SIG DHF dengan Tema Mingguan DHF dan Hujan

47 Gambar IV.12 Tahun 2001 bulan 9 Gambar IV.13 Tahun 2001 bulan 10 Gambar IV.14 Tahun 2001 bulan 11 Gambar IV.15 Tahun 2001 bulan 12

IV.4 SIG DHF dengan Tema Mingguan

Dilakukan pula pengamatan visual terhadap peta tematik DHF mingguan tahun 2003-2004. Gambar IV.16 – IV.27 merupakan cuplikan kejadian DHF pada beberapa minggu tahun 2003. Pengamatan pada peta tematik DHF mingguan mendapatkan pula bahwa penyebaran terjadinya kasus DHF tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kepadatan penduduk serta terjadinya kasus DHF yang nyaris terjadi setiap minggu sepanjang tahun. 48 Gambar IV.16 Tahun 2003 minggu 1 Gambar IV.17 Tahun 2003 minggu 2 Gambar IV.18 Tahun 2003 minggu 11 Gambar IV.19 Tahun 2003 minggu 12 Gambar IV.20 Tahun 2003 minggu 21 Gambar IV.21 Tahun 2003 minggu 22 49 Gambar IV.22 Tahun 2003 minggu 31 Gambar IV.23 Tahun 2003 minggu 32 Gambar IV.24 Tahun 2003 minggu 41 Gambar IV.25 Tahun 2003 minggu 42 Gambar IV.26 Tahun 2003 minggu 49 Gambar IV.27 Tahun 2003 minggu 50 50

IV.5 Sekilas tahun 2001-2004

IV.5.1 DHF

Terlihat pada Tabel IV.1 bahwa jumlah penderita DHF untuk sangat variatif jumlahnya namun angka tertinggi dicapai pada tahun 2004. Tabel IV.1 Penderita DHF tahun 2001-2004 Tahun Jumlah 2001 607 2002 374 2003 503 2004 705 Sedangkan uraian informasi variasi jumlah penderita dalam setiap bulannya untuk masing-masing tahun kejadian terlihat pada Gambar IV.28 menunjukkan bahwa jumlah penderita DHF pada bulan Januari sd Mei mempunyai kecenderungan tinggi, kemudian menurun pada bulan Juni sd Desember. Jumlah penderita terendah terjadi pada bulan Desember dan sudah terbukti teramati selama 4 tahun. Penderita DHF 2001-2004 50 100 150 200 250 300 2001 2002 2003 2004 2001 48 47 47 63 142 66 67 50 35 24 15 3 2002 43 32 59 52 32 21 18 24 16 15 4 2003 56 43 37 86 51 51 50 20 37 33 17 22 2004 151 160 261 36 13 4 12 10 20 11 9 18 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES Gambar IV.28 Penderita DHF tahun 2001-2004 51

IV.5.2 Hujan

Tren jumlah curah hujan rata-rata perbulan jumlah curah hujan dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari hujan menunjukkan tinggi di awal dan akhir tahun, dan terlihat rendah di pertengahan tahun. Awal musim hujan umumnya terjadi pada akhir bulan Oktober dan diakhiri pada bulan Mei. Puncak hujan terjadi pada bulan Januari – Februari. Dari hasil analisis data hujan selama 4 tahun 2001 – 2004 menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan tertinggi dalam satu tahun terjadi pada tahun 2004 Tabel IV.2 dan Gambar IV.29. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi untuk tahun 2001 dan 2002 terjadi pada bulan Januari, sedangkan untuk tahun 2003 – 2004 terjadi pada bulan Desember. Tabel IV.2 Rata-rata Curah Hujan Tahun rata-rata hujan 2001 6.32 2002 5.72 2003 4.62 2004 8.50 52 Hujan 2001-2004 5 10 15 20 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES Bulan Cu ra h Hu ja n R a ta -r a ta mm h a ri 2001 2002 2003 2004 Gambar IV.29 Curah hujan rata-rata tahun 2001-2004

