Berdasarkan pengamatan Penulis, kondisi pelayanan di kantor kecamatan Siantar Marimbun memang dapat dikatakan cukup aman dari segi kekuatan dasar hukum
pelayanan. Maksudnya adalah bahwa pelayanan yang dikeluarakandilakukan oleh kantor kecamatan Siantar Marimbun, seperti surat-surat keterangan, surat yang
berhubungan dengan tanah, silang sengketa tanah dan sebagainya, memiliki dasar hukum dan sah di hadapan hukum sebab surat-surat yang dikeluarkan memiliki nomor surat dan
menyertakan tanda tangan Camat. Selain untuk kegiatan administrasi, tanda tangan Camat juga dibubuhkan dalam pelayanan lain, misalnya gotong royong, dimana dalam
himbauan untuk melakukan gotong royong harus diketahui oleh Camat. Keamanan kantor kecamatan sendiri saat tidak sedang dalam jam kerja juga terjamin dengan adanya
penjaga kantor yang bertempat tinggal di kantor kecamatan Siantar Marimbun sendiri dan merangkap sebagai penjaga kantin. Hal ini sebagai pencegahan pencurian seperti
yang diungkapkan oleh Ibu M Silitonga sebagai Kasi Kepemudaan dan Olahraga sebagai berikut:
“Disini ada kami buat penjaga kantor dan tinggal di kantor ini. Waktu baru pertama memang pernah sekali kemalingan, pada waktu itu juga kantornya baru
dibuka. Waktu itu penjaga kantor belum ada, setelah kejadian kami buatlah, sejak kejadian itu tidak pernah ada kejadian lagi.”
D. Hasil Wawancara Mengenai Hambatan Pelayanan Publik di Kantor Kecamatan Siantar Marimbun
Pelayanan publik adalah sesuatu yang mutlak pelaksanaannya dalam lingkungan birokrasi. Pelaksanaan pelayanan publik itu sendiri juga hendaklah dinamis dan selalu
berkembang seturut masyarakat yang dilayaninya. Dengan demikian, peningkatan kualitas pelayanan sewajarnya menjadi prioritas utama pelaksanaan pelayanan publik.
Peningkatan kualitas ini bisa berupa pelayanan yang lebih cepat, lebih murah dan lebih
Universitas Sumatera Utara
mudah pelaksanaannya baik bagi masyarakat yang dilayani juga bagi petugas yang melayani.
Kualitas pelayanan publik dilihat dari segi mutu pelayanan maupun sistem pelayanannya sangat bergantung pada organisasi penyedia pelayanan itu sendiri.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan publik yang berkualitas merupakan tanggung jawab yang wajib dikedepankan petugas penyedia pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab
itu, pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat IKM merupakan instrumen yang tepat untuk mengetahui kondisi kualitas pelayanan suatu badan instansi organisasi penyedia
pelayanan publik. Dari hasil pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat IKM kantor kecamatan
Siantar Marimbun dapat disimpulkan bahwa semua indikator dapat dikatakan baik dan masyarakat merasa cukup puas akan pelayanan yang diberikan. Akan tetapi perlu
mendapat perhatian bahwa tidak semua indikator yang menyatakan kualitas pelayanan mutlak menyatakan baik atau pun sangat baik. Hal ini menjadi bukti bahwa kualitas
pelayanan perlu ditingkatkan lagi agar dapat mencapai standart yang diharapkan. Ditambah lagi menurut Penulis, masih banyak lagi yang harus dibenahi oleh kantor
kecamatan Siantar Marimbun untuk lebih memaksimalkan pelayanan yang menjadi ruang lingkupnya kepada masyarakat.
Kantor kecamatan Siantar Marimbun belum bisa dikatakan telah memberikan pelayanan yang maksimal, hal ini terlihat dari hasil pengukuran Indeks Kepuasan
Masyarakat IKM yang belum menggambarkan kepuasan yang maksimal dari masyarakat. Selain itu, banyak masyarakat yang lebih memilih diwakilkan dalam
pengurusan pelayanan ke kantor kecamatan karena berbagai macam alasan. Ditambah lagi, petugas pelayanan di kecamatan Siantar Marimbun juga harus bekerja ekstra keras
Universitas Sumatera Utara
untuk merubah pola pikir mind set masyarakat dari asumsi-asumsi negatif mengenai pelayanan yang dirasakan selama ini. Berdasarkan pengamatan Penulis, tanggapan
masyarakat mengenai pelayanan itu adalah kebanyakan digambarkan merepotkan, lama, berbelit-belit dan mahal. Tanggapan ini muncul bahkan bukan sepenuhnya berasal dari
pengalaman masyarakat sendiri, ada juga yang mengadopsi pendapat-pendapat yang sifatnya spekulatif dan berkembang secara umum.
