 1 356 891 12,36

1998 1 095 071 1 305 640 11,92

1999 1 151 079 1 382 848 12,01

2000 824 484 1 017 634 12,34

2001 678 848 826 932 12,18

2002 544 522 673 056 12,36

2003 526 796 671 600 12,75

2004 565 155 723 483 12,80

2005 621 541 808 353 13,01

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2005

Berdasarkan laporan jurnal ilmiah tahun 2005 sampai 2006, keamanan pangan dan pakan transgenik semakin banyak menimbulkan kekhawatiran. Salah satunya seperti yang dikatakan oleh Dr. Irina Ermakova dari Academy of Sciences

Rusia melaporkan pada sebuah konferensi ilmiah bahwa 36 persen tikus yang lahir dari ibu yang diberi makan kedelai transgenik pertumbuhannya amat terhambat dibandingkan dengan 6 persen tikus yang lahir dari ibu yang diberi makan kedelai non-transgenik. Dalam tiga minggu, 55,6 persen anak dari tikus


(29)

5

yang diberi makan kedelai transgenik mati, tingkat kematian ini adalah enam hingga delapan kali kematian anak dari tikus yang diberi makan kedelai non-transgenik atau makanan tanpa kedelai tambahan. Ermakova dan tim penelitinya telah melakukan eksperimen ini tiga kali, dan setiap kali mendapatkan hasil yang amat mirip (YLKI, 2006).

Perdebatan isu transgenik telah merugikan beberapa produsen pengguna bahan baku yang diisukan merupakan transgenik. Salah satunya adalah perajin tahu yang merupakan produk turunan dari kacang kedelai transgenik. Kerugian yang dialami bukan hanya dari sisi ekonomi, yaitu penurunan pendapatan, tetapi juga image yang menjadi tidak bagus lagi di mata konsumen. Perdebatan ini sudah dirasakan oleh pemilik Tahu Poo Kediri yang merasa dirugikan karena permintaan tahunya menurun sejak isu ini beredar (Maksum, 2006).

1.2. Perumusan Masalah

Kedelai yang menjadi bahan baku produk tahu di Indonesia lebih banyak dipenuhi oleh produk impor dari AS yang telah diakui sendiri oleh negara tersebut sebagai produk rekaya sa genetik. Dikhawatirkan hal tersebut akan mempengaruhi keputusan konsumen yang telah mengetahui bahaya dan dampak dari tanaman transgenik.

Isu transgenik yang masih diperdebatkan di Indonesia antara keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan, dikhawatirkan pada masa akan datang menimbulkan pengaruh pada keputusan konsumen tahu yang selanjutnya akan memberikan pengaruh kepada industri tahu di Indonesia. Penelitian ini


(30)

6

menganalisis isu bahan pangan transgenik terhadap keputusan pembelian dan faktor- faktor yang mempengaruhinya serta pengaruhnya pada industri tahu di Kabupaten Bogor, dengan sumber responden yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Hal ini dikarenakan Kecamatan Parung merupakan daerah yang memiliki perajin tahu terbanyak di Kabupaten Bogor (BPS Kabupaten Bogor, 2006).

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ada 2, yaitu :

• Menganalisis pengaruh isu kedelai transgenik terhadap keputusan konsumen serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.

• Menganalisis hasil keputusan perajin tahu setelah mengetahui keputusan konsumen

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :

• Mengetahui keputusan konsumen terhadap tahu berbahan baku kedelai transgenik serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.

• Memberikan ga mbaran kepada perajin tahu mengenai keputusan konsumen terhadap tahu berbahan baku kedelai transgenik, agar perajin bisa mengambil keputusan tepat mengenai penggunaan bahan baku.

• Memberikan informasi sebagai pertimbangan penggunaan bahan baku produsen tahu.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Transgenik

Dalam memenuhi kebutuhan pangan, maka rekayasa genetik menjadi salah satu cara yang dianggap mampu mengatasi masalah pangan, karena bisa menciptakan kombinasi genetik baru secara biokimia yang bisa meningkatkan jumlah bahan pangan. Menurut Old dan Primrose (1989) rekayasa genetik atau manipulasi gen yaitu penyusunan suatu molekul majemuk atau molekul rekombinan buatan, seperti molekul majemuk yang mengandung DNA asing untuk disisipkan ke dalam molekul vektor. Salah satu bentuk dari rekayasa genetik yaitu transgenik. Sejak tahun 1980 sudah puluhan tanaman transgenik yang diciptakan. Ada tomat berisi gen ikan Sebelah, yang tahan menghadapi suhu dingin musim salju. Selain itu, ada pula kentang berisi gen ayam, yang tahan terhadap serangan bakteri pemb usukan.

Pendapat lain mengenai tanaman transgenik yaitu merupakan tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba atau virus untuk tujuan tertentu. Teknologi transgenik meluas sejak tahun 90-an. Data menunjukkan 63 persen produksi jagung AS adalah transgenik, demikian juga dengan 83 persen produksi kapas. Porsi terbesar adalah kacang kedelai yang mencapai 89 persen produksi. Meskipun demikian tidak semua pengembangan transgenik di AS berujung sukses, sebagian kalangan memandang produk transgenik tidak aman karena proses pembentukannya tidak alami dan bisa menyebabkan mutasi yang luas (Sigi, 2006).


(32)

8

2.2. Kedelai

Tanaman kedelai termasuk dalam famili Leguminoceae sub famili

Papilioneceae dan Glycine L. kedelai dibagi menjadi dua golongan yaitu berdasarkan jenisnya terdiri dari kacang kedelai putih/kuning dan hitam, kacang kedelai coklat dan hijau. Berdasarkan umurnya panen kedelai dibagi menjadi umur pendek (60-80 hari), umur sedang (90-100 hari), umur panjang (110-120 hari). Bagian utama dari kacang kedelai adalah kulit sebanyak 8 persen dan kotiledon sebanyak 90 persen. Selain itu, terdapat struktur minor yaitu hipokotil dan pilumul dengan persentase keduanya sekitar 2 persen (Somaatmadja, 1983).

Kedelai transgenik merupakan kedelai yang dikembangkan melalui proses rekayasa genetik. Proses rekayasa genetik dilakukan dengan menyisipkan sel asing ke dalam tumbuhan tersebut. Menurut Kepala Badan Pemeriksa Obat dan Makanan, Husnia, semua produk kedelai impor asal Amerika Serikat merupakan kedelai transgenik. Dengan demikian semua produk turunan kedelai impor, seperti tahu, tempe, kecap, dan tauco juga merupakan bahan makanan transgenik yang berbahaya (Alatas, 2006). Hal tersebut akan merugikan perajin dari sisi permintaan karena akan ada kemungkinan bahwa konsumen lebih memilih untuk tidak membeli produk yang diisukan membahayakan kesehatan (Maksum, 2006).

2.3. Tahu dan Industri Tahu

Tahu merupakan bahan pangan nabati yang sangat diperlukan untuk pemenuhan gizi masyarakat Indonesia, terutama sebagai sumber protein. Tahu dikenal sebagai makanan rakyat yang memiliki harga yang murah, dapat


(33)

9

dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta dapat di olah menjadi berbagai macam menu dan masakan. Protein yang terkandung dalam tahu memiliki kandungan gizi yang setara dengan daging hewan, sehingga tahu sering disebut sebagai daging tidak bertulang. Kandungan terbesar yang terdapat di dalam tahu adalah protein yaitu sebanyak 49 persen, lemak sebesar 27 persen, karbohidrat 14 persen, dan sisanya kalsium, abu, natrium, fosfor, besi, vitamin B1, vitamin B2, danvitamin B3 sebesar 10 persen (Sarwono dan Saragih, 2003).