IV.5.3 Jumlah Penduduk

Data registrasi kantor BPS DIY tahun 2001 – 2004 menyatakan bahwa populasi penduduk terendah terdapat pada Kecamatan Gondomanan, yaitu sekitar 14 ribu dan tertinggi di Kecamatan Gondokusuman sekitar 70 ribu Tabel IV.3. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Umbulharjo 8,26 km 2 dan Kecamatan Pakualaman memiliki wilayah terkecil yaitu 0,65 km 2 . 53 Tabel IV.3 Luas Kecamatan dan Jumlah Penduduk

IV.5.4 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk kota Yogyakarta terendah terdapat di Kec. Umbulharjo sekitar 8 ribu per kilometer persegi dan kecamatan Danurejan dan Ngampilan 27 ribu per kilometer persegi. Kepadatan Penduduk 2001-2004 5000 10000 15000 20000 25000 30000 Ma nt rije ro n Kr at on Me rg an gs an Um bu lh ar jo Ko ta ge de Go nd ok us uma n Da nur ej an Pa ku al am an G on dom an an Ng am pil an Wi ro br aj an Ge do ng te ng en Je tis Te ga lre jo kecamatan pe nduduk k m 2 2001 2002 2003 2004 Gambar IV.30 Kepadatan Penduduk per Kecamatan 2001-2004 kecamatan Luas_km2 2001 2002 2003 2004 Gondomanan 1.14 14790 14762 14826 14902 Jetis 1.72 20532 20625 17468 17215 Kraton 1.41 23052 23189 23196 23425 Gedongtengen 0.97 26448 26898 26823 26956 Wirobrajan 1.83 28408 28980 30644 31451 Pakualaman 0.65 30139 30533 30651 30917 Mergangsan 2.33 30462 30840 30936 31284 Kotagede 3.07 32072 32184 30596 29093 Danurejan 1.11 37959 38268 37376 37700 Ngampilan 0.83 39128 39726 40069 40981 Umbulharjo 8.26 39242 39693 39963 40582 Tegalrejo 2.90 41790 42193 42361 42018 Mantrijeron 2.59 66941 69193 69955 71112 Gondokusuman 4.08 72811 73730 73811 74919 54

IV.6 DHF dan Hujan

Hasil analisis hubungan antara curah hujan dengan jumlah penderita DHF menunjukkan bahwa tingkat curah hujan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah penderita DHF pada bulan yang sama. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai R 2 yang mendekati nol Gambar IV.31. Curah hujan yang tinggi pada awal dan akhir tahun tidak selalu diikuti tingginya jumlah penderita di awal tahun dan akhir tahun Gambar IV.32 - IV.35. DHF dan Hujan 2001-2004 R 2 = 0.1504 R 2 = 0.045 R 2 = 0.068 R 2 = 0.0581 50 100 150 200 250 300 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 curah hujan rata-rata mmhari dhf jum la h p e nde ri ta 2001 2002 2003 2004 Linear 2004 Linear 2001 Linear 2002 Linear 2003 Gambar IV.31 Regresi Linear Hujan dan DHF Namun demikian dari data 4 tahun pengamatan 2001 – 2004 terlihat kecenderungan hubungan nyata antara tingginya curah hujan dan jumlah penderita DHF pada bulan Januari sd Maret. Kenyataan pola kecenderungan tersebut makin 55 jelas terlihat apabila dibandingkan dengan jumlah penderita terendah terjadi pada puncak musim kemarau Juli sd Oktober dan mulai meningkat lagi pada awal musim hujan November sd Desember. Pola kecenderungan ini mengikuti sifat siklus hidup virus Dengue yang membutuhkan sejumlah air bersih untuk perkembangbiakan vektornya, masa inkubasi virus didalam vektor, sampai dengan di diagnosa sebagai penderita DHF. Sedangkan puncak ledakan jumlah penderita yang selalu terjadi pada saat menurunnya musim hujan antara bulan Maret, April dan Mei Gambar IV.32 – IV.35 diduga pada puncak musim hujan dengan curah hujan tinggi Januari – Februari justru banyak menghanyutkan larva nyamuk vektor penyakit. Dugaan tersebut semakin diperkuat dengan data hujan yang terekam selama tahun 2004 Gambar IV.35. Intensitas hujan tinggi yang terjadi pada musim kering tahun 2004 Mei dan Juli, majunya awal musim hujan tahun 20042005 bulan September 2004 yang langsung diikuti dengan tingginya curah hujan pada bulan Oktober sd Desember menyebabkan terganggunya proses perkembangbiakan nyamuk. Dari data pengamatan hujan yang terkumpul selama tahun 2001 – 2004 Gambar IV.32 – IV.35 menunjukkan bahwa kondisi optimum perkembangbiakan nyamuk adalah pada kisaran rata-rata curah hujan 5 – 15 mmhari. Kondisi optimum rata-rata curah hujan terhadap perkembangbiakan nyamuk tersebut dikaitkan dengan banyaknya jumlah penderita yang tercatat seperti terlihat pada Gambar IV.32 – IV.35. 56 DHF dan Hujan 2001 48 47 47 63 142 66 67 50 35 24 15 3 50 100 150 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan dhf 5 10 15 20 c u ra h huj a n dhf hujan tren hujan Gambar IV.32 Penderita DHF dan Curah Hujan rata-rata tahun 2001 DHF dan Hujan 2002 43 32 59 52 32 21 18 24 16 15 4 50 100 150 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan dhf 5 10 15 20 cu ra h h u jan dhf hujan tren hujan Gambar IV.33 Penderita DHF dan Curah Hujan rata-rata tahun 2002 DHF dan Hujan 2003 56 43 37 86 51 51 50 20 37 33 17 22 50 100 150 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan dh f 5 10 15 20 c ur a h huj a n dhf hujan tren hujan Gambar IV.34 Penderita DHF dan Curah Hujan rata-rata tahun 2003 DHF dan Hujan 2004 151 160 261 36 13 4 12 10 20 11 9 18 100 200 300 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan dh f 5 10 15 20 cu rah h u jan dhf hujan tren hujan Gambar IV.35 Penderita DHF dan Curah Hujan rata-rata tahun 2004 Hasil diatas menimbulkan pemikiran lebih lanjut bahwa terdapat waktu tunda antara terjadinya waktu puncak hujan dengan waktu terdapatnya jumlah terbanyak penderita DHF. Gambar IV.36 – IV.39 menunjukkan adanya waktu tunda tersebut. 57 Untuk melihat varian akibat dari waktu tunda tersebut, dilakukan analisa lebih lanjut untuk menghasilkan M= rata-rata jumlah penderita DHF akibat waktu tunda, dimana data diolah secara matematis menggunakan persamaan: 12 ,... 1 , ; 48 1 48 1 = − − ∑ = m m n H n D m n dimana, n= urutan bulan jumlah bulan pengamatan m= variabel waktu tunda Dn= jumlah penderita DHF pada bulan ke-n Hn-m= curah hujan rata-rata pada bulan ke-n dengan variabel waktu tunda m Hujan terhadap DHF 2001 75 150 -2 3 8 13 18 curah hujan rata-rata mmhr d h f jum la h pender it a Gambar IV.36 Hujan terhadap DHF 2001 Hujan terhadap DHF 2002 50 100 -2 3 8 13 18 curah hujan rata-rata mmhr dhf j um la h pe nde ri ta Gambar IV.37 Hujan terhadap DHF 2002 Hujan terhadap DHF 2003 50 100 -2 3 8 13 18 curah hujan rata-rata mmhr dh f ju m la h pe nde ri ta Gambar IV.38 Hujan terhadap DHF 2003 Hujan terhadap DHF 2004 150 300 -2 3 8 13 18 curah hujan rata-rata mmhr dh f j um la h pend e ri ta Gambar IV.39 Hujan terhadap DHF 2004 58 Mean M 2 4 6 8 10 M 0 M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12 Gambar IV.40 Nilai rata-rata M dari nilai M masing-masing kecamatan Gambar IV.40 menunjukkan nilai M tertinggi tercapai pada m=2. Lebih jauh lagi dapat diasumsikan bahwa puncak kasus DHF terjadi setelah 2 bulan waktu puncak curah hujan rata-rata.

IV.7 DHF dan Penduduk