Untuk menghasilkan pelayanan yang berkualitas, salah satu hal yang perlu dilakukan yaitu dengan penanggulangan hambatan yang dihadapi selama ini. Hambatan
dalam hal ini dimaksudkan sebagai unsur-unsur atau pun kondisi-kondisi yang menyebabkan berkurangnya kepuasan masyarakat atau pun yang menyebabkan sulitnya
petugas pelayanan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Hamabatan-hambatan dalam pelayanan publik oleh kantor kecamatan ini sendiri baik sudah dirasakan atau pun
yang berpotensi menjadi hambatan yang lebih besar apabila tidak ditangani dengan baik, penilaian atas hambatan ini dilakukan berdasarkan hasil pengamatan Penulis dan hasil
wawancara dengan informan-informan yang ada. Hambatan dalam pelaksanaan pelayanan publik berasal dari luar eksternal dan dalam internal organisasi penyedia
pelayanan. Hambatan secara internal dan eksternal ini hanya bisa dirasakan oleh pihak yang benar-benar berkecimpung di dalamnya. Untuk mengetahui hambatan pelayanan ini
Penulis telah melakukan wawancara terhadap beberapa informan mengenai hambatan dalam kegiatan pelayanan publik. Dari hasil wawancara itu disimpulkanlah kondisi yang
menjadi cerminan pelayanan di kantor kecamatan Siantar Marimbun saat ini sebagai berikut:
1. Keterjangkauan Aksesibilitas Kantor Kecamatan Siantar Marimbun. Dilihat dari letak geografisnya, kantor kecamatan Siantar Marimbun
tidaklah tepat berada di tengah wilayah kecamatan. Dampak dari kondisi ini tentu
Universitas Sumatera Utara
saja berakibat pada tidak semua warga kecamatan Siantar Marimbun dapat mengakses pelayanan dengan mudah. Meskipun banyak pelayanan yang bersifat
jemput bola turun langsung ke lapangan maupun yang sifatnya koordinasi dengan pihak kelurahan yang pelayanannya tidak dilakukan di kantor kecamatan,
tetapi keberadaan lokasi kantor kecamatan sangat berpengaruh bagi masyarakat dalam kegiatan pengurusan e-KTP, maupun pengurusan surat-surat seperti surat
yang berhubungan dengan tanah dan surat keterangan lainnya yang menjadi tugas administratif kantor kecamatan Siantar Marimbun. Kendala pada lokasi kantor
kecamatan yang tidak semua masyarakat dapat merasakan kemudahan aksesnya semakin diperparah dengan kondisi jalan menuju kantor kecamatan yang rusak
dan sangat sempit. Keterjangkauan kantor kecamatan Siantar Marimbun adalah hal yang
mutlak harus menjadi perhatian utama sebab masyarakat memang harus berurusan dengan kantor kecamatan. Sedangkan infrastruktur jalan menuju kantor
kecamatan yang rusak. Selain itu, keterjangkauan kantor kecamatan Siantar Marimbun melalui transportasi publik juga merupakan hambatan sebab jalan
menuju kantor kecamatan Siantar Marimbun hanya dapat melalui 1 jalan yaitu Jalan Bakhora II dan hanya dilewati oleh 2 buah angkutan umum. Hal ini
dibenarkan oleh Bapak J Siregar, salah satu warga kecamatan Siantar Marimbun yang mengatakan:
“Dulu naik kereta sepeda motor aku masih bisa tenang-tenang ke kantor kecamatan Siantar Marihat dari jalan Durian ini, sekarang sudah makin
susah, jauh lagi. Ditambah lagi jalannya rusak, kalau gak hati-hati kita bisa jatuh. Kendaraan kita pun ke situ cuma kereta nya sepeda motor,
naik angkot dua kali dari sini udah tanggung, angkot ke dalam macam gak ada.”
Universitas Sumatera Utara
Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Kasi Pemerintahan Bapak J Gultom: “Kalau dari segi jarak, masih bisa dijangkau, tapi ada kelemahan sedikit,
bukan semua angkot bisa masuk ke kantor kecamatan Siantar Marimbun.” Seperti yang kita ketahui bahwa pemindahan infrastruktur kantor
kecamatan Siantar Marimbun bukanlah merupakan pilihan yang rasional untuk mengatasi masalah ini. Oleh karena itu, infrastruktur jalan dan perbaikannya
haruslah menjadi perhatian utama. 2. Standar Pelayanan Publik.
Standart pelayanan publik dalam hal ini adalah sebuah acuan dasar dari penyelenggaraan suatu pelayanan publik. Adanya suatu standart yang jelas dan
dipahami oleh seluruh petugas penyedia pelayanan publik sangat penting agar pengukuran kinerja kantor dalam memberikan pelayanan dapat dilakukan dengan
tepat. Penetapan standart juga dapat membantu petugas pelayanan untuk mencapai tujuan pelayanan dan melakukan evaluasi kinerja secara pribadi.
Secara khusus, standart pelayanan juga mencakup ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam suatu bentuk pelayanan. Ketentuan-ketentuan ini
termasuk persyaratan pelayanan, biaya pelayanan dan waktu penyelesaian pelayanan. Ketentuan ini harus ada agar baik masyarakat dan petugas pelayanan
itu sendiri dapat menjadi penilai atas kinerja dan kualitas pelayanan yang ada. Oleh sebab itu, dengan adanya standart yang dipahami bersama maka
kualitas pelayanan akan meningkat. Sedangkan apabila standart tidak dipahami secara bersama oleh petugas pelayanan atau bahkan tidak memiliki suatu standart
atau ketentuan sama sekali maka tujuan pelayanan tidak akan tercapai dan akan sulit untuk mengembangkan kualitas pelayanan yang ada.
Mengenai standart pelayanan di kantor kecamatan Siantar Marimbun, Penulis dapat menyimpulkan bahwa belum terdapat standart yang tetap fixed
Universitas Sumatera Utara
dan dipahami secara menyeluruh oleh pegawai. Hal ini terbukti dari hasil wawancara kepada Camat dan Kepala Seksi-Kepala Seksi sebagai oknum yang
memahami mengenai pelayanan kepada masyarakat yang dilakukan di kantor kecamatan maupun dilapangan. Misalnya, Bapak Fidelis Sembiring selaku Camat
Siantar Marimbun menyatakan standart pelayanan publik itu sebagai: “Standart maksudnya dalam proses pelayanan itu ada yang dibutuhkan
persyaratan-persyaratan bila sudah dipenuhi langsung dilayani. Kira-kira begitu”
Sedangkan pendapat kepala seksi, misalnya Bapak J Gultom sebagai Kasi Pemerintahan menyatakannya standart pelayanan sebagai:
“Pelayanan kepada masyarakat berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, jadi sesuai dengan fasilitas yang ada kita layani masyarakat
sesuai dengan kemampuan kita.” Sementara itu Ibu M Silitonga sebagai Kasi Kepemudaan dan Olahraga
menyatakan standart pelayanan di kantor kecamatan Siantar Marimbun sebagai: “Disini pelayanannya sudah dibagi-bagi Tupoksi masing-masing jadi
ditangani berdasarkan Tupoksinya.”
Kesimpulan dari hasil wawancara ini adalah belum adanya suatu standart yang dipahami dan menjadi acuan dalam melakukan pelayanan. Standart
pelayanan masih merupakan buah pikir dari masing-masing individu petugas pelayanan di kantor kecamatan dan belum dijadikan dasar dalam setiap kegiatan
pelayanan publik. Memang pemahaman akan standart oleh setiap individu akan selalu baik, tetapi apabila standart yang ditetapkan belum memiliki kesatuan
tujuan maka tujuan dari organisasi itu pun akan sulit tercapai. Hasil wawancara Penulis juga menujukkan bahwa belum terdapat
standarisasi waktu penyelesaian pelayanan. Selesai atau tidaknya pelayanan, misalnya pelayanan administrasi sangat tergantung oleh ada atau tidaknya
Universitas Sumatera Utara
pimpinan untuk menandatangani dokumen tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibu M Silitonga yang menyatakan:
“Standart waktu untuk pengurusan surat tidak ada, kalau misalnya ketepatan atasan tidak di tempat mungkin pada saat itu tidak langsung
diproses. Surat yang tidak diproses karena tidak adanya Camat, atau Kasi yang mengurus belum pernah terjadi.”
Pemahaman mengenai tolak ukur pelayanan publik juga kurang menjadi perhatian. Buktinya, data mengenai kegiatan pelayanan kepada masyarakat baik
jumlah dan perkembangannya belum menjadi kebutuhan untuk menunjukkan kondisi pelayanan di kantor kecamatan Siantar Marimbun. Lebih lanjut,
kebanyakan masyarakat dalam menanggapi waktu pelayanan dan biaya pelayanan sebagai standart dalam melakukan pelayanan mayoritas cenderung
menjawab tidak tahu, seperti yang diungkapkan Bapak M Silalahi: “Rincian biaya tidak ada, setahu saya tidak ada pemungutan biaya dari
pengurusan e-KTP maupun surat-surat lainnya. Biaya kita palingan dari uang terima kasihlah kalau itu tidak ada ketentuan mau ngasih berapa,
terserah kitanya. Begitu juga dengan waktu pelayanan, gak ada juga ketentuannya, kalau sudah selesai ya tinggal ambil. Ketentuan misalnya
dalam bentuk tulisan di papan pengumuman itu gak ada, jadi gak bisa juga kita menuntut kalau sudah lama gak selesai, gitu.”