Krisis ekonomi tahun 1998 membuktikan bahwa UKMK mampu bertahan, bahkan banyak yang mampu meningkatkan hasil usahanya (Ismawan, 2001). Kabupaten Bogor memiliki banyak UKMK yang dapat dikembangkan, salah satunya adalah industri tahu yang berpusat di Kecamatan Parung (BPS Kabupaten Bogor, 2006). Saat ini industri tahu di Kecamatan Parung jumlahnya banyak dan memiliki keuntungan karena produknya di butuhkan masyarakat sebagai sumber protein yang bergizi dan terjangkau berbagai kalangan.

2.4. Masalah Pangan

Setiap tahunnya ribuan hektar areal pertanian beralih fungsi sebagai pembangunan infrastruktur, seperti jalan, pasar, serta pemukiman, karena itu pemenuhan kebutuhan pangan penduduk dunia tidak mungkin lagi dengan melakukan perluasan lahan pertanian. Sedangkan dengan penggunaan pestisida maupun pupuk kimia menunjukkan pada tingkat yang sudah melampaui ambang batas sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Selain itu, masih


(34)

10

banyak terjadi marginalisasi lahan akibat pembukaan hutan atau deforestasi, sehingga berdampak negatif terhadap ekosistem.

Era bioteknologi hadir sebagai cara mutakhir dalam peningkatan produksi tanaman maupun hewan, sebagai pengembangan teknologi yang telah digunakan oleh petani guna mendapatkan varietas tanaman atau hewan terbaik. Keberadaan produk pertanian transgenik dalam kehidupan budaya manusia adalah hal yang wajar terjadi sebagai dampak dari ancaman dan kemampuan berpikir manusia untuk mengantisipasi berbagai ancaman, yaitu bahaya kelaparan dan kekurangan gizi. Hal tersebut adalah akibat dari tidak seimbangnya pertumbuhan produksi pangan dan produk pertanian lainnya, terutama di negara berkembang (Baihaki, 2002).

2.5. Konsumen

Dalam prinsip pemasaran, sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya hanya kalau memahami kebutuhan dan keinginan konsumen serta mampu memenuhinya dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibanding pesaing. Maka dari itu konsumen merupakan faktor terpenting dalam keberlangsungan sebuah industri. Seperti yang dikatakan Engel et al (1994), konsumen adalah pemegang kendali , dan pemasaran berhasil bila produksi atau jasanya menawarkan manfaat yang riil. Menurut UU no.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen secara spesifik diartikan bahwa istilah konsumen adalah sebagai setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan individu


(35)

11

sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Menurut Loudon dan Bitta (1984) dalam Mangkunegara (2002), perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa. Pendapat lainnya yaitu menurut Zaltman dan Wallendorf (1979) dalam Mangkunegara (2002) menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organsasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk pelayanan, dan sumber-sumber lainnya. Model dasar proses keputusan konsumen yang mengungkapkan kompleksitas faktor- faktor yang mempengaruhi dan membentuk perilaku konsumen, dapat di lihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pandangan Umum Terhadap Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Pengaruh-Pengaruh Terhadapnya.

Sumber : Engel et al (1994) PENGARUH LINGKUNGAN Budaya Kelas Sosial Pengaruh Pribadi Keluarga Situasi PROSES PSIKOLOGIS Pengolahan Informasi Pembelajaran Perubahan Sikap/Perilaku PERBEDAAN INDIVIDU Sumber Daya Konsumen Motivasi dan Keterlibatan

Pengetahuan Sikap

Kepribadian, Gaya Hidup, Demografi. PROSES KEPUTUSAN Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil


(36)

12

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Mardiana (2002) dengan judul Telaah Persepsi dan Sikap Pihak-Pihak Berkepentingan (stakeholders) terhadap Bahan Pangan Transgenik, membahas mengenai kehadiran bahan pangan transgenik yang begitu kontroversial di Indonesia terjadi karena adanya motif kepentingan yang berbeda-beda diantara pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap bahan pangan transgenik. Peneliti menelaah dan menganalisis sejauh manakah persepsi dan sikap akademisi atau ilmuwan, produsen atau pengusaha, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan konsumen terhadap bahan pangan transgenik.

Hasil dan kesimpulan dari peneliti adalah adanya kelompok akademisi atau ilmuwan yang mendukung bahan pangan transgenik. Menurut kelompok ini bahan pangan transgenik memiliki resiko yang kecil terhadap kesehatan dan lingkungan. Kelompok lainnya yaitu akademisi atau ilmuwan dengan prinsip kehati-hatian, menurut kelompok ini bahan pangan transgenik memiliki potensi resiko yang cukup besar terhadap aspek ekologi, kesehatan, sosial ekonomi, etika dan budaya. Sedangkan bagi LSM lebih keras menolak kehadiran bahan pangan transgenik.

Penelitian oleh Marlina (2005) berjudul Keputusan Melakukan Pembelian dan Jumlah Pembelian Roti Unyil Venus Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Peneliti ingin mengetahui karakteristik konsumen roti unyil venus, mempelajari alasan konsumen lebih memilih roti unyil venus daripada roti unyil non venus dan tahapan proses keputusan pembelian roti unyil venus,


(37)

13

mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian roti unyil venus, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian roti unyil venus.

Proses keputusan pembelian roti unyil venus dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan, manfaat, alasan, informasi, kebiasaan, pengeluaran roti unyil venus per bulan, dan kepuasan dengan variabel yang nyata adalah umur, pekerjaan, manfaat, alasan, sumber informasi dan kepuasan.

Dua penelitian terdahulu yang telah menganalisis mengenai isu transgenik yang kontroversial serta persepsi konsumen terhadap suatu produk membuat peneliti menggabungkan kedua hasil dan cara penelitian terdahulu. Penelitian ini menganalisis persepsi konsumen dan keputusan pembelian produk tahu terhadap isu transgenik yang beredar tetapi masih menjadi perdebatan.

2.7. Kerangka Pemikiran

Perkembangan isu transgenik di masyarakat masih berupa pernyataan tidak jelas mengenai dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan manusia, membahayakan atau tidak. Bagi kons umen, kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam memilih makanan. Sehingga penelitian ini ingin menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen terhadap pembelian tahu yang menggunakan kedelai transgenik. Hal ini dikarenakan pada masa yang akan datang dikhawatirkan akan mempengaruhi perajin tahu yang saat ini menggunakan bahan baku kedelai impor asal Amerika. Menurut data, kedelai yang dihasilkan Amerika berupa hasil rekayasa genetik (transgenik) sebesar 89


(38)

14

persen. Sedangkan konsumen merupakan faktor terpenting dalam keberlangsungan sebuah industri.

Faktor – faktor yang diduga mempengaruhi keputusan konsumen yaitu umur, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, motivasi, manfaat, dan pengaruh eksternal. Keputusan seorang pembeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur, karena orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka berdasarkan kebutuhan sesuai dengan umur (Simamora, 2002). Pendidikan merupakan salah satu indikator status sosial di masyarakat yang mempengaruhi jalan pikiran dan keputusan yang akan di ambil (Kotler, 1997). Keadaan ekonomi yang dimaksud adalah pendapatan keluarga dan sangat mempengaruhi keputusan konsumen membeli produk (Kotler, 1997).

