dibandingkan dengan 4,4 sampel yang tidak memiliki riwayat keluarga generasi pertama penderita batu saluran kemih. Riwayat keluarga generasi pertama
memiliki risiko 3 kali lipat 3.1, 95 CI 1.8–5.1 terkena batu saluran kemih dan merupakan faktor positif prediktif kuat dalam memprediksi kejadian batu saluran
kemih Safarinejad, 2007. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Koyuncu et al.
2010 yang mendapati 437 sampel 27 dengan riwayat keluarga positif batu saluran kemih dibandingkan dengan 1.158 sampel 63 dengan riwayat keluarga
negatif batu saluran kemih.
5.8 Hubungan Antara Kesadahan Air Sumur Dengan Kejadian Penyakit
Batu Saluran Kemih
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara kesadahan air dengan kejadian penyakit batu saluran kemih p=0,0001. Dengan
OR=14,286 menunjukkan bahwa responden dengan adanya kesadahan air sumur memiliki peluang menderita penyakit batu saluran kemih lebih besar 14,286 kali
dibandingkan responden dengan tidak adanya kesadahan air sumur. Dari 30 responden dengan adanya kesadahan air sumur, sebanyak 24
responden menderita penyakit batu saluran kemih 80,0, sedangkan dari 32 responden dengan tidak adanya kesadahan air sumur, sebanyak 7 orang menderita
penyakit batu saluran kemih 21,9. Kesadahan yang terjadi pada beberapa responden ini bukan tanpa alasan.
Hal ini disebabkan wilayah kabupaten padang lawas dikelilingi oleh gunung
Universitas Sumatera Utara
kapur. Air sumur tersebut digunakan sebagai bahan air minum untuk keperluan sehari-hari yang telah tercampur dengan endapan-endapan kapur yang berasal dari
gunung tersebut. Warga tetap menggunakan air sumur tersebut karena tidak ada lagi sumber air bersih yang bisa digunakan. Dalam pemakaian yang cukup lama,
air sadah dapat menimbulkan penyakit batu saluran kemih akibat terakumulasinya endapan CaCO
3
dan MgCO
3
. Secara normal zat-zat penghambat kristalisasi seperti CaCO
3
, Magnesium, dalam air kemih terdapat dalam konsentrasi yang cukup memadai untuk mencegah terbentuknya batu. Partikel-partikel yang berada
di dalam larutan yang terlalu jenuh akan mengendap di dalam nucleus sehingga akhirnya membentuk batu Cahyono, 2009.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita Haryanti 2006 yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara kualitas
kesadahan total air sumur dengan penyakit batu saluran kemih di kabupaten Brebes.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Joko T, Setiani O, dan Wahap S pada tahun 2012 tentang Hubungan Kandungan Mineral Calcium, Magnesium
Mangan Dalam Sumber Air Dengan Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Penduduk Yang Tinggal di Keceamatan Songgom Kabupaten Brebes Tahun 2012
menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar Ca dalam air dengan kejadian batu saluran kemih dengan hasil statistik menyatakan nilai p=0,103 dan
OR=2,3 dengan CI 95=1,53OR3,47. Sehingga kadar Ca dalam air bukan merupakan faktor resiko kejadian batu saluran kemih. Namun, ada hubungan yang
bermakna antara kadar magnesium Mg dengan kejadian batu saluran kemih
Universitas Sumatera Utara
dengan hasil analisis statistik menyatakan nilai p=0,0001 dan OR=6,67 dengan CI 95=2,35OR18,92.
Hal ini sesuai Permenkes RI No. 416PERIX1990 tentang persyaratan dan pengawasan air bersih yang dinyatakan bahwa air dengan kualitas kesadahan
tinggi di atas 500mgl dapat menyebabkan batu saluran kemih.
5.9 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian