Kesimpulan Tinjauan Pustaka Strategi Peningkatan Produksi Kacang Kedelai (Glycine Max) (Studi Kasus : Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara)

54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdarsarkan pada hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan serta dengan memperhatikan kaitannya dengan tujuan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Faktor Internal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai, yaitu: Program Pengembangan Kedelai, Bantuan Pemerintah, Fungsi Lembaga Pendukung, Pelatihan, Kebijakan Harga. Faktor Eksternal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai yaitu: Sarana pendukung dan infrastruktur, Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai, Luas Lahan, Jumlah input bibit, pupuk, pestisida, dan obat- obatan, Permintaan Kedelai, Harga Jual Kedelai, Permodalan, Serangan Hama, Pengalaman Bertani. 2. Berdasarkan analisis Strenghts Weakness Opportunities Threats SWOT dalam peningkatan produksi kedelai, strategi berada di kuadran 1 yaitu growth : Memanfaatkan bantuan pemerintah seperti pupuk, bibit, dan pestisida dan digunakan penguasaan petani terhadap teknik budidaya yg sejalan dengan pengalaman bertani, meningkatkan program pengembangan kedelai untuk meningkatan permintaan kedelai, mengadakan pelatihan kepada petani agar dapat meminimalkan serangan HPT, dibuat kebijakan harga agar menolong petani disaat harga kedelai sedang turun, menggunakan bantuan pemerintah pestisida dalam pemberantasan HPT, Kelompok Tani membagi lahan yang ada untuk dikelola oleh petani , mengadakan pelatihan dalam menggunakan lahan secara maksimal.

6.2 Saran

1. Kepada Dinas Pertanian Daerah Diharapkan kepada Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pertanian Kabupaten Langkat untuk membuat pelatihan kepada petani untuk menghasilkan produk yang maksimal dalam kualitas maupun kuantitas. 2. Kepada Petani Diharapkan kepada petani untuk menuruti takaran jumlah input sesuai rekomendasi dan tepat waktu. 3. Kepada Peneliti selanjutnya Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pelatihan petani terhadap produksi kedelai. . 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh luas areal tanaman pangan, namun komoditas ini memegang posisi sentral dalam kebijaksanaan pangan nasional karena perannya sangat penting dalam menu pangan penduduk. Kedelai telah dikenal sejak awal sebagai sumber protein nabati bagi penduduk Indonesia namun komoditas ini tidak pernah menjadi tanaman pangan utama seperti halnya padi Supadi,2009. Menurut Sumarno 2011 kedelai telah dibudidayakan di Indonesia sejak 1746, menerapkan teknologi asli petani, pada lahan sawah sebagai rotasi tanaman padi. Pada tahun 1960 luas areal tanam kedelai di Indonesia menduduki posisi ke tiga terluas di dunia, tetapi selanjutnya tidak dapat berkembang hingga sekarang. Untuk mencapai swasembada kedelai perlu memperluas areal tanam pada lahan sawah bekas tanaman padi. Penerapan pola rotasi padi-padi-kedelai di lahan sawah secara nasional, selain memperbaiki kesuburan tanah, juga mampu meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi kedelai menuju swasembada. Dalam kelompok tanaman pangan kedelai merupakan komoditas terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Lebih dari 90 persen kedelai Indonesia digunakan sebagai bahan pangan terutama pangan olahan, yaitu sekitar 88 persen untuk tahu dan tempe, 10 persen untuk pengolahan lainnya dan sekitar 2 persen untuk benih Sudaryanto dan Swastika,2007. Permintaan kedelai terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, pada tahun 2009 kebutuhan nasional kedelai adalah sebesar 2.2 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri 0.9 juta ton. Laju akan kebutuhan kedelai nasional tidak diikuti oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi, karena pertumbuhan produksi lebih lambat dibandingkan permintaan konsumsi kedelai, sehingga dilakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional . Kesenjangan produksi dan konsumsi ini makin nyata dikarenakan komoditas kedelai juga merupakan bahan baku industri pakan ternak yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan peningkatan konsumsi hewani oleh masyarakat. Dengan kondisi tersebut, Indonesia selalu menghadapi defisit yang terus meningkat dan menjadikan Indonesia sangat tergantung pada kedelai impor Zakaria, 2010. Dengan memperhatikan besarnya kebutuhan kedelai dalam negeri untuk pasokan industri tahu, tempe, kecap, dan sebagainya yang menghasilkan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan impor kedelai yang terus meningkat, maka berbagai upaya pemerintah seharusnya diarahkan untuk dapat meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dan memperkecil impor kedelai, yang tentunya saja menghabiskan banyak devisa negara. Zakiah, 2011. Penurunan produksi kedelai di Sumatera Utara dikarenakan penurunan luas panen kedelai di beberapa sentra produksi kedelai di Sumatera Utara seperti di daerah Langkat. Penurunan luas panen kedelai di Sumatera Utara disebabkan petani enggan untuk menananam kedelai, dalam hal ini faktor utama yang membuat petani enggan adalah petani terus merugi dimana biaya produksi tidak sebanding dengan pendapatan Faiq, 2012. 2. 2. Landasan Teori Analisis SWOT adalah instrument yang digunakan untuk melakukan analisis strategis. Menurut Drs. Robert Simbolon, MPA 1999, analisis SWOT merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu menstrukturkan masalah terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan strategis yang lazim disebut sebagai lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Strategi yang tepat didasarkan pada kemampuan menemukenali diri dan lingkunganya, sehingga strategi benar-benar dapat terwujud dari kekuatan yang dimilikinya dan peluang yang dihadapinya. Analisis yag tepat dalam menyusun strategi adalah analisis SWOT. Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis SWOT adalah memahami seluruh informasi dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah Rangkuti, 2001. SWOT merupakan singkatan dari strength kekuatan-kekuatan, weaknesses kelemahan-kelemahan, opportunities peluang-peluang dan treaths ancamanancaman. Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut : • Kekuatan strength Kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain relative terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan. • Kelemahan weaknesses Kelemahan adalah keterbatasankekurangan dalam sumberdaya alam, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan. • Peluang opportunities Peluang adalah situasikecenderungan utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan • Ancaman threaths Ancaman adalah situasikecenderungan utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan Amin, 1994. Langkah menyusun analisis SWOT 1. Pengumpulan data 2. Tahap analisis 3. Tahap pengambilan keputusan Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang berhubungan erat dengan studi dan objek penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer maupun sekunder. Data primer didapat melalui beberapa metode yaitu: a. Metode pengamatan langsung Metode ini adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. b. Metode dengan menggunakan pertanyaan Metode ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan kuesioner atau sebuah set pernyataan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dimana yang menulis isiannya adalah responden. Cara yang kedua adalah dengan wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dan penjawab dengan alat yang dinamakan panduan wawancara interview guide.

2. 3. Penelitian Terdahulu

Penelitian Barus 2015 mengenai Analisis Permintaan dan Penawaran Kedelai di Sumatera Utara menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Sumatera Utara adalah harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk. Secara serempak, harga kedelai, harga pakan ternak,harga daging ayam, dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai. Secara individu, harga kedelai, harga pakan ternak, harga daging ayam, dan jumlah penduduk berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan kedelai, sedangkan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai di Sumatera Utara. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kedelai di Sumatera Utara adalah harga kedelai, luas areal kedelai, dan harga daging ayam. Secara serempak, harga kedelai, luas areal kedelai, dan harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai. Secara individu, harga kedelai dan luas areal kedelai berpengaruh nyata terhadap penawaran kedelai, sedangkan harga daging ayam berpengaruh tidak nyata terhadap penawaran kedelai di Sumatera Utara. Keseimbangan permintaan dan penawaran kedelai terjadi pada saat harga kedelai sebesar Rp. 232 per kg dan jumlah produksi kedelai sebesar 12.309.000 kg. Penelitian Komalasari 2008 mengenai Analisis Permintaan Kedelai menyatakan Kedelai merupakan salah satu komoditas palawija yang prospek pengembangannya masih sangat besar di masa yang akan datang. Berdasarkan Angka Ramalan III tahun 2008 BPS, luas panen kedelai di Indonesia adalah 579,59 ribu hektar, produktivitasnya adalah 13,13 kuha dan produksi 761,21 ribu ton. Laju pertumbuhan permintaan kedelai adalah 0,05 per tahun. Berdasarkan model yang disusun, tahun 2009 dan 2010 diperkirakan Indonesia masih akan defisit kedelai sebesar 771 ribu ton untuk tahun 2009 dan 705 ribu ton untuk tahun 2010. Untuk mengantisipasi hal ini maka perlu dilakukan penyusunan kebijakan yang tepat untuk dapat mencukupi kebutuhan akan kedelai dalam negeri. Penelitian Riana dan Hardiyanto 2011 mengenai Analisis Peramalan Konsumsi Kedelai Glycine max L. di Indonesia tahun 2010-2019 menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi peningkatan konsumsi kedelai di Indonesia secara nyata adalah pendapatan penduduk dan jumlah penduduk. Sedangkan harga kedelai, harga jagung dan konsumsi kedelai tahun sebelumnya mempunyai pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi kedelai di Indonesia. Hasil Peramalan variabel-variabel bebas yang mempengaruhi konsumsi kedelai di Indonesia adalah sebagai berikut : Harga kedelai cenderung meningkat dari Rp 2.831,52 per kilogram Pada tahun 2010 kemudian akan meningkat menjadi Rp 3.342,33 per kilogram pada tahun 2019. Harga jagung cenderung meningkat. Pada tahun 2010 harga jagung akan mencapai Rp 2.608,10 per kilogram kemudian akan menjadi Rp 4.231,60 per kilogram pada tahun 2019. Jumlah penduduk cenderung meningkat. Pada tahun 2010 jumlah penduduk akan mencapai 240.668 juta jiwa kemudian akan menjadi 267.106 juta jiwa pada tahun 2019. Pendapatan penduduk cenderung meningkat. Pada tahun 2010 pendapatan penduduk akan mencapai Rp. 1.969.513 kemudian akan menjadi Rp. 3.276.272 pada tahun 2019. Hasil peramalan konsumsi kedelai di Indonesia menunjukan hasil bahwa selama tahun 2010-2019, di prediksikan variabel konsumsi akan mengalami peningkatan dari 2.303,32 juta ton per tahun pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 2.864,84 juta ton per tahun pada tahun 2019. Peningkatan ini terjadi pada konsumsi, namun hal tersebut tidak diseimbangkan dengan peningkatan produksi.

2.4. Kerangka Pemikiran