Berdasarkan data-data yang terkumpul seperti yang dijelaskan di atas, Penulis menyimpulkan bahwa ketersediaan standart pelayanan sangat diperlukan
dalam kegiatan pelayanan, selain sebagai instrumen yang sangat berguna untuk mengukur kualitas pelayanan bagi masyarakat dan petugas, standart pelayanan
sendiri sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi, terutama organisasi pelayanan publik, sebab dengan penerapan standart kinerja dapat terus
ditingkatkan dan kualitas pelayanan akan maksimal. Penerapan standart pelayanan ini juga menurut Penulis sangat penting untuk jangka waktu ke depan
sebab tanpa standart yang tetap pelayanan akan tetap kualitas pelayanan akan
Universitas Sumatera Utara
tetap seperti itu sedangkan masyarakat akan semakin berkembang baik jumlah maupun keragaman tuntutannya.
3. Transparansi Pelayanan Publik. Unsur transparansi merupakan salah satu unsur terpenting dalam
pelaksanaan pelayanan publik. Informasi yang tersedia dan mampu dipahami oleh masyarakat sangat berguna untuk dapat memacu inisiatif dari masyarakat
untuk ikut andil dalam memperlancar pelayanan publik. Keterbukaan informasi pelayanan merupakan unsur terpenting untuk menjalin hubungan yang penuh
dengan rasa percaya bagi pelayan publik dengan masyarakat. Pelayanan publik yang transparan merupakan kunci untuk mengubah
persepsi-persepsi negatif masyarakat mengenai pelayanan publik. Informasi yang cukup dan jelas mengenai pelayanan jika dikomunikasikan kepada masyarakat
dapat mengatasi kesalahpahaman dalam hubungan masyarakat dengan petugas pemberi pelayanan publik. Sehingga pada akhirnya tanggapan masyarakat
mengenai pelayanan yang berbelit-belit, mahal dan lama, perlahan-lahan akan berubah. Akan tetapi, untuk menghadirkan transparansi dalam proses pelayanan
tidaklah semudah dan sesederhana itu, perlu ada kesiapan dan konsistensi dari penyedia pelayanan publik itu sendiri.
Secara khusus, transparansi pelayanan publik ini dapat dilihat dari keterbukaan informasi yang berhubungan pelayanan publik. Misalnya, kejelasan
mengenai prosedur, persyaratan, biaya pelayanan, dan waktu penyelesaian yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan demikian, masyarakat dengan
jelas dapat mengetahui hak yang harus diperolehnya dan kewajiban yang harus dipenuhinya kemudian dapat menyimpulkan kualitas dari pelayanan yang
diperolehnya. Pentingnya transparansi dalam sebuah pelayanan baik dalam proses
Universitas Sumatera Utara
pelayanannya maupun dalam pertanggungjawabannya merupakan sebuah tuntutan mutlak dalam konsep pelayanan prima.
Transparan atau tidaknya sebuah unsur pelayanan itu baik disengaja atau tidak dapat berdampak besar dalam pelayanan publik. Pelayanan yang tidak
transparan dapat berakibat pada ketidakadaannya kepercayaan antara pelayan publik dan masyarakat. Kecurigaan dan stigma negatif akan selalu menjadi ciri
pelayanan publik. Sehingga akan berujung pada mutual ignorance yaitu keadaan dimana aparat birokrasi pelayanan publik maupun masyarakat yang dilayani
sama-sama tidak tahu dan mendapat kesulitan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan publik.
Pemahaman mengenai transparansi pelayanan memang sudah dipahami sebagai sebuah keharusan di instansi atau badan penyedia pelayanan publik
dimana saja. Akan tetapi, untuk suatu alasan tertentu, penerapannya sangat jarang dilakukan secara optimal. Sering sekali transparansi hanya menjadi wacana yang
diusahakan saja dalam pelayanan publik, tetapi dalam kenyataannya tetap tidak ada sosialisasi bahkan ketentuan tertulis mengenai pelayanan publik yang
seharusnya transparan dan informatif. Transparansi pelayanan di kantor kecamatan Siantar Marimbun sendiri
sangat minim bagi masyarakat awam. Informasi mengenai jenis pelayanan, prosedur, persyaratan, biaya pelayanan, dan waktu pelayanan memang
disampaikan secara lisan oleh petugas yang ada, tetapi hal ini kurang efektif sebab petugas yang menjaga tidak selalu ada untuk memberikan informasi. Selain
itu, informasi yang diterima dari satu petugas belum tentu sama dengan petugas lainnya sehingga kekurangan informasi ini mengakibatkan pelayanan harus
Universitas Sumatera Utara
bolak-balik dilakukan. Pendapat yang sama dinyatakan oleh J Siregar, masyarakat kecamatan Siantar Marimbun, yang mengatakan:
“Persyaratan pelayanan misalnya mau ngurus surat mengganti nama kepemilikan tanah, biasanya ke Lurah dulu, di situ kita tanyalah apa-apa
saja persyaratan yang perlu kalau nggak ke kantor kecamatan itu juga tetap harus dapat dulu tanda tangan Lurah. Mengurusnya itunya yang
susah, kalau ada kurang persyaratannya terpaksa pulang lagi, ambil lagi. Sedangkan persyaratannya dalam bentuk tertulis gitu, belum pernah saya
lihat di kantor kelurahan atau di kantor kecamatan.”
Selama persepsi masyarakat mengenai pelayanan masih negatif dan stigma negatif masih menjadi mind set masyarakat dalam melaksanakan
pengurusan pelayanan publik maka kebutuhan akan transparansi masih menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pelayanan publik dimana pun juga.
Keterbukaan informasi menimbulkan rasa saling percaya antara pelayan publik dan masyarakat. Sedangkan sebaliknya tidak tersediannya informasi dan
cenderung tertutup dapat menimbulkan keengganan bagi masyarakat untuk berurusan dengan kegiatan pelayanan.
4. Perilaku Pelayan Publik. Perilaku petugas penyedia pelayanan publik biasanya dipahami sebagai
keramahan dan kesopanan petugas pelaksana pelayanan publik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya maupun dalam penanganan keluhan
masyarakat. Perilaku petugas pelayanan sangat berpengaruh dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sehingga pemahaman atau pun penilaian
mengenai perilaku pelayan publik tidaklah sekedar tata krama atau perilaku normatif saja, tetapi juga meliputi kedisiplinan dan keandalan petugas pelayanan
dalam menangani urusan masyarakat. Dalam kegiatan pelayanan di kantor kecamatan, interaksi antara
masyarakat dan petugas penyedia pelayanan sebaiknya diupayakan secara
Universitas Sumatera Utara
kekeluargaan sebab, kantor kecamatan dimekarkan dan diarahkan untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat baik secara sosial maupun
berdasarkan tugas pokok dan fungsinya. Perlunya membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat adalah sebagai bentuk pelayanan yang berkualitas
dan berorientasi pada kepuasan masyarakat. Dengan adanya interaksi yang baik, informasi dapat lebih mudah tersampaikan dan masyarakat lebih merasa diterima
saat sedang melakukan pelayanan. Selain interaksi, dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan juga haruslah tertib aturan maksudnya pelayanan yang ada harus tetap
berada pada batas kewajaran, sehingga tidak ada yang merasa lebih satu dengan yang lain. Penegakan peraturan ini haruslah menjadi cerminan kepada
masyarakat dengan sikap disiplin yang ditunjukkan oleh petugas pelayanan di kantor kecamatan sebagai bukti nyatanya.
Kesopanan dan keramahan petugas pelayanan di kantor kecamatan Siantar Marimbun sejauh pengamatan Penulis sudah baik, dalam artian setiap
masyarakat yang berkunjung disapa dengan sopan dan ramah dengan senyum, keluhan mengenai pelayanan juga ditanggapi dengan baik. Penanganan keluhan
yang ada diupayakan secara kekeluargaan, sesuai dengan pendapat Bapak Fidelis Sembiring selaku Camat Siantar Marimbun:
“Pegawai kita sudah terlatih dalam menggapi keluhan, dalam artian sebagian besar warga disini, sudah saling mengenal jadi kalau
menanggapi keluhan mereka bisa tampung.”
Respon masyarakat mengenai kesopanan dan keramahan petugas pelayanan juga cukup baik, seperti yang diungkapkan oleh Bapak P Tampubolon
selaku masyarakat kecamatan Siantar Marimbun: “Selama mengurusi urusan saya ke kantor kecamatan Siantar Marimbun
saya tidak pernah merasa diabaikan. Setiap saya bertanya selalu ditanggapi dengan sopan, ramah dan senyum.”
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan yang cenderung menjadi perhatian masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan publik adalah kedisiplinan petugas penyedia
pelayanan. Kedisiplinan yang dimaksud adalah keberadaan petugas pada jam kerja kantor. Sering sekali urusan masyarakat tersendat disebabkan karena
seorang petugas pelayanan tidak berada di tempat pada saat jam kantor, seperti yang diungkapkan oleh Bapak M Silalahi selaku masyarakat di kecamatan
Siantar Marimbun: “Menurut saya pegawai di kantor kecamatan itu belum disiplin, karena di
jam-jam kerja banyakan ngerumpinya mereka di situ. Atau keluar ke lapangan alasannya, kan urusan masyarakat juga yang tersendat jadinya.
Udah gitu sering pula pegawainya pulang sebelum waktunya. Jadi malas juga kita ngurus urusan ke kantor kecamatan kalo gitu kan.”
Kondisi seperti itu dianggap sebagai perilaku indisipliner dan merupakan pelanggaran terhadap peraturan yang ada. Tetapi dalam menanggapi hal ini, Ibu
Meianna Situmorang selaku Kasi Pemberdayaan Masyarakat kantor kecamatan berpendapat bahwa:
“Peraturan dilaksanakannya, tapi kadang-kadang kita kalau ada, misalnyalah, ada ke pesta misalnya kita kan bisa ijin sama kawan kita. Itu
kan permisinya itu jadi kalok peraturan itu tetapnya dijalankan. Paling- paling kalau gak ada orang, adalah ke lapangan, tapi kita kasih tahu sama
kawan kita bahwa kita ke lapangan.”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelanggaran peraturan masih dapat di toleransi, misalnya dengan ijin kepada
kawan atau pun penyampaian keberadaan melalui handphone. Sehingga urusan masyarakat menjadi terkendala karena pegawai yang bersangkutan tidak
ditempat. 5. Meningkatkan Sumber Daya Manusia.
Ketersediaan petugas pelayanan publik yang cukup jumlahnya sangat penting dalam melaksanakan kegiatan pelayanan. Pentingnya jumlah yang
Universitas Sumatera Utara
mencukupi adalah agar tiap-tiap petugas pelayanan dapat bekerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan sebelumnya dan tidak ada petugas
pelayanan yang berlebih tanggung jawab pekerjaannya disebabkan karena tidak adanya petugas pelayanan lain yang seharusnya mengambil tanggung jawab itu.
Atau pun, tidak ada bagian unit seksi pelayanan yang tidak dapat bekerja dengan semestinya diakibatkan oleh kurangnya jumlah staf dalam bagian unit
seksi itu. Atau pun, tidak ada penambahan tanggung jawab bagi masing-masing petugas pelayanan di luar tugas pokok dan fungsinya yang disebabkan karena
adanya jabatan yang kosong. Dalam konteks sumber daya manusia, bukan hanya jumlah yang menjadi
perhatian utama. Kualitas dari sumber daya manusia yang ada juga menjadi pertimbangan penting. Salah satu pertimbangan kualitas sumber daya manusia
dalam hal ini adalah kemampuan petugas pelayanan untuk memanfaatkan sarana dan prasaran semaksimal mungkin untuk mempercepat dan mempermudah
pelayanan. Maksudnya, walaupun dengan jumlah sumber daya manusia seadanya tetapi apabila kualitas yang dimiliki sanggup untuk memberikan pelayanan yang
maksimal maka tidak menjadi masalah. Penilaian kualitas pelayanan itu sendiri dapat dilihat dari keterampilan, kecakapan dan kesigapan petugas pelayanan
dalam menjalankan tugasnya. Hal ini juga dapat dilihat sebagai bentuk loyalitas dan konsistensi kerja.
Sumber daya manusia di kantor kecamatan Siantar Marimbun sendiri menurut Camat Siantar Marimbun masih belum tercukupi. Dari wawancara yang
dilakukan Penulis, Camat Siantar Marimbun, Bapak Fidelis Sembiring menyatakan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
“Secara teknis memang saya akui dari sekian jumlah pegawai kita masih sedikit yang sarjana dan yang mengikuti pelatihan juga belum begitu
banyak yang mengikuti pelatihan.”
Lebih lanjut dikatakan: “Penambahan staf di kelurahan juga perlu dilakukan, kalau di kecamatan
jabatan sudah berisi.”
Pendapat yang sedikit berbeda diutarakan oleh Bapak M Silalahi yang menyatakan:
“Peralatan kantor sudah cukup memadai, ada juga komputer, tetapi tidak semua pegawai bisa mengoperasikan komputer itu, ada juga yang harus
ditulis dulu sama kepala seksinya baru bisa diketik stafnya. Tapi hal ini dapat dimaklumi karena mungkin faktor usia juga.”
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa, petugas pelayanan di kantor kecamatan Siantar Marimbun masih perlu banyak
pembenahan dari segi kualitas sumber daya manusianya maupun jumlahnya. Ketersediaan sumber daya manusia dalam instansi pelayanan publik seperti
dijelaskan sebelumnya sangat penting dalam menjamin kelancaran kegiatan pelayanan, logikanya dengan jumlah petugas pelayanan yang cukup maka
pelayanan dapat berjalan dengan lancar. Jumlah pegawai kantor kecamatan menurut Camat Siantar Marimbun sudah cukup, kekurangan justru ada di kantor
kelurahan. Kekosongan jabatan di kantor kelurahan menjadi kendala yang perlu segera diatasi agar alur pelayanan dapat berjalan dengan efektif sebab kelurahan
sebagai instansi pelayanan yang lebih banyak melakukan interaksi kepada masyarakat.
Kompetensi petugas pelayanan di kantor kecamatan Siantar Marimbun masih belum bisa dikatakan seiringan dengan perkembangan teknologi.