Motivasi merupakan alasan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mengkonsumsi barang tertentu, sesuai dengan sesuatu yang ingin dicapai (Engel, 1994). Manfaat menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk memilih barang atau jasa yang akan di konsumsi, karena merupakan hal yang paling di rasa langsung oleh konsumen (Kotler, 1997). Pengaruh dari luar. Bisa berasal dari keluarga, penjual ataupun orang lain yang mempengaruhi keputusan individu. Hal ini menjadi penting karena mempengaruhi keputusan individu (Kotler, 1997). Kerangka Pemikiran yang penulis gambarkan dari uraian diatas adalah sebagai berikut :


(39)

15

Ket : tidak dianalisis

Gambar 2.2 Kerangka pemikiran penelitian

Faktor eksternal • Keputusan

konsumen • Faktor-faktor

yang

mempengaruhi keputusan tersebut

Tidak Berpengaruh Berpengaruh

IndustriTahu Faktor Internal :

• Umur • Pendidikan • Pendapatan • Fokus Pembelian • Manfaat

• Jumlah anggota keluarga

Keadaan umum :

• Semakin berkembangnya isu transgenik di masyarakat yang dapat dilihat dari semakin banyaknya berita dan artikel yang membahas pertentangan bahaya atau tidak bahan pangan transgenik di kalangan pemerintah dan pihak-pihak yang terkait (Mardiana, 2002)


(40)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian

3.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dalam wilayah Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor selama satu bulan, karena merupakan pusat industri tahu di Kabupaten Bogor.

3.1.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner konsumen ibu rumah tangga, dan wawancara perajin tahu, reponden diperoleh secara acak. Data sekunder diperoleh dari literatur- literatur yang relevan dengan topik yang diangkat, situs internet serta instansi yang terkait, seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Kantor Kecamatan Parung dan beberapa pabrik tahu di wilayah Kecamatan Parung.

3.1.3. Metode Pengumpulan Data

Untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi terdapat bermacam cara, baik untuk ukuran populasi yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Cara menentukan ukuran sampel yang diketahui ukuran populasinya adalah menggunakan rumus Slovin dan yang tidak diketahui menggunakan cara interval taksiran (Umar, 2003). Karena jumlah populasi di Kecamatan Parung diketahui, yaitu sebanyak 95.852 jiwa (Kantor Kecamatan Parung, 2006) maka dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Dalam angka jumlah contoh ditentukan dengan rumus :


(41)

17

n =

2

1 Ne N

+ (3.1)

di mana:

n : jumlah contoh yang akan diambil N : jumlah populasi

e : kesalahan yang dapat ditolerir

Contoh yang ideal mempunyai sifat antara lain: menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, sederhana, dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin (Simamora, 2002), dengan rumus Slovin (e = 10 %) maka diperoleh jumlah contoh untuk responden ibu rumah tangga adalah:

n =

52 , 958 1

852 . 95

+ = 99,89 = 100 orang

Jumlah contoh yang diambil sebanyak 100 responden (pembulatan ke atas). Sedangkan responden yang merupakan perajin tahu sebanyak 30 orang.

3.1.4. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 13 untuk mengolah faktor- faktor yang mempengaruhi proses keputusan konsumen.

3.2. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini analisis deskriptif dan regresi logistik. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik konsumen dan proses keputusan konsumen, serta keputusan perajin.

Keputusan konsumen dalam memutuskan pembelian tahu berbahan baku kedelai transgenik merupakan kasus dengan peubah penjelas berupa kategori dan


(42)

18

numerik. Secara umum apabila peubah respon dalam analisis regresi berupa peubah kategorik, maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Selain itu keputusan konsumen pada kasus ini merupakan model respons dikotomis yang bernilai 1 dan 0, yaitu nilai 1 untuk konsumen yang tetap mengkonsumsi tahu apabila menggunakan bahan baku kedelai transgenik dan 0 untuk konsumen yang berhenti mengkonsumsi tahu walaupun berbahan baku transgenik. Model respons dikotomis dapat dianalisis dengan analisis regresi logistik yang mengkaji hubungan pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tak bebas (Y) melalui model persamaan matematis tertentu (Hosmer dan Lemeshow, 1989).

Variabel tak bebas dalam penelitian ini yaitu tetap mengkonsumsi tahu apabila menggunakan bahan baku kedelai transgenik (1) dan berhenti mengkonsumsi tahu walaupun berbahan baku transgenik (0). Variabel bebas yang diduga berpengaruh adalah Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Jumlah anggota keluarga, Motivasi, dan Manfaat.

Model matematisnya :

Y = g (x) = b0 + b1X1 + b2X2 + …….+ bpXp (3.2) Nilai variabel tak bebasnya adalah :

Y = 1, bila konsumen tetap mengkonsumsi tahu Y = 0, bila konsumen berhenti mengkonsumsi tahu

Sebaran peluang yang digunakan adalah sebaran logistik, dengan model :

E(Y ¦ X) = ? (X) = eg(x) / 1 + eg(x) (3.3) Model regresi logistiknya :


(43)

19

Y = g(X) = ln

( )

( )



 

 

X

X π π

1 (3.4)

= b0+b1 A+b2 B+b3 C+b4 D+b5 E+b6 F+b7 G+b8 H+b9 I + e Dimana :

A = Umur (tahun) B =

C =

D = Pengaruh; 1 = Satu arah, 2 = Dua arah

E = Fokus Pembelian; 1 = Harga, 2 = Rasa, 3 = Kandungan Gizi F = Manfaat; 1 = Lauk, 2 = Makanan selingan

G = Jumlah anggota keluarga b0 = Intersep

b1,....,b9 = Koefisien Variabel ke A,...,I

e = Error

Definisi Variabel:

Umur adalah umur saat responden mengisi kuesioner dan wawancara, dengan pembulatan kebawah

Pendidikan adalah pendidikan terakhir responden saat mengisi kuesioner

Pendapatan adalah jumlah pendapatan keluarga dalam satu bulan saat pengisian kuesioner dan wawancara

Pengaruh terdiri dari dua kategori yaitu satu arah dan dua arah. Satu arah dalam penelitian ini adalah informasi yang didapat oleh responden merupakan Tingkat Pendidikan; 1 = SD, 2 = SLTP, 3 = SMU, 4 = Diploma, 5 = Sarjana, 6 = Pasca Sarjana

Pendapatan; 1 = kurang dari 1.000.000 rupiah, 2 = 1.000.000-1.999.999 rupiah, 3 = 2.000.000-2.999.999 rupiah, 4 = 3.000.000-3.999.999 rupiah, 5 = lebih dari 4.000.000 rupiah


(44)

20

informasi yang satu arah. Dengan kata lain hanya bisa diterima oleh responden, yaitu media elektronik dan media cetak. Sedangkan dua arah yaitu informasi yang didapat oleh responden ketika bisa mengutarakan keingintahuannya kepada yang memberi informasi. Yang termasuk dalam dua arah yaitu keluarga, teman, orang asing.

Fokus pembelian adalah alasan utama responden dalam memilih lauk

Manfaat adalah yang bisa diperoleh responden dari produk tahu

Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

Nilai oddsratio

Di dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. Salah satu keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah bahwa ukuran ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu ukuran yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah rasio odd. Dalam metode regresi logistik, ukuran yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas adalah nilai odds ratio (? ) yang didapat dari perhitungan eksponensial dari koefisien estimasi (bi) atau exp (bi). Odds ratio menunjukkan perbandingan peluang Y = 1 (konsumen tetap mengkonsumsi tahu apabila berbahan baku transgenik) dengan Y = 0 (konsumen berhenti mengkonsumsi tahu walaupun berbahan baku transgenik) dengan dipengaruhi oleh variabel tak bebas tertentu (Hosmer dan Lemeshow, 1989).


(45)

21

Odds ratio (? ) =

( )

( )

     − X X π π

1 atau

( )

( )

    

P Xi Xi P

1 Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

• Umur : semakin bertambah umur maka keinginan membeli tahu seseorang lebih besar daripada tidak membeli.