Alasannya, kegiatan pelayanan yang dilakukan belum bisa dikatakan sepenuhnya
Universitas Sumatera Utara
secara terkomputerisasi. Hal ini disimpulkan sebab kepala seksi sebagai pimpinan dari unit-unit pelayanan belum bisa menggunakan komputer, misalnya untuk
melakukan pengetikan atau pun pencetakan surat, dengan baik. Pengetikan atau pencetakan diserahkan sebagai tugas kepada Staf dan Pekerja Harian Lepas
PHL. Pembagian tugas seperti ini menyebabkan pelayanan kurang efektif dan tidak hemat waktu bahkan tidak menutup kemungkinan menyebabkan kesalahan
pelayanan yang disebabkan oleh kurangnya komunikasi. Untuk mendorong perbaikan kualitas petugas pelayanan, kantor
kecamatan juga mengirimkan pegawainya untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Diklat sesuai jabatan atau pun golongannya. Seperti yang
dikemukakan oleh Bapak J Gultom selaku Kasi Pemerintahan sebagai berikut: “Diklat ada. Macam itu adanya diklat kepegawaiannya, ada Diklat PIM
itulah yang mau jadi Kasi. Adanya pelatihan-pelatihan, contohnya pelatihan bendahara, tim teknik, barang dan jasa. Yang biasa dikirim yang
muda, yang kemudian bisa masuk kesitu.”
Pegawai yang mengikuti Diklat diharapkan mampu mengaplikasikan hasil Diklatnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
6. Sarana dan Prasarana Kantor Kecamatan. Ketersediaan sarana dan prasarana sangat penting baik dalam kegiatan
pelayanan, maupun sarana dan prasarana yang berguna untuk menunjang perasaan nyaman dan aman masyarakat dalam mengurusi urusannya di kantor
kecamatan. Sarana dan prasarana merupakan unsur yang harus ada dalam sendi- sendi pelayanan, seperti yang ada dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Kelengkapan Pelayanan Publik. Kelengkapan sarana dan prasarana itu menurut keputusan menteri di atas di
Universitas Sumatera Utara
defenisiakan sebagai peralatan kerja, dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi komunikasi dan informatika.
Sarana dan prasarana di kantor kecamatan Siantar Marimbun, berdasarkan hasil pengamatan Penulis terdiri dari, 1 Komputer, Printer serta Mesin
Fotokopi; 2 Meja dan Kursi untuk di dalam ruangan maupun untuk tempat menunggu pelayanan bagi masyarakat; 3 Papan Informasi; 4 Meja dan Kursi
untuk petugas piket; 5 Halaman Kantor yang juga berfungsi menjadi tempat parkir; 6 Mobil Pick Up untuk pelaksanaan pelayanan kebersihan beserta
peralatan-peralatan kebersihan seperti cangkul, babat, dan sebagainya; 7 Perpusatakaan; 8 Kantin yang merangkap menjadi tempat penjaga kantor
kecamatan; dan 9 Gudang. Kekurangan dalam ketersediaan Sarana dan Prasarana di kantor
kecamatan Siantar Marimbun secara umum terletak pada penekanan pada unsur kenyamanan dan keamanan masyarakat dalam mengurus pelayanannya.
Dukungan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pelayanan justru belum mendapat kendala yang berarti. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
perasaan nyaman dan jaminan keamanan merupakan aspek pertama yang menjadi penilaian yang paling dipahami oleh masyarakat. Sehingga sangat penting untuk
menjaga mood masyarakat dalam mengurus urusannya di kantor kecamatan. Pembenahan dari sisi kenyamanan pelayanan perlu diperhatikan dari
kondisi ruang tunggu pelayanan. Ruang tunggu di kantor kecamatan Siantar Marimbun dikondisikan seadanya dan sebenarnya justru tidak bisa disebut
sebagai sebuah ruang sebab memang tidak ada ruang yang dikhususkan untuk menunggu pelayanan. Tempat untuk menunggu pelayanan dikondisikan seadanya
dengan memanfaatkan meja dan kursi di tengah-tengah kantor kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
Menunggu pelayanan seharusnya dilakukan di ruangan yang sejuk dan keadaan yang kondusif dan mencerminkan perasaan nyaman. Akan tetapi, kondisi ruang
tunggu di kantor kecamatan Siantar Marimbun terkesan kotor disebabkan debu dari orang-orang yang lalu lalang, dan semakin diperparah dengan sepeda motor
yang seringnya dikendarai oleh petugas pelayanan, diparkir di dalam kantor kecamatan berdekatan dengan tempat menunggu pelayanan. Berkaitan dengan
perasaan aman di kantor kecamatan Siantar Marimbun juga, kondisi seperti ini justru menyebabkan penilaian negatif mengenai keamanan kendaraan masyarakat
yang diparkir di halaman kantor kecamatan. Selain itu, pagar keliling untuk keamanan pelayanan juga belum terpasang.
Pandangan yang hampir serupa juga dinyatakan oleh Ibu S Simbolon sebagai masyarakat penerima pelayanan di kantor kecamatan Siantar Marimbun:
“Sarana dan prasarananya belum cukup lengkap, tetapi tidak kurang juga, ada komputernya jadi sudah lumayan pelayanannya, tapi kalau dari segi
keamanan belum cukup puas saya sebagai masyarakat karena kantor kecamatan kita ini belum ada pagarnya keliling biar bagus dilihat gitu,
juga kan biar ada perasaan aman gitu bagi kita. Perlu ditingkatkan lagi pengamannya, misalnya dibuat pos satpam kalau perlu supaya lebih aman.