• Tingkat pendidikan : semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka keinginan untuk tidak me mbeli lebih tinggi daripada membeli.

• Pendapatan : semakin tinggi tingkat pendapatan sebuah keluarga, maka semakin cenderung untuk tidak membeli daripada membeli

• Pengaruh : keputusan membeli dipengaruhi oleh keinginan seseorang itu sendiri ataupun orang disekitarnya untuk semakin tidak membeli

• Fokus pembelian : terdiri dari harga, rasa, dan kandungan gizi. Alasan Kandungan gizi sebagai prioritas dalam pembelian suatu produk makanan, maka semakin tidak membeli. Harga dan rasa sebagai prioritas dalam pembelian suatu produk makanan, maka semakin membeli.

• Manfaat : memilih tahu sebagai lauk sumber protein daripada makanan selingan, maka semakin tidak membeli

• Jumlah anggota keluarga : semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka semakin membeli.


(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Industri Tahu Kecamatan Parung 4.1.1. Kabupaten Bogor

Perindustrian Kabupaten Bogor telah mampu mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi serta menjadi penggerak perkembangan pembangunan daerah. Kelompok Industri Kecil mempunyai peranan yang strategis dalam peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha serta membantu mengatasi kemiskinan. Industri kecil, industri rumah tangga dan kerajinan telah dibina dan didorong perkembangannya. Terutama industri yang berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya alam dan tenaga kerja. Pengembangan sektor ini ditempuh melalui strategi pengembangan sentra industri.

Salah satu industri yang berada di Kabupaten Bogor adalah industri tahu, yang terpusat di daerah Parung (BPS Kabupaten Bogor, 2007). Kecamatan Parung dengan penduduk berjumlah 92.582 jiwa dan terdiri dari sembilan desa memiliki banyak perajin tahu sebagai sumber mata pencaharian.

4.1.2 Produsen Tahu Kecamatan Parung

Kecamatan Parung terdiri dari sembilan Desa, yaitu Desa Cogreg, Desa Waru Jaya, Desa Waru, Desa Parung, Desa Bojong Indah, Desa Bojong Sempu, Desa Pemagarsari, Desa Jabon Mekar, dan Desa Iwul. Dari keesembilannya, Desa Iwul dan Desa Bojong Sempu merupakan desa dengan jumlah perajin tahu terbanyak karena sudah menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian masyarakat.


(47)

23

Desa Bojong Sempu memiliki kerjasama berbentuk mitra dengan sebuah lembaga yang membimbing masyarakat daerah setempat untuk memajukan potensi yang mereka miliki, yaitu industri tahu. Perajin tahu yang menjadi anggota dalam binaan lembaga ini dinamakan Masyarakat Mandiri (MM) yang sudah berjumlah 123 perajin (lampiran 1). Selain itu masih terdapat perajin yang belum menjadi anggota, sehingga jumlah perajin di Desa Bojong Sempu berjumlah lebih dari 123. Skala usaha yang dijalankan merupakan skala usaha mikro, dengan tenaga kerja berkisar antara 2-5 orang dan produksi menggunakan 10-30 kg kacang kedelai perhari, dan skala kecil yaitu menggunakan 10-15 orang tenaga kerja dan produksi 100kg kacang kedelai perhari (Tambunan, 2001). Hasil produksi dipasarkan ke beberapa wilayah sekitar terutama bagi perajin skala rumah tangga. Sedangkan untuk perajin skala kecil, memasarkan produksi ke beberapa wilayah di luar Kecamatan Parung.

Desa Iwul memiliki penduduk dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai perajin tahu. Tidak ada data pasti dari kelurahan mengenai jumlah pasti perajin tahu di desa ini, tetapi di perkirakan 85 persen penduduk mengandalkan usaha produk tahu.

Desa lain yang berada di wilayah Kecamatan Parung sejenis dengan Desa Iwul dan Bojong Sempu, hanya saja jumlah perajin tahu tidak sebanyak di kedua desa, hanya 2-4 perajin. Tahu yang diproduksi terdiri dari tahu putih, kuning, dan coklat (sudah digoreng). Dari wawancara denga n perajin dan penjual kedelai di lingkungan setempat, kacang kedelai yang digunakan merupakan kacang kedelai impor dari Amerika Serikat.


(48)

24

4.2. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu dengan Regresi Logistik

Hasil regresi logistik keputusan pembelian produk tahu apabila mengandung bahan baku transgenik terhadap ibu rumah tangga dengan variabel umur, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, manfaat, pengaruh, dan fokus pembelian menghasilkan tabel klasifikasi antara nilai asal peubah respon dengan nilai prediksinya berdasarkan analisis regresi logistik. Dari hasil prediksi diperoleh rata-rata prediksi yang benar adalah 94.00 persen yang berarti model bisa dikatakan baik, dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Olahan Keputusan Konsumen yang dianalisis dengan Regresi Logistik

Predicted

Y Percentage

Observed 0 1 Correct

0 45 4 91.80

Y 1 2 49 96.10

Overall Percentage 94.00

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

Dugaan variabel yang merupakan hasil olahan dengan regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Olahan Variabel yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dengan Regresi Logistik

Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Umur .104 .073 2.001 1 .157 1.109

Pendidikan -1.630 .883 3.409 1 .065 .196 Pendapatan 1.089 .753 2.092 1 .148 2.971 Pengaruh -1.970 1.885 1.092 1 .296 .139 Fokus Membeli -5.869 1.924 9.307 1 .002 .003 Manfaat -1.961 1.656 1.402 1 .236 .141 Jml Keluarga 1.400 .636 4.842 1 .028 4.056 constant 7.787 3.885 4.019 1 .045 2410.146


(49)

25

Selain itu, karakteristik konsumen yang menjadi responden dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari 100 orang responden ibu rumah tangga, untuk variabel umur maka responden yang paling kecil adalah umur 20 tahun dan paling tua adalah umur 70 tahun.

Tabel 4.3. Karakteristik Umum Responden Konsumen

Karakteristik Konsumen Jumlah %

Umur

20 – 26 14 14

27 – 33 24 24

34 – 40 36 36

41 – 47 11 11

48– 54 9 9

55 – 61 5 5

62 – 70 1 1

Total 100 100

Tingkat Pendidikan Terakhir

SD 37 37

SMP 17 17

SMU 29 29

D 9 9

S1 7 7

S2 1 1

Total 100 100

Pendapatan Rata-Rata Keluarga /bulan

< Rp 1.000.000 41 41

Rp 1.000.000 - Rp 1.999.999 40 40

Rp 2.000.000 - Rp 2.999.999 14 14

Rp 3.000.000 - Rp 3.999.999 1 1

Rp 4.000.000 - lebih 4 4

Total 100 100

Jumlah Keluarga

1 - 3 Orang 19 19

4 - 6 Orang 69 69

7 - 9 Orang 9 9

> 9 Orang 3 3

Total 100 100

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

Berikut ini akan dijelaskan pengaruh masing- masing variabel yang nyata terhadap keputusan pembelian produk tahu yang apabila mengandung bahan baku


(50)

26

transgenik. Taraf nyata yang digunakan dalam interpretasi data sebesar 20 persen. Hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian sosial, yang variabel bebasnya dapat terus berubah seiring waktu dan latar belakang yang berbeda-beda.

4.2.1. Umur

Nilai-p pada variabel umur sebesar 0.157 yang berarti bahwa peubah umur berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 1.109 yang berarti bahwa semakin bertambah usia seseorang maka rasio peluang membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 1.109 kali, dengan kata lain memilih untuk membeli apabila produk mengandung baha n baku transgenik daripada tidak membeli. Batas terkecil umur yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 20 tahun sampai 70 tahun (Tabel 4.3.).

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Nilai-p pada variabel pendidikan sebesar 0.065 yang berarti bahwa peubah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai

odds ratio yang diperoleh sebesar 0.196 yang berarti bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka rasio peluang membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 0.196 kali. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka konsumen semakin tidak ingin membeli.

Pendapatan Rata-Rata Keluarga per Bulan

Nilai-p pada variabel pendapatan rata-rata keluarga per bulan sebesar 0.148 yang berarti bahwa peubah pendapatan rata-rata keluarga per bulan


(51)

27

berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 2.971 yang berarti bahwa semakin tinggi pendapatan rata-rata sebuah keluarga per bulan maka rasio peluang ibu rumah tangga membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 2.971 kali, dengan kata lain memilih untuk membeli apabila produk mengandung bahan baku transgenik daripada tidak membeli. Hal ini bertentangan dengan hipotesis disebabkan karena seseorang yang berpenghasilan tinggi belum tentu memiliki daya pikir yang baik untuk mengkonsumsi sesuatu berdasarkan gizi yang terkandung.

4.2.3. Jumlah Anggota Keluarga

Nilai-p pada variabel jumlah anggota keluarga sebesar 0.028 yang berarti bahwa peubah jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 4.056 yang berarti bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka rasio peluang membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 4.056 kali, dengan kata lain memilih untuk membeli apabila produk tahu mengandung bahan baku transgenik daripada tidak membeli.

4.2.4. Pengaruh

Nilai-p pada variabel pengaruh sebesar 0.296 yang berarti bahwa peubah pengaruh, tidak berpengaruh secara nyata terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 0.139 yang berarti bahwa rasio variabel pengaruh untuk membeli adalah 0.139 kali dibandingkan tidak membeli. Namun pengaruh yang paling besar dapat dilihat pada Tabel 4.4.


(52)

28

Tabel 4.4. Perolehan Data Responden Konsumen Variabel Pengaruh

Pengaruh Jumlah % Keputusan

0 1

Satu Arah 68 68 32 (65.31%) 36 (70.59%) Dua Arah 32 32 17 (34.69%) 15 (29.41%)

Total 100 100 49 (100%) 51 (100%)

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007. Ket : 0 = Berhenti Membeli; 1 = Tetap Membeli

Responden yang menyatakan tidak membeli transgenik lagi mendapat pengaruh lebih besar dari satu arah yang bisa berupa media elektronik dan media cetak sebanyak 65.31 persen dibandingkan dengan pengaruh dari dua arah, yaitu berlangsung secara tanya dan jawab. Begitu pula dengan responden yang menyatakan tetap membeli tahu, pengaruh satu arah yaitu media elektronik dan media cetak lebih besar dibandingkan pengaruh dua arah, yaitu sebesar 70.59 persen.

4.2.5. Fokus Membeli

Nilai-p pada variabel fokus pembelian sebesar 0.002 yang berarti bahwa peubah fokus pembelian berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 0.003 yang berarti bahwa fokus pembelian mempengaruhi konsumen untuk membeli daripada tidak membeli tahu berbahan baku transgenik sebesar 0.003 kali, dengan kata lain lebih memilih untuk tidak membeli.

Dari kecocokan jawaban antara fokus pembelian dengan keputusan pembelian tahu, maka konsumen yang fokus pembelian karena kandungan gizi lebih memilih tidak membeli tahu apabila berbahan baku transgenik dibandingkan konsumen yang fokus terhadap harga dan rasa yang lebih cenderung untuk tetap


(53)

29

mengkonsumsi tahu apabila mengandung bahan baku transgenik. Perolehan jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Perolehan Data Responden Konsumen Variabel Fokus Pembelian

Fokus Membeli Jumlah % Keputusan

0 1

Harga 40 40 2 (4.09%) 38 (74.50%)

Rasa 17 17 4 (8.16%) 13 (25.50%)

Kandungan Gizi 43 43 43 (87.75) 0 (0.00%)

Total 100 100 49 (100%) 51 (100%)

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007 Ket : 0 = Berhenti Membeli; 1 = Tetap Membeli 4.2.6. Manfaat

Nilai-p pada variabel manfaat sebesar 0.236 yang berarti bahwa peubah manfaat tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 0.141. Manfaat yang diperoleh konsumen sebagai sumber protein ataupun selingan makanan tidak mempengaruhi keputusan pembelian tahu. Manfaat yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi tahu sebagai lauk sumber protein atau makanan selingan tidak mempengaruhi konsumen untuk membeli atau tidak tahu yang berbahan baku transgenik.Data dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Perolehan Data Responden Konsumen Variabel Manfaat

Manfaat Jumlah % Keputusan

0 1

Lauk sumber protein 88 88 42 (85.71%) 46 (90.20%) Makanan selingan 12 12 7 (14.29%) 5 (9.80%)

Total 100 100 49 (100%) 51 (100%)

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007. Ket : 0 = Berhenti Membeli; 1 = Tetap Membeli


(54)

30

Dari tujuh variabel, lima signifikan terhadap keputusan pembelian tahu yaitu umur, pendidikan, pendapatan, fokus membeli, dan jumlah keluarga. Sementara variabel tidak signifikan yaitu pengaruh dan manfaat.

4.3. Hasil Analisis Deskriptif Konsumen Tahu

Dari hasil kuesioner yang telah dilakukan terhadap 100 responden ib u rumah tangga, Kecamatan Parung, diperoleh jawaban yang menyatakan akan berhenti total mengkonsumsi tahu, tetap mengkonsumsi tahu, dan mengurangi mengkonsumsi tahu apabila mengandung bahan baku transgenik.

Secara umum masyarakat terutama ibu rumah tangga di Kecamatan Parung lebih banyak yang belum mengetahui lebih jelas mengenai isu transgenik, tetapi apabila hal ini bisa membahayakan kesehatan maka lebih memilih tidak membeli. Sedangkan, bagi yang baru mendengar dan belum mengetahui dengan jelas akibat yang ditimbulkan, selama belum ada larangan jelas dari pemerintah mereka lebih memilih untuk tetap mengkonsumsi. Perolehan data dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Perolehan Jawaban Keputusan Pembelian Konsumen

Perolehan Jawaban Jumlah %

Berhenti Total Mengkonsumsi Tahu 49 49.00 Mengurangi Mengkonsumsi Tahu 18 18.00

Tetap Mengkonsumsi Tahu 33 33.00

Total 100 100.00

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

Persentase penurunan rata-rata konsumen yang akan mengkonsumsi Tahu apabila mengandung bahan baku transgenik dapat dilihat pada Tabel 4.8. Pengurangan konsumsi terbanyak yaitu jumlah awal mengkonsumsi sebanyak


(55)

31

empat kali dalam seminggu menjadi satu kali, dengan persentase penurunan sebesar 75.00 persen.

Tabel 4.8. Persentase Penurunan Pembelian Tahu

Jumlah Awal Mengkonsumsi

Jumlah Setelah Mengetahui isu

Transgenik Penurunan

Total Responden yang mengurangi Konsumsi Tahu (dalam minggu) (dalam minggu) % (orang)

7 2 71.43 1

5 2 60.00 2

5 3 70.43 2

4 1 75.00 1

4 3 69.43 1

3 1 66.67 8

2 1 68.43 3

Total 18

Rata-Rata Penurunan 26.74

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

Berkurangnya jumlah dan berhenti total konsumsi tahu setelah mengetahui isu transgenik menyebabkan konsumen memilih produk lain sebagai sumber protein. Produk pengganti yang akan di konsumsi dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Produk Pengganti Tahu apabila Mengandung Transgenik Pilihan

Responden Konsumen

Jenis Sumber Protein Responden %

Ikan 20 37.04

Daging Sapi 7 12.96

Telur 13 24.07

Daging Ayam 10 18.53

Kacang-kacangan 4 7.40

Total 54 100.00

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

Responden menjawab lebih dari satu mengenai sumber protein yang akan mereka beli sebagai pengganti tahu. Ikan yang dimaksud dalam tabel diatas adalah ikan basah (bukan asin). Ikan menjadi sumber protein pengganti yang terbanyak karena ikan memiliki kandungan gizi yang banyak dan masih bisa terjangkau


(56)

32

daripada ayam dan daging. Sedangkan kacang-kacangan yang dimaksud adalah kacang hijau dan kacang merah. Hal ini karena kacang hijau dan kacang merah merupakan sumber protein nabati sama dengan tahu yang berasal dari kacang kedelai.

4.4. Hasil Analisis Deskriptif Respon Perajin Tahu Terhadap Bahan Baku Transgenik Pada Tahu

Hasil wawancara terhadap perajin tahu mengenai isu kedelai transgenik yang merupakan bahan baku pembuatan tahu dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Hasil Wawancara Keputusan Perajin Tahu terhadap Penggunaan Kacang Kedelai Transgenik

Keputusan Perajin Jumlah %

Tetap Menggunakan Kacang Kedelai Impor Amerika 25 83.33 Berhenti Menggunakan Kacang Kedelai Impor Amerika 5 16.67

Total 30 100

Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007

Perajin yang tetap menggunakan kacang kedelai seperti saat ini lebih banyak daripada yang berhenti menggunakan. Dalam menganalisis jawaban wawancara perajin maka hasil wawancara dibagi menjadi dua sisi, yaitu sisi konsumen dan sisi perajin. Pada sisi konsumen merupakan lanjutan dari hasil penelitian terhadap konsumen sebelumnya, yang ditanyakan kepada perajin untuk diketahui pendapatnya. Sedangkan pada sisi perajin merupakan wawancara bagaimana perajin dalam memandang bahan baku kedelai transgenik.

Dari sisi konsumen pada penelitian sebelumnya, isu transgenik tidak membuat seluruh konsumen berhenti mengkonsumsi tahu, sehingga perajin akan tetap menggunakan kacang kedelai seperti biasa. Menurut perajin, konsumen


(57)

33

mereka merupakan kalangan menengah kebawah yang secara ekonomi lebih memilih lauk pauk sebagai sumber protein yang terjangkau oleh konsumen, sehingga tahu akan tetap menjadi pilihan.

Dari sisi perajin mengenai bahan pangan transgenik, mengatakan selama ini belum me lihat bahaya dari tahu yang mereka buat, sehingga memutuskan untuk tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini. Selain itu, belum ada ketegasan dari pemerintah mengenai dampak dari bahan pangan transgenik. Sedangkan bagi perajin yang berhenti dan akan mencari alternatif lain sebagai bahan baku mengatakan apabila benar bahan pangan transgenik membahayakan konsumen, pada akhirnya akan menyulitkan mereka juga sebagai perajin. Keseluruhan perajin mengatakan bahwa apabila kacang kedelai yang biasa mereka gunakan sebagai bahan baku harus dihentikan, pemerintah harus siap menyediakan pengganti kacang yang memiliki harga dan mutu yang sama.


(58)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama yaitu wawancara dan kuisioner dengan 100 responden ibu rumah tangga di Kecamatan Parung. Hasil yang diperoleh yaitu isu transgenik menyebabkan 49 orang memilih berhenti mengkonsumsi, 18 orang mengurang konsumsi, dan 33 orang tetap mengkonsumsi.

Faktor-faktor yang di analisis berjumlah tujuh variabel, dan yang signifikan mempengaruhi keputusan yaitu umur, pendidikan, pendapatan, fokus membeli, dan jumlah anggota keluarga. Sementara variabel tidak signifikan yaitu pengaruh dan manfaat. Variabel yang paling signifikan adalah fokus membeli yaitu terdiri dari rasa, harga dan kandungan gizi. Apabila kandungan gizi menjadi pilihan, maka 87.75 persen kons umen akan berhenti mengkonsumsi, sedangkan fokus pembelian konsumen adalah harga, maka 74.50 persen konsumen tetap mengkonsumsi tahu, walaupun berbahan baku transgenik.

Tahap kedua yaitu wawancara dengan perajin tahu maka hasil yang diperoleh yaitu isu transgenik menyebabkan 25 perajin memilih tetap menggunakan kedelai seperti saat ini dan 5 orang memilih untuk mengganti bahan baku mereka.

5.2. Saran

Isu transgenik menyebabkan sebagian masyarakat untuk berhenti dan sebagian lain tetap mengkonsumsi tahu. Walaupun masih berupa isu, konsumen


(59)

35

sebaiknya lebih reaktif terhadap isu yang dikhawatirkan membahayakan kesehatan. Salah satunya dapat dilakukan dengan menambah informasi untuk diri sendiri mengenai transgenik dari berbagai sumber. Selain itu, konsumen sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan harga sebagai faktor keputusan pembelian tetapi faktor kandungan gizi lebih penting. Kesehatan diri dan keluarga sangat penting untuk diperhatikan.

Perajin disamping ingin meningkatkan keuntungan dengan harga input yang murah juga harus tetap memperhatikan kebaikan untuk konsumen, terutama untuk kesehatan. Selain itu, produsen harus lebih aktif mencari informasi mengenai transgenik dari berbagai sumber sebagai masukan untuk kelanjutan usaha. Hal ini dilakukan agar produsen tahu tetap bisa menjalankan usaha dengan baik.

Pemerintah sebaiknya mengadakan penelitian mengenai dampak yang ditimbulkan dari tanaman pangan transgenik. Hal ini agar pemerintah dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat agar kesimpangsiuran mengenai dampak dan kandungan dari bahan pangan transgenik diperoleh masyarakat dengan jelas, karena isu ini dikhawatirkan akan merugikan konsumen dan perajin.

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan kembali untuk mengetahui lebih jelas dampak isu transgenik beberapa waktu kedepan. Hal ini karena penelitian yang dilakukan saat ini mengenai transgenik belum banyak diketahui masyarakat. Diharapkan dengan adanya penelitian lanjutan maka hasil yang diperoleh mengenai dampak yang ditimbulkan dari isu transgenik akan lebih baik dan jelas.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, F. W. 2006. “Awas! Makanan Transgenik di Sekitar Kita”. http://www.vhrmedia.net/home/index.php?id=view&aid=1849&lang [10 Agustus 2006].

Antara. 2006. “Tak Ada Bukti Kedelai Transgenik Berbahaya”. http://www.indonesia.go.id/id/indek.php?option=com_content&task=view &id=1453=&itemid=699 [21 Juli 2006]

Baihaki, A. 2002. Rekayasa Genetik : Tantangan dan Harapan. Universitas Padjajaran Press, Bandung.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2006. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2006. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Padi dan Palawija 1990-2005. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Bitta, A. J. D., D. L. Loudon, M. Wallendorf, dan G. Zaltman. 2002. Dalam Mangkunegara. Perilaku Konsumen. Refika Aditama, Bandung.

Departemen Pertanian. 2007. Ekspor Impor Kedelai Indonesia 2003-2006. Departemen Pertanian, Jakarta.

Engel, R. F., R. D. Blackwell, dan Paul. W. 1994. Miniard. Perilaku Konsumen Jilid 1. Binarupa Aksara, Jakarta.

Hosmer, D. W., S. Lemeshow. 1989. Applicated Logistic Regression. A Wiley-Interscience Publication, USA.

Ismawan, I. 2001. Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil-Menengah. Grasindo, Jakarta.

.Kantor Kecamatan Parung. 2006. Demografi Kecamatan Parung. Kecamatan Parung, Bogor.

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Hendra Teguh, Ronny A. Rusli, Benjamin Molan [Penerjemah]. Jilid I. PT. Prenhallindo, Jakarta Maksum, D. U. 2006. ”Tahu Poo Kediri Membantah Gunakan Kedelai

Transgenik”. http://www.tempointeraktif.com/


(61)

37

Mardiana. 2002. Telaah Persepsi dan Sikap Pihak-Pihak Berkepentingan (stakeholders) terhadap Bahan Pangan Transgenik [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Marlina, C. 2005. Keputusan Melakukan Pembelian dan Jumlah Pembelian Roti

Unyil Venus Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya [skripsi].

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Old, R.W., dan S. B. Primrose. 1989. Prinsip-Prinsip Manipulasi Gen : Suatu

Pengantar Rekayasa Genetik. Blackwell Scientific Publications, Inggris. Sarwono, B., dan Saragih, Y. P. 2003. Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Sigi. 2006. “Bahaya tidak Unsur Transgenik”. http://www.liputan6.com/ view/8,128519,1,0,1185461758.html [3 September 2006]

Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Soeseno, S. 2000. “Heboh Kedelai Rekayasa”. www.indomedia.com/intisari/ http://www.indomedia.com/intisari/2000/juli/kedelai7.htm [ Juli 2000] Somaatmadja, D. 1983. Industri Hasil Pertanian. Departemen Perindustrian

Bidang Penelitian dan Pengembangan Industri, Bogor.

Tambunan, T. T. H. 2003. Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting. Ghalia Indonesia, Jakarta.

TOZ. 2006. “Bahaya [Tidak] Unsur Transgenik”. http://www.mail-archive.com/binusnet@yahoogroups.com/msg03659.html [4 September 2006]

Umar, H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Ghalia Indonesia, Jakarta.

YLKI. 2006. ”Menggugat Peredaran Pangan Transgenik; Selamatkan Hak

Masyarakat Atas Keamanan & Kedaulatan Pangan”.

http://ylki.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=12 [29 Agustus 2006]


(62)

(63)

39

Lampiran 1

Daftar Anggota Perajin Tahu

Kecamatan Parung

No.

Anggota Nama JK Umur Tanggal Keanggotaan Desa A0000001 Sapri L 40 23-02-2006 Bojong Sempu A0000002 Rojak L 30 23-02-2006 Bojong Sempu A0000003 Abdul Muhit L 31 23-02-2006 Bojong Sempu A0000004 Sanudin L 37 23-02-2006 Bojong Sempu A0000005 Enjon L 30 23-02-2006 Bojong Sempu A0000006 Subur Mail L 33 23-02-2006 Bojong Sempu A0000007 Rakhmad L 32 23-02-2006 Bojong Sempu A0000008 Sahada L 27 23-02-2006 Bojong Sempu A0000009 Uwes Qorni L 36 23-02-2006 Bojong Sempu A0000010 Syamsuri L 46 23-02-2006 Bojong Sempu A0000011 Armani L 33 23-02-2006 Bojong Sempu A0000012 Nian Burek L 41 30-03-2006 Bojong Sempu A0000013 Samid Engkoy L 51 30-03-2006 Bojong Sempu A0000014 Rashid L 28 30-03-2006 Bojong Sempu A0000015 Ipin L 31 30-03-2006 Bojong Sempu A0000016 Sasmita L 35 30-03-2006 Bojong Sempu A0000017 M. Nawawi L 41 30-03-2006 Bojong Sempu A0000018 Raun L 21 30-03-2006 Bojong Sempu A0000019 Partei L 38 30-03-2006 Bojong Sempu A0000020 Nirman L 40 30-03-2006 Bojong Sempu A0000021 Amsori L 35 30-03-2006 Bojong Sempu A0000022 Nasip L 41 30-03-2006 Bojong Sempu A0000023 Roshid L 44 21-04-2006 Bojong Sempu A0000024 Saad Kona L 39 21-04-2006 Bojong Sempu A0000025 Nasim L 37 21-04-2006 Bojong Sempu A0000026 Mulyadi L 25 21-04-2006 Bojong Sempu A0000027 Naman L 28 21-04-2006 Bojong Sempu A0000028 Mursali L 30 15-06-2006 Bojong Sempu A0000029 Zaenal L 30 15-06-2006 Bojong Sempu A0000030 Adi L 30 15-06-2006 Bojong Sempu A0000031 M. Jaelani L 25 15-06-2006 Bojong Sempu A0000032 Kurdi L 38 15-06-2006 Bojong Sempu A0000033 Nadih L 33 15-06-2006 Bojong Sempu A0000034 Icing L 51 15-06-2006 Bojong Sempu A0000035 Herman L 23 15-06-2006 Bojong Sempu A0000036 Hamzah Fauzi L 36 15-06-2006 Bojong Sempu A0000037 M. Yusuf L 34 11-09-2006 Bojong Sempu A0000038 Fachrudin L 31 11-09-2006 Bojong Sempu A0000039 Kiban L 39 11-09-2006 Bojong Sempu A0000040 Ucad Toleng L 31 11-09-2006 Bojong Sempu A0000041 Rian L 42 11-09-2006 Bojong Sempu A0000042 Kusnirah L 50 11-09-2006 Bojong Sempu A0000043 Rakhmat L 30 11-09-2006 Bojong Sempu


(64)

40

A0000044 Rian L 56 11-09-2006 Bojong Sempu A0000045 Amin L 46 11-09-2006 Bojong Sempu A0000046 Asmat L 29 11-09-2006 Bojong Sempu A0000047 Mista L 39 11-09-2006 Bojong Sempu A0000048 Nasip L 28 11-09-2006 Bojong Sempu A0000049 Kinang L 45 11-09-2006 Bojong Sempu A0000050 Nasan L 37 11-09-2006 Bojong Sempu A0000051 Iwan Setiawan L 26 11-09-2006 Bojong Sempu A0000052 Ramblih L 26 11-09-2006 Bojong Sempu A0000053 Sarta L 43 21-12-2006 Bojong Sempu A0000054

Endar Darul

Qutni L 38 21-12-2006 Bojong Sempu A0000055 Herman Sarman L 36 21-12-2006 Bojong Sempu A0000056 Udin Aba L 34 21-12-2006 Bojong Sempu A0000057 Nein L 32 21-12-2006 Bojong Sempu A0000058 Sapri L 30 21-12-2006 Bojong Sempu A0000059 Mulyadi L 24 21-12-2006 Bojong Sempu A0000060 Mawar L 43 21-12-2006 Bojong Sempu A0000061 Enang Caing L 54 21-12-2006 Bojong Sempu A0000062 Rosyid Koros L 31 21-12-2006 Bojong Sempu A0000063 Anwar L 31 21-12-2006 Bojong Sempu A0000064 Sain Kuwer L 37 21-12-2006 Bojong Sempu A0000065 Sanin L 26 21-12-2006 Bojong Sempu A0000066 Hamdani L 22 21-12-2006 Bojong Sempu A0000067 Oding Syam L 35 05-01-2007 Bojong Sempu A0000068 Ecin L 35 05-01-2007 Bojong Sempu A0000069 Endin L 40 05-01-2007 Bojong Sempu A0000070 Wahyudin L 28 05-01-2007 Bojong Sempu A0000071 Ahmad L 30 05-01-2007 Bojong Sempu A0000072 Sala L 40 05-01-2007 Bojong Sempu A0000073 Ilam L 50 05-01-2007 Bojong Sempu A0000074 Dalih L 27 05-01-2007 Bojong Sempu A0000075 Ahmad L 30 05-01-2007 Bojong Sempu A0000076 Ata L 40 05-01-2007 Bojong Sempu A0000077 Mad Yusup L 40 05-01-2007 Bojong Sempu A0000078 Mista L 25 05-01-2007 Bojong Sempu A0000079 Ocan L 24 05-01-2007 Bojong Sempu A0000080 Senin L 52 19-01-2007 Bojong Sempu A0000081 Neang L 57 19-01-2007 Bojong Sempu A0000082 Nakim L 35 19-01-2007 Bojong Sempu A0000083 Samsi L 24 19-01-2007 Bojong Sempu A0000084 Nimat L 47 19-01-2007 Bojong Sempu A0000085 Samsu L 34 19-01-2007 Bojong Sempu A0000086 Iyus Ruslan L 26 19-01-2007 Bojong Sempu A0000087 Boin L 50 19-01-2007 Bojong Sempu A0000088 Nawi L 39 19-01-2007 Bojong Sempu A0000089 Wahdi L 42 19-01-2007 Bojong Sempu A0000090 Masad L 43 19-01-2007 Bojong Sempu A0000091 Acep L 25 19-01-2007 Bojong Sempu


(1)

Catatan : Apabila diperlukan judul tulisan akan dirubah dengan tidak mengganti isi dan jawaban kuesioner

Lampiran 3.

Kuesioner Penelitian Perajin Tahu

Lokasi Pengisian :………. No.Responden : ………

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penyusunan skripsi mengenai “PENGA RUH ISU TRA NSGENIK SA A T INI TERHA DA P KEPUTUSA N KO N SUM EN RUM A H TA N G G A D A N PA D A IN D USTRI TA HU D I KA BUPA TEN BO G O R PA D A M A SA M EN D A TA N G (Studi Kasus : Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)” oleh Tyas Kumala Puteri (H14103071) Mahasisw a Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

IDENTITA S RESPONDEN

Nama : ……….

A lamat Singkat : ……….

Usia : ……….. tahun

Jumlah A nggota Keluarga : ……….. orang

Tingkat Pendidikan terakhir : ……….

Lama Usaha : ... Jumlah Tenaga Kerja : ... Pendapatan rata-rata per bulan :

q Kurang dari Rp 500.000 q Rp 500.000 – Rp 999.999 q Rp 1.000.000 – Rp 1.499.999 q Rp 1.500.000 – Rp 1.999.999 q Lebih dari Rp 2.000.000

A pakah anda pernah mendengar atau mengetahui ” Bahan Pangan Transgenik” sebelumnya ? ... Keputusan anda apabila konsumen lebih memilih tidak mau mengkonsumsi Tahu berbahan baku transgenik ? ... Keputusan anda apabila konsumen lebih memilih tetap mengkonsumsi Tahu berbahan baku transgenik ? ... Secara Pribadi, apakah anda bersedia tetap menggunakan bahan baku pangan transgenik ? jelaskan alasan anda ... ... ... ... ... ...

A tas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan Terima Kasih


(2)

Bogor, 2007

Catatan : Apabila diperlukan judul tulisan akan dirubah dengan tidak mengganti isi dan jawaban kuesioner

Lampiran 4.


(3)

Sumber : Kantor Kecamatan Parung, 2006

Lampiran 5.

Perolehan Data Responden Konsumen

Y Umur Pendidikan Pendapatan Pengaruh Fokus

Membeli Manfaat

Jml Kelrga

1 32 1 2 2 1 1 5

1 34 1 1 2 1 1 6

1 37 1 1 2 1 1 6

1 24 1 1 1 1 1 3

0 48 5 3 1 3 1 4

0 47 5 3 1 3 1 6

0 34 3 2 2 2 1 4

1 60 1 1 1 1 1 4

1 31 2 2 1 1 1 5

1 36 2 1 1 1 1 4

1 24 1 1 1 1 1 4

1 35 2 1 1 2 1 5

1 50 2 1 2 1 1 9

0 33 4 2 2 3 1 3

1 29 1 2 1 1 1 10

0 31 3 2 2 3 2 5

0 36 3 2 1 3 1 8

0 45 3 2 1 3 1 5

1 29 3 5 2 2 1 5

1 39 1 1 2 1 1 6

0 44 4 3 1 3 1 5

0 40 3 2 1 3 1 2

0 33 3 2 2 3 1 4

1 48 1 1 1 1 1 4

0 26 3 5 2 3 1 4

0 30 3 2 2 3 1 3

0 38 3 3 2 3 1 3

0 25 4 3 2 3 1 5

0 36 5 5 1 3 1 3

0 52 2 2 1 2 1 3

1 45 3 1 1 2 1 5

1 35 1 1 2 1 2 4

1 24 2 1 1 1 1 3

1 48 2 1 2 1 1 4

0 31 3 2 2 3 1 5

1 38 3 3 1 2 1 4

1 30 3 1 1 1 1 5

1 38 3 1 1 1 1 5

0 36 4 3 2 3 1 5

0 25 4 2 1 3 2 2

0 56 3 2 1 2 2 4

0 33 5 2 1 3 1 4

1 45 1 2 2 2 2 19


(4)

1 40 1 1 2 1 1 8

1 32 1 2 1 2 1 8

1 25 1 2 1 1 1 4

0 50 2 3 1 3 1 4

0 29 1 1 2 2 1 6

0 39 5 3 1 3 1 4

0 33 5 3 2 3 1 3

0 40 5 4 1 3 1 4

0 50 6 5 1 3 1 4

0 42 4 2 1 1 1 4

0 36 4 2 1 3 1 4

0 42 1 2 1 3 1 5

0 41 1 2 1 3 1 5

0 43 3 2 1 3 1 1

0 56 3 2 1 3 1 5

0 25 3 2 1 3 1 4

1 39 3 1 1 1 1 3

0 40 3 2 2 3 1 4

1 30 1 1 2 1 1 5

0 52 3 2 1 3 1 6

1 59 3 2 1 1 1 6

1 61 3 3 1 2 1 3

0 39 2 2 1 3 1 5

1 48 3 1 1 2 1 4

0 37 4 2 2 3 1 5

0 35 1 2 2 3 1 5

1 40 1 1 1 1 2 5

1 35 1 1 2 1 1 6

1 40 1 1 2 2 2 7

0 34 2 3 1 3 1 4

0 43 4 3 2 3 1 6

1 26 2 2 1 1 1 4

1 25 1 1 1 2 1 5

1 37 1 1 2 1 1 7

0 30 2 3 1 3 2 4

1 40 1 1 1 2 1 4

0 40 2 2 1 3 2 8

1 32 1 1 1 1 1 2

1 35 1 1 2 1 2 3

0 27 2 1 1 1 1 1

1 70 1 1 1 2 1 4

1 35 1 1 1 1 1 6

1 30 1 1 1 2 1 6

1 40 1 1 1 1 1 5

0 30 2 2 1 3 2 4

1 37 3 1 1 1 1 3

0 24 2 2 1 3 1 3

1 26 1 1 1 1 1 8

1 23 1 1 1 1 1 5

1 28 1 1 1 1 1 5

1 27 1 1 1 1 1 5

1 20 2 1 1 1 1 5

1 29 1 2 1 1 1 10

0 31 3 2 2 3 2 5

0 36 3 2 1 3 1 4


(5)

(6)