Kenyamanan juga kurang, gimananya kita mau nyaman, kalau sambil menunggu kita ada sepeda motor lalu lalang.
Berbeda dengan hal kondisi sarana dan prasarana yang dijelaskan di atas, sarana dan prasarana yang dimanfaatkan dalam proses pelayanan publik masih
dapat berjalan dan dimanfaatkan. Misalnya, pelayanan pembuatan surat tanah, surat keterangan lainnya, masih terdapat komputer untuk mengetik, mencetak dan
memfotokopi. Peralatan untuk mengurus pembuatan dan pencatatanan data e- KTP juga tersedia dan dapat dioperasikan. Peralatan untuk kegiatan kebersihan
juga masih tersedia dan lengkap serta dapat digunakan.
Universitas Sumatera Utara
7. Masyarakat. Pelayanan publik bertitik pusat pada masyarakat sebagai objek sekaligus
subjek dari pelayanan itu. Maksudnya pelaksanaan pelayanan itu berasal dari masyarakat dan dilakukan untuk kepentingan masyarakat. Itulah sebabnya umpan
balik feed back dari masyarakat adalah sesuatu yang penting dan tidak boleh diacuhkan sebagai pertimbangan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Apabila
hal tersebut di atas dipahami secara lebih mendalam, maka kesimpulan yang muncul adalah pentingnya menjaga hubungan yang sinergis dan saling bekerja
sama antara masyarakat dengan petugas penyedia pelayanan. Akan tetapi pemahaman yang salah akan membuat kesimpulan bahwa masyarakat merupakan
aspek dominan dan superior dalam berjalannya sebuah pelayanan sehingga pemenuhan haknya adalah mutlak.
Pemahaman yang salah mengenai pelayanan itu cenderung akan menimbulkan keegoisan masyarakat yang hanya menuntut pemenuhan hak tanpa
pelaksanaan kewajiban. Kenyataan yang paling sering dialami petugas pelayanan publik adalah bahwa tidak sedikit masyarakat yang menuntut penyelesaian
pelayanan dengan cepat tanpa memperhatikan prosedur maupun kelengkapan persyaratan sebelum dapat memproses pelayanan tersebut. Bahkan tidak sedikit
masyarakat yang justru berinisiatif untuk memberikan uang agar urusan cepat selesai.
Kenyataan ini tidak jauh berbeda dengan yang ada di kantor kecamatan Siantar Marimbun. Menurut pendapat Ibu Meianna Situmorang Kasi
Pemberdayaan Masyarakat: “ Proses pelayanan itu dibilang cepat kadang-kadang enggak dibilang gak
cepat kadang bisanya cepat. Tergantung seseorang itu, misalnya kita minta persyaratannya belum bisa dipenuhi gak bisa cepat misalnya bagaimana kita
Universitas Sumatera Utara
melayani dengan cepat. Kadang-kadang masyarakat ini, harus siap besok katanya tapi persyaratannya tidak bisa dipenuhinya cepat, gitunya kendalanya.”
Yang kemudian menjadi masalah adalah masyarakat merasa bahwa
pelayanan sengaja dipersulit agar kemudian masyarakat mau tidak mau harus membayar sejumlah uang agar urusan semakin cepat selesai. Kondisi seperti ini
sebenarnya disebabkan oleh masyarakat belum teredukasi dengan baik mengenai informasi dalam pelaksanaan pelayanan. Edukasi dalam hal ini maksudnya
adalah belum adanya pemahaman mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam mengurus pelayanan yang dibutuhkannya. Kondisi ini kemudian
menimbulkan kondisi yang simpang siur mengenai pelayanan yang kemudian disimpulkan oleh berberapa masyarakat dengan menciptakan rumor. Sehingga
pemahaman masyarakat mengenai pelayanan dan hak serta kewajibannya dalam melaksanakan merupakan sebuah hambatan yang harus segera ditangani.
Hambatan-hambatan pelayanan kantor kecamatan seperti yang dijelaskan di atas merupakan gabungan dari gambaran kualitas pelayanan dengan keterangan-keterangan
yang diterima di lapangan. Hambatan ini kemudian bisa menjadi pertimbangan untuk diperhatikan petugas pelayanan di kantor kecamatan khususnya kecamatan Siantar
Marimbun untuk diatasi agar tidak menjadi masalah semakin menyulitkan pelayanan kedepannya. Sebab tidak semua dampak dari hambatan-hambatan ini terlihat dalam
waktu dekat tetapi ada juga yang harus diwaspadai dalam jangka waktu yang lebih panjang. Seiring dengan pembenahan dan perbaikan hambatan-hambatan pelayanan
maka peningkata kualitas pelayanan akan menjadi sebuah kepastian.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA